"Gue cabut, bye."
"Nanti malem, awas lupa ya!" seru Bastian sebelum memasuki mobilnya.
Saat baru saja menutup pintu mobil, pandangannya pun refleks tertuju keseberang, menemukan suatu pemandangan yang menurutnya cukup langka. Melihat Regan yang sedang berbicara dengan seorang perempuan.
"Widiw, liat noh." ujar Bastian pada Deril yang sudah duduk di kursi penumpang. "Siapa tuh cewek?"
Deril ikut memperhatikan apa yang dilihat Bastian.
"Jeah, ya?" lanjut Bastian sembari menyipitkan kedua matanya.
Deril menoyor kepala lelaki di sebelahnya. "Sejak kapan Jeah pake seragam sekolah, bego."
"Lah, iya baru ngeh gue cewek itu pake seragam sekolah. Jangan bilang si Regan kelamaan jomblo ternyata doyannya anak SMA?" Bastian yang dikenal kepoan tentu saja penasaran.
"Anjir." Deril tertawa tipis. "Regan sukanya bocil."
"Pantes di kampus ga pernah tebar pesona ke cewek. Ternyata target pasarnya anak sekolah hahaha."
Ya, Regan cukup jarang bahkan nyaris tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenis. Sahabatnya itu memang sulit disentuh, ia juga sulit digapai, membuatnya cukup terisolasi dengan yang namanya perempuan. Dan pemandangan kali ini cukup membuat Bastian terkejut, selama mengenal Regan baru kali ini ia melihat lelaki itu berbicara dengan perempuan secara empat mata.
Tandai. Secara empat mata.
"Tapi gue rasa tuh bocil bukan pacarnya deh." ujar Deril yakin.
"Ya, siapa tau, kan?" Bastian menyeringai. "Sengaja macarin minor biar gampang dimanipulasi, dicuci otaknya, dikibulin, abis itu di-"
plak.
"Yakin lo Regan tipe cowok yang kayak gitu? Parah lo, ah."
"Bejanda!"
Bastian kembali memperhatikan interaksi Regan dengan gadis SMA yang masih ia pertanyakan itu siapa. Ia begitu penasaran, baginya ini adalah pemandangan yang cukup langka.
"Samara juga ga tau kenapa Ayah sita mobil Samara, bang Regan." ujarnya dengan kepala tertunduk. Perempuan itu tak berani menatap wajah lelaki yang ada di hadapannya.
"Terus lo kesini pake apa?"
"Nebeng sama temen. Kebetulan dia lewat sini."
"Pulang aja pake taxi atau ojek online."
"Samara ga biasa pake kendaraan umum, takut." suara lembutnya mengalun indah, ditambah lagi ekspresinya yang terlihat innocent itu.
Siapapun yang melihat wajah polosnya pasti akan luluh, tapi sepertinya Regan adalah pengecualian.
Regan menatap Samara tanpa minat. "Gue ogah napakin kaki di rumah lo."
"Ga perlu, kok." Samara menggeleng cepat. "Berhentiin aja Samara di depan pagar."
"Ck, gue-"
"Ayo lah, bang Regan. Samara mohon, Samara ga biasa naik kendaraan umum." Kedua mata perempuan itu membulat layaknya puppy. "Cuma bang Regan yang Samara kenal disini."
Regan tampak menimbang-nimbang sebelum menghela nafasnya dan mempersilahkan perempuan itu menaiki motornya. Ia sudah lelah berdebat, yang ada hanya membuang-buang waktunya yang berharga.
Dan untung saja hari ini Regan membawa motor, bukan mobil yang biasa ia bawa. Ia tak suka jika ada perempuan lain yang menaiki mobilnya selain Jeah.
Bagi Regan, mobilnya itu suci. Mobilnya yang satu itu juga didesain hanya untuk dua orang, membuat Regan menjadikan mobil itu sebagai mobil khususnya bersama Jeah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Guardian Angel (on going)
Fiksi Remaja"Ga mau balikan sama aku? Kita masih sama-sama cinta, kan?" Perempuan itu melipat kedua bibirnya, ia masih enggan membuka suara. Ia hanya diam memainkan sendok dan garpunya. Melihat sang mantan kekasih yang masih ia cintai itu sejak tadi bungkam, me...