17. Hidup Bersama

238 24 0
                                    

Setelah kembali berkeliling, mereka memutuskan istirahat sejenak disebuah taman yang cukup ramai.

"cape juga ya" celetuk Nina menghela nafas.

"cape apanya? kan mas Rendy yang goes sepedanya" kekeh Rendy menyentil dahi Nina pelan, gadis itu hanya tertawa kecil.

Naren sibuk melihat foto foto yang ada dikameranya, matanya berhenti pada satu foto. Foto dirinya saat tak sengaja dicium Wilona, reflek ia langsung menoleh kearah Ghea yang tengah mengobrol bersama Haekal.

Naren sangat berterimakasih pada Ghea karna sudah memotret kejadian tadi, Naren tersenyum hangat menatap foto tersebut sembari mengusap foto Wilona.

"diem aja daritadi" Wilona duduk disamping Naren sembari tersenyum, membawa 2 botol air ditangannya.

Naren yang terkejut buru buru mematikan kameranya, takut Wilona melihat tetapi Wilona sudah melihat lebih dulu gambar dikamera Naren sebelum laki laki itu mematikannya.

Pipi Wilona sedikit merona, ia berusaha menetralkan detak jantungnya.

"nih, buat mas Naren" ucap Wilona memberikan botol air untuk Naren.

"Makasih, wil" Naren tersenyum menerima air dari Wilona.

"aku tiba tiba mikir buat tinggal disini lagi setelah aku lulus kuliah nanti, aku mau hidup di kota ini.. kota yang punya banyak kenangan buat aku" ucap Wilona tiba tiba sembari tersenyum menatap langit malam yang penuh bintang, Naren reflek langsung menoleh kearah Wilona.

"berarti.. setelah lulus nanti kamu ngga akan tinggal di Bandung lagi?" Tanya Naren, gadis itu mengangguk.

"alasan aku buat tinggal di Bandung sekarang udah gaada selain buat kuliah" Wilona menatap kearah Jendra yang tengah berfoto bersama Kanaya, ia tersenyum getir.

Naren menatap dalam gadis disampingnya ini, ia ingin sekali menarik tubuh Wilona dan memeluk gadis itu..

Naren tidak mau berpisah dari Wilona, ia ingin hidup bersama gadis itu.. masih ada 3 bulan lagi sampai Wilona lulus S1, Wilona pernah bilang tidak akan melanjutkan ke S2.

"kamu harus cari alasan lain buat tetap tinggal di kost" balas Naren menatap Wilona, gadis itu menoleh kearah Naren kemudian tersenyum tipis.

"gampang buat bilang begitu, tapi susah buat dilakukan mas" ucap Wilona yang kemudian meminum airnya.

Naren menatap Wilona begitu dalam, ia tidak mau berpisah dari Wilona.. tidak mau.

"apa mas bener bener ngga ada kesempatan?" Tanya Naren tiba tiba, Wilona diam.

"mas mohon sama kamu, tolong pertimbangkan lagi soal perasaan mas ke kamu" ucap Naren, Wilona menoleh kembali pada Naren.

"mas, sebenernya apa sih yang mas suka dari aku? aku bukan perempuan yang pantas bersama mas Naren, mas bisa dapetin perempuan lain yang lebih baik dan bisa menghargai mas Naren" balas Wilona.

"mas suka semua hal tentang kamu, mas cuma mau sama kamu.." ucap Naren, Wilona diam kemudian memalingkan wajahnya dan menatap kedepan.

Wilona melihat Jendra dan Kanaya yang terlihat bersenang senang, ntah melihat apa diponsel Jendra hingga membuat keduanya tertawa bersama. Sakit tentu saja, tapi apa yang bisa Wilona perbuat? dimata Jendra, Wilona hanya seorang adik tidak lebih dari itu.

Disisi lain ada Narendra, laki laki yang menyukainya sejak bertahun tahun ia tinggal di kost januarta, selama itu Naren menyukai Wilona dan selama itu pula Wilona menyukai Jendra.

Wilona hanya bisa menghela nafas dan menahan rasa sakit hatinya sendirian, mau mengadu pada siapa selain pada tuhan. Tidak mungkin ia terus terusan merepotkan teman temannya.

KOSTAN JANUARTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang