Part 11

806 81 3
                                    

Adrian menatap berang pada Laras yang kini tertidur miring memunggunginya. Ia kesal bukan main saat wanita itu sudah berani menolaknya. Kata-kata Laras benar-benar seperti orang jual mahal. Apa perempuan itu lupa bawa dirinya baru saja mendesah penuh kenikmatan di bawah hujaman liar yang baru saja diberikan oleh Adrian.

"Lalu kau mau apa? Kau mau melapor pada ibumu, keluargaku atau polisi. Lakukan saja. Aku jamin tidak akan ada yang percaya padamu. Jangan lupa Laras, kau hanya pelayan di rumah ini. Jika aku mengatakan kau yang menggodaku, maka semua orang pasti akan lebih percaya padaku. Jadi saranku, terima saja nasibmu itu."

Laras semakin menggugu mendengar ucapan Adrian. Laki-laki binatang itu benar-benar tidak punya hati. Mereka sedari kecil tumbuh bersama karena seumuran. Bagaimana bisa Adrian berbuat sekeji ini padanya.

"Sekarang keluarlah. Jangan lupa cuci wajahmu itu agar tidak sembab. Jangan sampai ada yang curiga. Dan sekali lagi aku ingatkan, jangan pernah bersikap murahan seperti kemarin atau kau akan merasakan akibat yang lebih buruk dari ini."

Setelah mengatakan hal itu, Adrian pergi ke walk in closed untuk berpakaian. Sementara Laras segera memunguti pakaiannya yang tadi di buka paksa oleh Adrian. Laras memakai pakaiannya lalu mencuci muka di kamar mandi milik Adrian. Setelahnya, ia segera keluar dari kamar bajingan itu sebelum Adrian kembali dan berbuat tidak senonoh lagi padanya.

**

Darren mendesah panjang saat melihat gadis yang ia culik tertidur di tepi jendela. Gadis itu sepertinya baru saja menangis tersedu-sedu hingga ketiduran. Makanan yang ia tinggalkan juga belum tersentuh. Gadis itu mungkin kelaparan karena dari siang tidak makan.

Karena sedikit kasihan, Darren mengangkat tubuh lemas gadis itu dan meletakkannya di ranjang yang ada di gudang tua ini. Gudang ini adalah gudang milik pabrik di mana Darren bekerja dan sudah tidak digunakan lagi. Darren yang bertanggung jawab merawatnya dan sekarang ia gunakan untuk menyandera putri bajingan yang sudah menyebabkan ibunya meninggal itu.

Sudah malam. Darren heran karena sedari siang, tidak ada pesan atau panggilan untuk gadis itu. Seharusnya jika bepergian sendirian seperti sekarang, setidaknya kedua orang tuanya akan menanyakan apakah sudah sampai atau belum. Namun ketika Darren memeriksa ponsel gadis itu seharian, tidak ada pesan atau panggilan sama sekali.

Darren menatap gadis yang terbaring menyedihkan di atas ranjang tua itu. Ia bersedekap, sepertinya rencananya tidak berjalan mulus karena keluarga gadis itu belum menyadari bahwa putrinya menghilang. Lalu apa yang harus Darren lakukan sekarang. Apa ia membiarkan saja gadis itu di tempat ini agar ketakutan dan kelaparan.

Darren berjalan lalu terduduk di pinggir ranjang kecil yang ada di sana. Ada dua ranjang di tempat ini. Dulu sering digunakan satpam untuk tidur sebelum gudangnya pindah ke tempat yang lebih dekat dengan pabrik. Tempat ini cukup tersembunyi dan Darren yakin cukup sulit bagi  keluarga Agni menemukan gadis itu.

Darren berdiri kemudian memasang obat anti nyamuk. Ia lalu merebahkan tubuhnya karena kelelahan setelah seharian penuh bekerja. Darren menatap langit-langit gudang sambil merenung. Berusaha membenarkan tindakannya untuk balas dendam pada Prasetya Hadiwinata. Pria yang sudah membuatnya kehilangan sang ibu.

Tapi, apa untungnya jika rencana Darren membuat gadis itu cacat atau trauma gagal. Apa jadinya jika ia malah di tangkap polisi dan di bunuh karena sudah menculik anak seorang jenderal. Tapi, meskipun ia berakhir di penjara, Darren akan bahagia jika melihat Prasetya hancur lewat Agni.

Tidak sadar terus melamun, Darren tertidur dengan sendirinya. Suasana cukup dingin karena gudang ini sudah lama tidak di pakai dan berada di tengah hutan. Rencananya Darren akan membiarkan gadis itu kelaparan dan ketakutan sendirian di sini. Namun di rumah, ia justru kepikiran dan memutuskan untuk kembali kemari. Darren ternyata belum sekejam ia yang pikiran.

Darren terbangun saat pukul lima pagi. Ia melihat ke atas ranjang dimana gadis itu masih tertidur. Darren segera bangun dan mencuci muka. Ia harus mencari sarapan untuk gadis itu karena tidak mungkin juga membuat gadis itu kelaparan. Rencananya memang seperti itu, dan entah kenapa Darren jadi tidak tega saat membayangkan seseorang mati kelaparan. Dimana semangat balas dendamnya. Kenapa jadi luntur saat melihat gadis itu tampak menyedihkan dan seperti orang terlantar.

Setelah keluar gudang, Darren membeli beberapa makanan yang lumayan enak di pedagang kaki lima. Ia membeli berbagai macam makanan yang menurutnya enak kemudian kembali ke gudang. Begitu masuk, Darren langsung menjumpai pemandangan dimana gadis itu menangis di atas ranjang dan ketakutan menatapnya. Darren menghela napas berat kemudian berjalan menuju gadis menyedihkan itu.

"Makanlah, dari kemarin kau belum makan." Ucap Darren datar sambil meletakkan makanan yang ia beli tadi di atas meja.

Agni tidak menjawab. Ia ketakutan dan tidak berselera makan. Agni takut pria asing itu menaruh sesuatu di makanannya kemudian Agni mati mengenaskan. Mungkin saja sebelum mati seluruh organ-organ tubuhnya akan di jual di pasar gelap. Mengingat semua kemungkinan itu, Agni tidak berselera makan sama sekali.

Melihat gadis itu yang ketakutan padanya, Darren menghela napas berat kemudian mulai mengeluarkan makanan yang ia beli dari wadahnya. Darren menata makanan itu kemudian duduk di kursi dan mulai menyantapnya dengan santai.

"Tidak ada racun di makanan ini jika itu yang kau takutkan. Kau harus makan jika tidak ingin mati sia-sia di tempat ini karena kelaparan."

"Siapa kau!! Apa maksudmu mengurungku di tempat ini. Aku mau pulang!! Tolong lepaskan aku!!"

Agni kembali menangis dan jujur itu membuat selera makan Darren lenyap. Ia tidak menyangka menculik orang akan merepotkan seperti ini. Rencana awalnya adalah membuat Agni sendirian, ketakutan bahkan cacat di tempat ini. Ia berencana membiarkan gadis itu lemas dan kelaparan di sini.

Tapi, ternyata Darren bukan tipe pria psikopat seperti itu. Ia tidak tega membiarkan Agni sendirian di tengah hutan. Ia juga tidak tega melihat Agni kelaparan dan menyedihkan. Di tambah, sampai sekarang tidak ada yang mencari gadis itu. Padahal seharusnya keluarganya sudah panik karena putrinya sudah menghilang sehari malam.

"Makanlah dulu. Kalau tidak makan, kau tidak akan punya tenaga untuk berteriak." Jawab Darren santai sambil tetap memakan makanannya yang ada di atas meja.

"Aku tidak mengenalmu, aku juga tidak punya salah padamu. Kenapa kau melakukan semua ini padaku. Tolong lepaskan aku!!"

"Makanlah, baru setelah ini kau boleh bicara atau berteriak sesukamu."

"Aku tidak mau!!!"

Dan teriakan Agni sangat kontras dengan perutnya. Tiba-tiba perutnya mengeluarkan bunyi dan membuat Agni sangat malu. Ia memegangi perutnya sambil menghapus air mata yang mengalir di kedua pipinya, berusaha mengabaikan kekehan geli dari sang penculik yang ia tidak tahu siapa namanya.

Kidnapping ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang