Adrian menghentak tubuh Laras yang kini menungging di hadapannya. Dua hari ini ia harus keluar kota dan tidak sempat menjamah Laras sebelumnya. Ia harus menahan diri selama dua hari dan ia mendapatkan jackpot saat pulang hari ini. Laras tengah bersih-bersih di kamarnya dan tanpa menunggu lama Adrian langsung memakan wanita itu saat ini juga.
Laras mendesah sambil berpegangan pada kepala ranjang. Sesekali ia menitikkan air mata. Tidak menyangka hidupnya akan sesial ini. Laras benar-benar tidak bisa berkutik saat Adrian melecehkannya. Padahal seharusnya pria itu masuk penjara karena sudah memperkosanya.
Adrian bergerak cepat keluar masuk tubuh Laras sambil meremasi kedua payudara wanita itu. Ia memejamkan matanya, menikmati saat-saat dimana pelepasannya hampir tiba. Adrian semakin mempercepat gerakan keluar masuknya hingga beberapa saat kemudian Adrian menumpahkan cairannya ke dalam rahim Laras. Adrian seolah lupa jika seharusnya ia menumpahkan cairannya di luar tubuh wanita itu. Laras terlampau sempit dan nikmat, membuat Adrian benar-benar lupa diri.
Adrian melepaskan penyatuan mereka. Ia membalikkan tubuh lemas Laras hingga terlentang. Wanita itu sibuk mengusap air matanya padahal sudah dua kali mendapatkan orgasme. Dasar wanita, dimana-mana munafik semua.
Adrian mengelus milik Laras yang basah terkena cairannya. Ia menatap wajah Laras yang kini menoleh ke samping dan enggan menatapnya. Adrian terkekeh sambil memasukkan jarinya ke bagian inti milik Laras, membuat wanita itu melenguh seketika.
"Bagaimana Laras, nikmat bukan? Saranku kau tidak usah jual mahal. Belum tentu kau akan mendapatkan kenikmatan seperti ini dari suamimu kelak." Kekeh Adrian sambil memasukkan jarinya keluar masuk ke bagian inti Laras.
"Aaaah, hentikan. Kumohon hentikan, aaaah." Laras melengkungkan pinggulnya, rupanya ia kembali mendapatkan pelepasan hanya dengan jari Adrian saja. Laras benar-benar malu menyadarinya.
"Bukan hentikan. Kau keliru. Seharusnya teruskan karena ini sangat nikmat."
Kekeh Adrian sambil memegangi kedua kaki Laras kemudian membukanya lebar. Sambil tersenyum miring, Adrian memposisikan dirinya di tengah-tengah tubuh Laras kemudian kembali memasuki tubuh wanita itu. Laras melenguh panjang, tubuhnya kembali tersentak-sentak saat Adrian kembali memacunya dengan cepat.
Adrian menaruh kedua tungkai Laras di kedua pinggulnya. Milik Laras sangat sempit dan hangat, Adrian ingin terus memasuki wanita itu hingga ia benar-benar puas. Tidak peduli Laras merengek atau menangis, yang terpenting ia mendapatkan kepuasan.
Adrian mendudukkan tubuh keduanya. Ia memegangi tubuh lemas Laras kemudian menghentak tubuh wanita itu dari bawah. Laras mendesah, kepalanya menengadah ke atas, tidak bisa memungkiri jika memang apa yang Adrian katakan benar. Semakin lama ia semakin menikmati ketika pria itu memasukinya.
Melihat reaksi Laras, Adrian tersenyum miring sambil meremasi payudara wanita itu. Laras kembali mendesah bahkan kini bergerak naik turun di pangkuan Adrian. Pria itu mendekatkan mulutnya ke payudara Laras, kemudian mengulumnya dengan lembut.
Laras yang semakin terangsang mempercepat gerakan naik turunnya. Ia tidak tahu kenapa tubuhnya jadi seperti ini. Setiap rangsangan Adrian benar-benar membangkitkan gairahnya. Tubuh Laras seperti bergerak dengan sendirinya mencari kenikmatan. Ia terus mendesah sambil bergerak naik turun di pangkuan Adrian.
"Ya, begitu Laras. Kau hebat." Ucap Adrian sambil meremas dan mengulum payudara Laras dengan sebelah tangannya. Wanita itu memejamkan matanya, menikmati saat-saat tubuhnya mengejar pelepasan.
Adrian mencium dan menggigit leher Laras hingga meninggalkan bekas kemerahan. Entahlah, Adrian mendadak sangat suka jika melihat leher Laras penuh dengan tanda-tanda yang ia tinggalkan. Dengan begini, pasti Laras akan berpikir ulang jika ada pria yang mencoba menyentuhnya.
Di tengah panas-panasnya mereka bercinta, tiba-tiba pintu kamar Adrian di ketuk oleh seseorang. Laras langsung menghentikan gerakannya dan menatap horor pada Adrian. Pria itu langsung memberi isyarat Laras agar tutup mulut.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kembali terdengar. Adrian langsung berdiri sambil mengangkat tubuh Laras tanpa melepas penyatuan mereka. Laras yang menyadari hal itu langsung memprotes ketakutan, apa Adrian akan membuka pintu dan menunjukkan pada seluruh penghuni rumah kalau mereka sekarang sedang melakukan hubungan.
"Pak, turunkan saya. Tolong jangan begini."
"Ku bilang diam. Kau cukup tutup mulut dan jangan bergerak. Turuti saja aku."
Perintah tegas Adrian membuat Laras tutup mulut. Jantungnya berdebar-debar saat Adrian menghimpit tubuhnya ke tembok yang ada di samping pintu lalu pria itu membuka sedikit pintunya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Laras harus menutup mulutnya dengan tangan agar benar-benar tidak bersuara.
"Ada apa Bi?"
"Anu Tuan, maaf ganggu. Saya mencari Laras. Tadi saya kasih tugas buat bersihin kamar tuan. Tapi sampai sekarang kok nggak kembali. Saya tunggu dari tadi buat tugas selanjutnya."
"Oh itu. Tadi pas saya kembali Laras sudah selesai bersih-bersih kamar ini. Karena kehabisan rokok saya nyuruh Laras buat beli rokok naik taksi. Mungkin agak lama Bi. Karena saya juga nyuruh dia buat belanja sebagian kebutuhan saya yang tadi kelupaan di jalan."
Bu Fatma mengangguk. Sedikit heran kenapa anak majikannya itu hanya terlihat kepalanya saat membuka pintu. Biasanya Tuan Adrian cukup sopan dan tidak pernah seperti ini. Oh, mungkin Tuan Adrian baru saja mandi dan belum berpakaian rapi. Baiklah sepertinya Fatma tidak perlu mengurusi hal itu. Setidaknya ia lega sudah tahu ke mana sekarang perginya Laras.
"Baik Tuan. Kalau begitu saya permisi."
Adrian mengangguk. Setelah memastikan Bi Fatma pergi ia segera menutup pintu dan menguncinya. Ia menatap Laras yang kini berada di gendongannya dengan bagian tubuh bawah mereka yang masih menyatu. Wanita itu menatapnya dengan sendu, membuat hati Adrian sedikit terusik karena kasihan pada Laras.
"Pak, saya harus keluar."
"Sebentar lagi selesai. Kita harus mendapatkannya bersama-sama."
Dan Laras kembali memejamkan matanya saat Adrian menghentak tubuhnya dari bawah. Laras terpaksa memeluk leher Adrian dan pasrah saat pria itu kembali bergerak di dalam tubuhnya dan mengejar pelepasan.
Dalam hati, Laras mulai mengutuk dirinya sendiri karena berkali-kali mendapatkan orgasme. Sekarang, pasti Adrian berpikir ia wanita murahan yang bebas disentuh-sentuh oleh pria itu. Sungguh, Laras sebenarnya ingin menolak namun ketakutan. Jika ia terus seperti ini, entah bagaimana kehidupannya kelak. Apa ada pria yang akan menerima wanita yang sudah tidak perawan sepertinya?
Beberapa saat kemudian, Adrian mempercepat gerakannya, membuat tubuh Laras terpantul-pantul. Adrian dengan beringas melumat bibir Laras hingga wanita itu kesulitan bernapas digendongannya. Adrian terus melumat, memasukkan lidahnya ke dalam mulut Laras sementara bagian bawah tubuhnya terus keluar masuk milik wanita itu hingga beberapa saat kemudian, keduanya kembali mendapatkan pelepasan bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping ( On Going )
RomantizmAgni Prasetya Hadiwinata, seorang putri panglima TNI yang selama ini selalu di abaikan oleh keluarganya sendiri. Sang papa terlalu sibuk dengan karir politiknya, sedangkan sang ibu yang selalu diabaikan ayahnya juga sibuk dengan dunianya sendiri. Ka...