"Kau tidak kasihan pada perutmu? Percayalah, cacing-cacing itu akan memakan organ tubuhmu jika kau tidak segera makan." Ucap Darren sambil terkekeh lalu meneruskan makannya. Agni menghapus air matanya, berusaha menahan diri agar perutnya tidak berbunyi melihat makanan si penculik itu.
Melihat gadis itu yang terus mengeluarkan air mata, Darren mengambil piring kemudian mengisinya dengan makanan. Ia berdiri lalu berjalan menuju ranjang dimana gadis itu tertunduk lesu dan duduk di sampingnya.
"Ini, makanlah. Atau aku perlu menyuapimu?"
Gadis itu tidak menjawab, tetap tertunduk lesu sambil mengusap air matanya. Darren menghembuskan napas berat, ia tahu Agni kelaparan karena dari kemarin gadis itu belum makan. Darren kemudian mengambil satu sendok nasi dan lauk kemudian menyodorkannya ke mulut Agni.
"Buka mulutmu."
Agni tetap terdiam. Ia tidak membuka mulutnya atau berkata apapun, hanya sesenggukan sambil tertunduk dan mengusap air matanya. Darren lama-lama kesal sendiri karena ia juga bukan orang yang sabar.
"Buka mulutmu atau aku akan membuka paksa pakaianmu. Aku bukan orang yang sabar. Jadi lebih baik kau buka mulutmu sekarang juga."
Agni yang mendengar ancaman dari pria asing itu langsung ketakutan. Ia segera mendongak lalu membuka mulutnya, menerima suapan dari pria asing itu meskipun daging yang empuk itu terasa alot di mulutnya. Agni berusaha menelan suapan demi suapan itu meskipun sulit. Ia tidak berani membantah karena pria asing menakutkan itu terlihat marah padanya.
Setelah menghabiskan satu piring nasi dan daging, Darren menyodorkan segelas teh hangat pada Agni. Perempuan itu menerima dan meminumnya tanpa membantah. Mungkin takut dengan ancaman Darren tadi. Gertak sambal itu rupanya cukup ampuh membuat wanita itu terdiam meskipun sesekali masih sesenggukan.
Darren berdiri kemudian mencuci bekas alat makan mereka di wastafel yang masih berfungsi. Ia menatap Agni yang sedari tadi mengelap keringatnya, tubuh wanita itu terlihat lengket karena dari kemarin belum mandi sama sekali. Setelah selesai mencuci alat makan Darren menghampiri Agni dan bersedekap di depan wanita itu.
"Aku akan pergi. Jika kau ingin mandi, di pojok itu ada kamar mandi. Pakaian gantimu aku letakkan di atas kursi."
Setelah mengatakan hal itu, Darren berlalu meninggalkan gudang itu kemudian menguncinya dari luar. Ia menghembuskan napas berat, tidak menyangka menculik orang malah akan merepotkan seperti ini. Darren pikir ia akan menyiksa Agni hingga wanita itu trauma dan sakit mental.
Namun nyatanya Darren tidak mampu melakukannya. Ia sekarang justru kasihan pada gadis itu karena sejak hilang dari kemarin, tidak ada panggilan atau pesan sama sekali yang mencarinya. Aneh sekali. Dulu almarhumah ibunya selalu kebingungan jika sore hari Darren belum pulang saat bermain. Dan ini, Putri seorang panglima TNI, hilang sehari semalam tidak ada kabarnya dan tidak ada satu keluarga pun yang mencarinya. Kenapa kehidupan gadis itu aneh sekali.
Saat Darren melamun, ada pesan masuk ke ponselnya. Ternyata pesan dari Laras yang mengajaknya bertemu sore ini. Karena weekend Darren mengiyakan saja. Laras mengatakan pada Darren bahwa wanita itu ingin membicarakan sesuatu. Darren sedikit penasaran tentu saja, namun ia menahan diri agar tidak bertanya di lewat ponsel.
Darren segera memacu motornya dan pulang ke rumah. Hari ini weekend dan ia ingin bersih-bersih rumah lalu istirahat. Sesampainya di rumah, ia segera mengecek ponsel milik Agni. Dan masih seperti kemarin, tidak ada pesan atau panggilan. Sangat aneh. Bagaimana mungkin sekelas Prasetya Hadiwinata tidak menyadari bahwa putrinya telah hilang. Mengingat semua itu, Darren jadi tidak bersemangat menyiksa Agni, ia justru berbalik kasihan pada gadis itu.
Jangan-jangan Darren salah tangkap. Jangan-jangan Agni bukan putri pria itu. Tapi mustahil. Darren sudah menyelidikinya dan memang benar Agni Putri bungsu dari Prasetya Hadiwinata.
Enggan memikirkan sesuatu yang membuatnya bertambah pusing, Darren segera mandi setelah bersih-bersih rumah. Ia makan sebentar kemudian pergi ke tempat dimana ia janjian dengan Laras. Semoga wanita itu sudah sampai dan Darren tidak perlu menunggu lama.
Darren tersenyum hangat begitu mendapati Laras sudah berada di restoran tempat mereka janjian. Wanita itu melambaikan tangan padanya dan Darren langsung berjalan dan ke arah dimana wanita itu duduk menunggunya. Ia langsung duduk di seberang Laras begitu tiba di hadapan wanita itu.
"Kau sudah lama?" Tanya Darren ketika keduanya tengah memesan makanan.
"Belum, baru sepuluh menit. Aku baru saja berbelanja di swalayan sebelah. Sekalian ingin bertemu denganmu karena aku pikir kau sedang libur hari ini." Jawab Laras sambil menyerahkan tulisan pesanan mereka pada pelayan. Keduanya saling tersenyum setelah pelayan itu pergi.
"Hmmm, kau benar. Aku memang libur dan sedang tidak ada kegiatan. Gabut juga di rumah terus."
"Enak ya, kerja setiap weekend bisa libur."
"Apa kau tidak pernah libur?"
"Ya libur. Sesekali. Malu juga kalau sering libur. Gaji kami cukup tinggi untuk ukuran seorang pelayan. Makanya kami juga harus totalitas dalam bekerja."
Perbicangan mereka sempat terhenti saat pelayan menyajikan makanan. Dengan senyum ramah Laras menata makanan di atas meja. Ia senang hari ini bisa terbebas dari Adrian. Pria itu tiba-tiba ada panggilan rapat bersamaan dengan jadwal Laras untuk belanja mingguan.
Laras memanfaatkan hal itu untuk menemui Darren. Siapa tahu pria itu bisa membantunya keluar dari masalah ini. Meskipun kini, Laras menjadi ragu untuk mengungkapkan masalahnya. Ia takut Darren jijik padanya andai tahu Laras pernah diperkosa. Laras jadi berpikir ulang untuk meminta bantuan dari Darren.
"Benar juga katamu. Oh ya Laras, katamu kemarin kau bekerja di rumah salah satu pejabat. Kalau boleh tahu kau bekerja di rumah pejabat apa?" Tanya Darren sambil mulai menyantap spaghetti-nya. Laraspun mulai menyantap makanannya pumpung masih hangat dan enak.
"Ooooh, itu. Kau tahu panglima TNI Prasetya Hadiwinata, aku bekerja di rumahnya. Gajinya lumayan. Tuan dan Nyonya Prasetya juga sangat baik. Maka dari itu kami semua berhati-hati dan berusaha tidak membuat masalah." Jawab Laras santai. Tidak menyadari raut wajah Darren langsung berubah setelah mendengar jawabannya.
Darren seketika mematung, ia berhenti memakan spaghettinya dan menatap Laras dengan tatapan intens. Jadi, Laras bekerja di rumah Prasetya Hadiwinata. Kenapa Darren baru tahu sekarang. Jika tahu seperti itu, kemarin-kemarin Darren bisa mencari informasi lebih banyak dari mulut sahabatnya itu.
Tapi tak apa, bagus juga Laras bisa bekerja di sana. Dengan begitu, Darren bisa sedikit demi sedikit memantau keadaan keluarga bajingan itu secara tidak langsung. Ia juga ingin mencari tahu, kenapa sampai sekarang tidak terjadi kehebohan tentang hilangnya putri seorang petinggi negara dan kenapa tidak ada satupun dari keluarga Agni yang mencari wanita itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/364549405-288-k238048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping ( On Going )
RomansaAgni Prasetya Hadiwinata, seorang putri panglima TNI yang selama ini selalu di abaikan oleh keluarganya sendiri. Sang papa terlalu sibuk dengan karir politiknya, sedangkan sang ibu yang selalu diabaikan ayahnya juga sibuk dengan dunianya sendiri. Ka...