Satu minggu ini Agni tinggal di tengah hutan antah berantah yang ia tidak tahu persis dimana letaknya. Ia mulai terbiasa mandi, makan dan tidur di tempat ini. Di malam hari, pria asing itu selalu datang kemari dan tidur di ranjang kecil yang ada di tempat ini.
Tidak ada pembicaraan apapun antara mereka. Bahkan saat makanpun, keduanya tidak pernah bicara. Hanya sesekali laki-laki itu menanyakan Agni ingin makan apa dan membelikannya. Lama-lama Agni merasa bahwa ia seperti berada di asrama, bukan di culik.
Terkadang pria asing itu juga membawakan beberapa bahan makanan mentah untuk Agni. Mie instan, telur, sayuran dan ayam karena ada kulkas mini di sini jadi bisa untuk menyimpan bahan makanan. Agni memasak sendiri jika ia kelaparan menunggu pria asing itu pulang membawakan makanan.
Tepat jam enam sore, suara motor terdengar berhenti di tempat ini. Agni mengintip dari jendela. Ia melihat Darren turun dari motor besarnya sambil membawa beberapa kantong kresek yang kemungkinan berisi makanan. Agni segera berjalan menuju ranjang lalu duduk di tepinya. Entah kenapa Agni merasa ia seperti seorang istri yang menunggu suaminya pulang.
Pria itu masuk dan keduanya langsung bertatapan. Darren segera mengalihkan tatapannya kemudian berjalan menuju meja tempat mereka makan. Ia mengeluarkan semua makanan yang ia beli dari pedagang kaki lima yang baru saja ia lewati. Setelah Darren menata semuanya, ia menatap Agni yang sedari tadi hanya mematung menatapnya.
"Ayo makan. Semua makanan ini akan berkurang rasanya jika dibiarkan dingin."
Tidak ingin membuat Darren marah, Agni segera berdiri kemudian berjalan menuju tempat makan mungil itu. Agni duduk tepat di hadapan Darren yang kini mulai menyantap makanannya.
"Makanlah. Ini makanan, bukan hiasan."
Tanpa mengatakan apapun, Agni segera meraih nasi dan daging rendang yang ada di atas meja. Mereka makan dalam diam seperti biasanya hingga beberapa saat kemudian Agni memberanikan diri untuk bertanya.
"Boleh aku tanya satu hal?" Tanya Agni dengan suara lirih. Darren yang mendengar itu sontak menghentikan makannya dan menatap Agni penuh keheranan. Sejak kapan gadis merepotkan itu berani bertanya padanya.
"Apa?"
"Siapa namamu? Aku bingung harus memanggilmu apa?"
Darren terkekeh mendengar pertanyaan Agni. Jadi gadis itu ingin tahu namanya. Penculik mana yang dengan bodohnya mau membocorkan identitasnya. Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri.
"Untuk apa kau bertanya namaku? Kau akan lapor polisi?"
"Eeeh, bukan begitu. Aku hanya bingung saja harus memanggilmu apa."
Darren menghembuskan napas berat. Entah kenapa ia lihat satu minggu ini, Agni justru terlihat nyaman berada di tempat ini. Wanita itu bahkan memasak sendiri untuk makan siang. Darren benar-benar merasa apa yang ia lakukan sekarang adalah kekonyolan. Ia menculik Agni dan sekarang mereka di sini seperti suami istri.
Agni memasak, Darren membelikan makanan dan bahan mentah. Wanita itu menyambutnya ketika mereka pulang. Mereka tidur di satu ruangan. Sungguh Darren benar-benar merasa ia sudah melakukan kekonyolan yang fatal.
"Namaku David."
"Aku Agni."
Dan tanpa Agni mengatakan itu Darren sudah tahu. Ia sudah menyelidiki gadis itu sejak lama dan mengintainya. Darren sudah memperhitungkan dengan matang ketika menculik gadis itu agar negara heboh dan ia akan membeberkan skandal Prasetya. Namun semua yang terjadi benar-benar di luar dugaannya. Jangankan membuat geger satu negara, bahkan tidak ada yang mencari Agni satu orangpun.
"Apa aku boleh tanya lagi?"
"Tidak. Aku sedang lelah dan ingin makan dengan tenang. Tidak ingin mendengar pertanyaan tidak penting darimu."
Dan Agni langsung terdiam mendengar jawaban ketus Darren. Penculik bernama David ini menang memang sangat ketus dan pemarah. Namun di sisi lain, David tidak menakutkan seperti penculik di film-film yang ia tonton.
Mereka makan dalam diam hingga selesai. Setelahnya Agni mencuci piring sementara Darren minum kopi di dekat jendela sambil menatap ponsel milik Agni yang sudah ia ganti casingnya agar gadis itu tidak curiga. Sesekali Darren terkekeh saat membalas chat dari seorang pria bernama Bastian yang kemungkinan besar menyukai Agni.
Tak apa sesekali iseng. Balasan dari pria itu cukup menggelikan dan membuat Darren terhibur. Sementara keluarga Agni, Darren pantau tidak ada satupun yang menghubungi ponsel gadis itu untuk menanyakan kabarnya. Kenapa Agni terdengar begitu menyedihkan.
Darren menatap Agni yang kini menyapu lantai. Penampilan gadis itu hanya ala kadarnya, menggunakan dress rumahan sederhana tanpa make up. Namun entah kenapa, Agni terlihat cantik dan menarik. Ingatan Darren tertuju pada ciuman mereka beberapa waktu yang lalu. Agni sukses membuatnya bergairah dan Darren merutuki otaknya yang tiba-tiba saja menjadi pria yang haus belaian.
Darren memasukkan kembali ponsel Agni ke dalam tasnya. Ia meraih ponselnya sendiri dan mendapati pesan dari Laras yang menanyakan kabarnya. Darren langsung tersenyum kemudian membalas pesan dari teman masa kecilnya itu. Laras menanyakan apakah mereka bisa bertemu akhir pekan ini dan tentu saja Darren mengiyakan.
Laras dulu terkenal paling cantik di antara teman-teman mereka yang lain. Jujur saja, Laras adalah cinta monyet Darren saat kecil dulu. Selain cantik, Laras juga sangat baik dan suka memberinya jajan. Darren tersenyum sendiri mengingat masa kecilnya yang bahagia sebelum ayahnya sakit kemudian pria mengerikan itu datang dan menganggu kehidupan ibunya.
Setelah melihat pesan dari Laras, Darren tanpa sengaja melihat video yang dikirimkan oleh teman satu kantornya. Temannya yang suka iseng itu sering mengiriminya sebuah video aneh-aneh dan Darren tidak pernah menontonnya karena tidak ada waktu. Pernah satu kali Darren menontonnya dan video yang di kirimkan adalah video mesum artis. Dasar otak selangkangan.
Benar saja, saat video itu tidak sengaja terbuka, suara desahan langsung terdengar. Darren langsung menurunkan volume-nya agar Agni tidak mendengar. Malu juga jika ketahuan meskipun mungkin Agni tidak peduli.
Dan Darren tiba-tiba mengutuk matanya yang kini malah terfokus pada video itu. Video dimana dua orang tengah bercinta dengan gaya women on top. Si pria terlihat meremas kedua payudara si wanita. Dan sebagai pria normal, tentu saja Darren ikut terangsang melihatnya.
Menyadari otaknya sudah tidak benar, Darren segera mematikan video itu dan menyugar rambutnya. Tubuhnya memanas dan miliknya menegang gara-gara menonton video laknat itu. Darren kemudian meraih rokok dan membakarnya agar gairahnya bisa sedikit mereda.
"Aaawww!!"
Suara teriakan Agni sontak membuat Darren menoleh. Ia melihat gadis itu terjatuh di depan pintu kamar mandi dan kesulitan berdiri. Darren mengumpat kemudian melemparkan rokoknya dan menginjaknya dengan sandal. Darren segera berjalan menuju Agni kemudian mengangkat tubuh wanita itu.
"Kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut melihat tikus. Kau bisa menurunkan aku sekarang."
Darren menurunkan Agni di atas ranjang kemudian melihat betis wanita itu yang memerah karena terbentur lantai. Darren memegangi dan memijatnya, membuat Agni meringis kesakitan.
"Sudah. Sudah tidak sakit lagi." Ucap Agni saat Darren selesai memijat betisnya. Lelaki itu mengangguk, kemudian kembali menatap betis mulus Agni yang terpampang di hadapannya.
Ingatan Darren tiba-tiba tertuju pada video yang baru saja ia tonton. Betis itu hampir sama dengan betis wanita yang ada di video tadi. Darren jadi penasaran seperti apa rasanya jika betis itu melingkar di pinggangnya. Apa senikmat yang orang-orang katakan.
Tiba-tiba tanpa aba-aba, Darren mencium betis Agni, membuat wanita itu memekik karena terkejut. Agni hampir memberontak namun dengan sigap Darren menahannya. Tangan Darren mengelus paha Agni dan menelusurinya. Agni hendak memberontak lagi sebelum Darren benar-benar menahan tubuhnya dan tangan pria itu kemudian masuk ke dalam pakaiannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapping ( On Going )
RomanceAgni Prasetya Hadiwinata, seorang putri panglima TNI yang selama ini selalu di abaikan oleh keluarganya sendiri. Sang papa terlalu sibuk dengan karir politiknya, sedangkan sang ibu yang selalu diabaikan ayahnya juga sibuk dengan dunianya sendiri. Ka...