Kecil-kecil cabe rawit.
Mungkin peribahasa itu cocok diberikan kepada Rosa, muridku yang belum lama mendaftar setelah Fais.
Impresi pertamaku saat melihat Rosa pertama kali adalah ia anak TK yang kalem dan cantik.
“T-tapi Rosa bukan anak TK, Bu. Dia sudah kelas 1 SD,” koreksi Bu Tri, ibunya.
Eladalah.
Aku jadi merasa tak enak hati. “Ya ampun, maaf, Bu. Saya pikir Rosa masih TK,” tukasku dengan senyum malu sekaligus mengutuk mulutku yang kadang sembarangan berucap.
“Iya, Bu. Nggak papa. Emang banyak yang ngira dia masih TK kok karena badannya kecil banget. Sama adiknya yang baru empat tahun juga badannya hampir sama gedenya. Adiknya cowok pula jadi kayanya lama-lama bakal disalip sih,” terang Bu Tri lagi seraya terkekeh.
Bu Tri tidak menawar apapun saat aku memberikan jadwal seminggu hanya tiga kali— tidak seperti ibu Ardi dan Fais. Bu Tri mengiyakan saja apa alasanku memberikan jadwal demikian.
“Nggak papa, Bu, yang penting bisa ikut les aja.” Begitu alasan Bu Tri.
“Oh, tapi maaf sebelumnya, Bu. Rosa sudah bisa membaca dan menulis atau belum ya, Bu?” Aku melontarkan pertanyaan yang selalu jadi screening pertama ketika ada murid baru yang mendaftar.
“Sudah, Bu. Sudah bisa.” Bu Tri bahkan menyebut sebuah lembaga kursus yang cukup terkenal di daerah kami yang cabangnya sudah dimana-mana sebagai tempat les Rosa sebelumnya. “Rosa les baca dan nulis di situ dulu sampai selesai,” imbuh Bu Tri.
Oke.
Setidaknya beban mengajarku menjadi sedikit ringan begitu mengetahui informasi itu.
“Kalau gitu nanti langsung belajar mapel aja ya, Bu?” Aku memastikan.
“Iya, Bu.”
Tentu aku menyambut itu dengan sukacita karena aku tidak perlu repot-repot mengulang dari awal karena sejujurnya mengajar membaca cukup menguras emosi dan kesabaranku. Hingga tibalah jadwal Rosa dan aku dibuat tercengang karena Rosa mudah sekali menyerap semua hal yang telah kuajarkan. Matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia. Semua mapel yang kuajarkan diterimanya dengan mudah bahkan dia mengerjakan soal-soal latihan yang kuberikan dan menjawabnya tanpa cela.
Luar biasa, pikirku.
Kalau dia secemerlang ini kenapa dia masih menginginkan les di tempatku?
Dia bahkan sama sekali tidak butuh bimbingan dariku karena memang dia sepintar itu. Dia langsung bisa mengerjakan latihan hanya setelah sekali diberi penjelasan.
Bagaimana bisa, pikirku.
Di saat anak-anak seusianya yang ada di kampung ini ada yang masih kesulitan membaca, dia bahkan sudah bisa menulis dengan cepat dan bisa memahami maksud soal yang kuberikan kemudian mengerjakan semuanya dengan benar tanpa kecuali.
Ketika aku sedang penasaran tentang Rosa tiba-tiba aku melihat status WhatsApp Bu Tri ketika Rosa sedang belajar. Ternyata Rosa sedang belajar jarimatika dan sedang diuji oleh ibunya.
Apa?
Jarimatika?
Aku bahkan mempelajari ilmu itu dengan susah payah dengan cara otodidak dan masih mengalami kesulitan hingga sekarang tapi Rosa malah sudah lebih mahir karena perhitungan jarimatikanya sudah sampai ratusan.
Di lain waktu aku melihat status WhatsApp Bu Tri ketika dia sedang mengoreksi hafalan surat-surat pendek Rosa.
Intinya sebenarnya Rosa ini tidak perlu les karena ibunya sudah bisa mengajarkannya banyak hal. Seingatku, Rosa juga hanya masuk dua atau tiga kali di tempat lesku kemudian dia absen. Yah, aku maklum saja sih karena bisa saja dia bosan. Materi yang kuberikan, kan, sudah dipahaminya.
“Dia, kan, emang ranking 1 di kelas 1, Bu,” tutur Ardi suatu hari ketika aku menceritakan soal Rosa.
Tentu saja aku tidak kaget ketika mendengar penuturan Ardi. Sangat wajar kalau bocah secerdas Rosa bisa juara 1.
“Berarti Rosa ternyata les di sini juga ya, Bu?” tanya Ardi setengah menyelidik.
“Iya. Cuman, kan, emang nggak digabungin sama kamu biar kamu bisa konsentrasi belajar,” dalihku.
Padahal alasan sebenarnya adalah karena kemampuan mereka berdua berbeda jauh. Belajar sendiri saja mungkin Rosa sudah bosan karena materi yang diajarkan olehku sudah dipahaminya apalagi jika aku menggabungkan keduanya yang kemampuannya timpang.
Ardi nyengir. “Aku sebenernya pengen banget bisa sekelas lagi bareng Rosa,” katanya malu-malu.
“Lah, di sekolah, kan, udah sekelas. Emang nggak cukup ketemu di sekolah?” tanyaku polos.
“Ardi naksir Rosa, Bu,” sahut Bu Hana yang hari itu menunggui Ardi les sambil cekikikan.
“MAMA!!!” pekik Ardi yang wajahnya langsung panik sementara cekikikan Bu Hana berubah jadi tawa terbahak.
Aku ikut tertawa. “Oh, jadi Ardi naksir sama Rosa ya?” Aku semakin memperjelas yang membuat wajah Ardi makin merah padam.
“Rosa itu emang anak cantik, kalem, sopan, baik, pinter lagi, Bu,” cerita Bu Hana. “Ibu-ibu yang punya anak cowok di kelas 1 pada pengen jadiin Rosa sebagai calon mantu karena emang sesempurna itu Rosa itu, Bu. Ibunya bener-bener sukses ngajarin Rosa. Anak-anak Bu Tri semuanya kalem padahal kakak dan adiknya Rosa itu cowok. Rosa doang yang cewek tapi semuanya manut-manut. Nggak neko-neko. Nggak tahu gimana caranya dia mendidik anak bisa sebagus itu. Saya aja iri. Tapi ya saya nggak bisa sesabar Bu Tri sih kayanya.” Bu Hana terkekeh.
Aku mengangguk-angguk.
“Ya nggak papa, Bu. Karakter anak, kan, beda-beda. Cara orang tua mendidik anak juga otomatis beda-beda. Saya yakin setiap orang tua mendidik anak mereka dengan cara terbaik mereka.”
“Iya sih, Bu, tapi kalau liat anak yang kaya gitu saya jadi pengen,” ucap Bu Hana. “Mungkin karena anak saya dua-duanya laki-laki ya, Bu, jadinya tiap hari tuh cekcok mulu. Saya sering marah-marah sama anak-anak. Ya sama kakaknya Ardi ya sama Ardi. Anak cowok nggak segampang anak cewek kalau dikasih tahu apalagi kalau makin gede usianya. Aduh, pusing deh,” keluhnya.
“Kalau gitu kasih Ardi adek cewek aja, Bu, biar nggak tegang terus,” godaku.
“Ah, Bu Mira bisa aja,” kekeh Bu Hana.
── ⊱ 𝓣𝓱𝓮 𝓒𝓸𝓾𝓻𝓼𝓮 ⊰ ──
Bab tentang Rosa emang nggak bisa saya tulis banyak karena ya itu tadi anaknya cuman les dua atau tiga kali aja abis itu caobella. Tapi saya merasa bab tentang Rosa harus ada karena ada cerita lain tentang ibunya. Hehe. Stay tune terus pokoknya gaess.
Btw, saya mau ngiklan lagi yak. Sila baca cerpen saya di Karyakarsa. Cuman goceng kok. Bisa lah buat temen ngabuburit nanti. Ini tautannya ya.
https://karyakarsa.com/giesalindri/amber-646406