10

14 4 3
                                    

*Happy reading*

∆Tamat awal∆
∆Tandai tifo∆

*
*
*
*
*

Sepulang dari rumah Aksa. Aluna terlihat diam seribu bahasa.

Ia memikirkan perkataan Aksa, sebelum ia ngibrit pulang.

"Kalau lo belum siap cerita sekarang, gapapa, gue bakalan tunggu lo"

"Iya lun,lo juga bisa cerita ke kita" Sahut Adelio

Aluna, memang seorang yang penutup. Sulit baginya untuk menceritakan masalah nya pada orang lain. Bahkan jika itu orang terdekatnya.

Tok! tok! tok!

Tak berapa lama, pintu terbuka. Yang menampakan ayah nya. Ia terlihat khawatir dengan aluna

"Aluna..." Lirih Ayahnya

Aluna tak menjawab, ia masuk begitu saja melewati ayahnya yang masih terlihat khawatir.

Kali ini rumah nya nampak sepi, Seperti tak ada orang selain mereka.

Sosok teduh dari ayahnya, kini Aluna temukan kembali. Saat ayahnya ikut duduk disampingnya, sambil membawa obat pitadin.

Ayah nya meraih tangan kiri aluna perlahan. Aluna tersentak kaget, namun ia hanya diam menatap kearah ayahnya.

"Kenapa selama ini kamu tidak bilang sama ayah aluna?, dan sejak kapan kamu diperlakukan seperti ini..."tanya ayahnya dengan sedih.

dengan hati hati menggulung lengan baju Aluna sampai ke siku. Dan memperlihatkan beberapa luka lebam dan luka goresan yang nampak dalam. Selanjutnya, ayahnya mengolesi luka tersebut dengan pitadin, dengan sangat telaten.

Aluna diam membeku, ia hanya melihat perlakuan ayahnya, rindu?, Tentu. Karna sudah lama Ayahnya tak sepeduli ini dengannya.

Aluna sendiri bingung, darimana ayahnya tau?, Ia sendiri selama ini sangat tertutup tak pernah membocorkan tentang perlakuan Danita padanya.

Mungkin karena tadi ayahnya melihat wajah Aluna yang babak belur, dan tak sengaja melihat lengan aluna yang masih tergulung. Jadi ia bisa melihat luka aluna dan segera menyimpulkannya. Atau karna itu Ayah nya memaksa danita untuk mengakui?

"Danita, udah cerita sendiri tentang perlakuan nya selama ini sama kamu Aluna. Dia minta maaf, tapi papa gak terima karna dia udah bikin anak papa jadi kayak gini. Terlebih karna dia selingkuh dari papa..."Ia menunduk sedih berusaha menahan rasa sakit kembali.

"Pah..." Aku memanggilnya, ia kembali menoleh

Dengan senyum yang ia paksakan, ia mengusap rambutku pelan. "Papa udah cerain dia, kamu tenang aja sayang, gaakan ada yang bisa nyakitin kamu kayak gini lagi..."

Aku balas tersenyum, Entah mengapa sedih rasanya melihat ayahku seperti ini, walawpun ia sudah sebisa mungkin menampilkan wajah yang bahagia. Nyatanya itu palsu, aku bisa melihat dari sorot matanya.

Setelah selesai mengobati luka ku. "Aluna udah makan?" Tanya nya dengan lembut

"Udah pah, aluna masih kenyang."

"Yaudah, kalau gitu masuk ke kamar dulu yah, papa masih harus nyelesain pekerjaan papa, yang sempat ditunda"

"Iya pah..., tapi papa gak boleh sedih lagi" Ucapku pelan sambil melihatnya dengan miris.

AKSA. [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang