09

7.2K 593 30
                                    


Derano memutar korek api di tangannya, matanya menatap lurus dengan tatapan kosong. Gerakan tangannya berhenti setelah mendengar langkah kaki bergerak mendekat, kepalanya menoleh ke kiri, melihat siapa yang berdiri di sampingnya.

"Udah berapa lama?" Derano mengantongi korek apinya, berdiri tegak menghadap Zalion yang saat ini memasang wajah tanpa ekspresi.

"Aku suka Hana. Hana baik, jangan jauhin kita berdua, Hana juga gak suka kamu."

Alis Derano terangkat naik, ia memicingkan matanya menelisik penampilan Zalion dari atas hingga bawah. Terlihat cupu sekali untuk ukuran anak SMA.

"Udah berapa lama deket?" Derano kali ini memundurkan langkahnya, bergerak menelisik lebih jauh Zalion dengan teliti.

"Stop gangguin Hana." Zalion mengubah mimik wajahnya menjadi serius.

Derano terkekeh.

Cukup terkejut akan tekad laki-laki ini.

Bergerak maju mempersempit jarak, Derano sedikit menunduk memberi tatapan tajam karena ia lebih tinggi.

"Lo siapa ngatur gue?" Tangan Derano naik menyentuh bahu Zalion, matanya memicing tajam dengan jelas.

Zalion diam, menerima tatapan nyalang tersebut tanpa ekspresi.

"Hana gak suka kamu."

"Lo pikir Nara suka lo?" Derano terkekeh seketika, memundurkan langkahnya sambil menepuk bahu Zalion beberapa kali.

Mata Zalion memicing, keningnya mengkerut menatap Derano yang terkekeh. Mendengar panggilan lain dari Hanara membuat dadanya berdesir dengan aneh, seperti sesuatu yang tidak adil.

"Gue gak bakal macem-macem sama lo karna tau Nara bukan tipe yang gampang jatuh cinta. Gue cuma ngasih waktu buat kalian seneng-seneng sebelum Nara jadi milik gue. Anggep ini permintaan maaf atas apa yang Abian lakuin sama lo." Kali ini Derano memasang wajah serius, hal itu membuat raut tidak suka yang Zalion tampilkan semakin jelas.

"Aku mau lindungin Hana." Zalion mengepalkan tangannya.






"Pffft!"

Derano menahan tawanya yang keluar tiba-tiba, ia mengusap wajahnya lalu mencondongkan badan meneliti wajah serius Zalion.

"Cowok selemah lo? Lindungin dia?" Cengiran Derano melebar setelah mengatakan itu, ia kemudian menegakkan badan, tangannya bergerak mengusap kepala Zalion.

"Anak cupu kaya lo mending jadi kutu buku, diem di perpus buat ngasah otak. Nara gabisa di jaga sama orang yang gampang di bodohin."

Wajah Zalion langsung datar. Ia menatap lekat Derano yang kini terkekeh. Seolah hal yang ia katakan adalah lelucon, seolah ia tidak akan pernah bisa melindungi gadis itu bagaimana pun caranya.

Tatapannya berubah tajam, hingga tepukan Derano di bahunya menjadi tepukan terakhir sebelum Derano membalik badan untuk pergi.

Sudah Zalion tebak apa maksud dari Derano sejak awal lelaki itu mengajaknya bertemu.

Seisi sekolah tahu, termasuk dirinya. Bagaimana Derano mengejar Hanara adalah hal yang tidak asing untuk di dengar di sekolah. Beberapa orang mendukung hubungan mereka, namun tak sedikit juga yang menentang.

Tapi, bukan'kah hubungan keduanya tidak akan memiliki hasil? Hanara berpaling dari hadapan Derano dan berjalan mendekatinya, Hanara memarahi Derano karena menyakitinya. Bukan'kah harapan Derano tak akan pernah terwujud?

Apakah lelaki itu tidak sadar bahwa ucapannya hanya hayalan semata?

Lihat, sekarang siapa yang berada di pihak Hanara?

SCAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang