22

5.4K 405 81
                                    

  
Yippii draft ku hilang dan aku harus menulis ulang [kesal] apakah ini karma author yang update ngaret?😓

Btw happy readwinggggg





















   Hanara membuka pintu dengan cepat, ia tersenyum menemukan Zalion yang sudah berdiri di depan sambil memasang senyum cerah.

"Mau sarapan dulu?" tanyanya.

Hanara berdehem, menyelipkan helaian rambutnya ke telinga. Sedikit salah tingkah karena perubahan Zalion yang seperti ini. Rasanya sedikit lebih ... dewasa?

"Boleh, tapi lo yang traktir!"

Zalion terkekeh. "Udah pasti." katanya.

Keduanya berjalan mendekati mobil yang terparkir di jalan.

"Katanya mau pake bus?" Hanara menoleh kebingungan.

Zalion berkedip. Ia baru ingat.

"Aku lupa." jujurnya. Akhirnya Zalion menyuruh sopirnya untuk kembali pulang dan keduanya melanjutkan berjalan menuju halte bus yang kebetulan tidak terlalu jauh.

"Udah pernah naik bus?" Hanara bertanya di sela keheningan keduanya.

Zalion menggeleng.

"Lah? Oh iya, kan punya mobil." Hanara menggaruk alisnya sambil terkekeh.

"Bukan, aku gak suka yang rame rame." bantah Zalion halus. Ia melihat Hanara dari samping.

"Gue juga jarang pake bus karna ada motor, tapi sekarang mau gak mau ya harus pake bus." Hanara mencebikkan bibirnya. Sedikit rindu pada motor kesayangan yang ia jual.

"Mau aku beliin motor?" tawar Zalion dengan tampang andalannya.

"Gila lo?" Hanara mendecak heran.

Keduanya kemudian menaiki bus yang sama, duduk beriringan dengan Hanara yang berada di dekat jendela.

Di posisi ini, Zalion bisa melihat jelas wajah Hanara yang berseri menatap jalanan pagi hari yang di hiasi tanaman bunga di sisi trotoar.

"Cantik." kata Zalion sambil tersenyum.

Hanara menoleh.

"Iya, kan? Harusnya bunga bunga kaya gitu lebih banyak di tanam."

"Bukan itu." Zalion menggeleng.

"Hah?"

"Kamu yang cantik, Hana."

Damn!

Hanara melotot saat itu juga, ia langsung menoleh ke jendela dengan dada berdebar. Sejak kapan perkataan dan senyuman Zalion menjadi berefek pada tubuhnya?!

Sial. Sial. Sial!

Hanara menelan ludahnya sambil mengetuk jendela, berusaha mengabaikan debaran jantung yang mungkin akan terdengar jelas jika saja bus tidak bising.

"Aku mau lihat lagi."

Hanara menoleh sedikit. "Apaan?"

"Senyum Hana, coba liat sini?"

Hanara mendecak sebal, ia justru lebih menyembunyikan wajahnya, menghadap sepenuhnya pada jendela bus.

Melihat itu, Zalion terkekeh. Tangannya terangkat mengusap rambut Hanara yang sedikit kusut.

"Apasih?!" Hanara mendorong tangan Zalion dengan kasar.

Zalion terdiam. "Maaf." katanya, menarik kembali tangannya dan duduk tegak menghadap ke depan.

SCAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang