12

7.3K 632 27
                                    

Aku baru pulang capek banget ada acara dadakan, aku belum revisi jadi gabisa double, maaf ya.
































Zalion semakin melebarkan senyumnya setelah Hanara melambaikan tangan berpamitan. Ia masih diam di tempat, berdiri menunggu hingga tubuh Hanara berjalan masuk menuju gang.

Inginnya Zalion mengantar sampai rumah. Tetapi Hanara menolak dengan keras bahkan sampai mengancam tidak mau lagi berteman. Entah apa maksudnya sampai merahasiakan tempat tinggal, Zalion sedikit keberatan sebetulnya. Namun, ia juga tak bisa memaksa, demi pertemanan keduanya, juga agar Hanara tetap bersamanya.

Mungkin di kemudian hari ia dan Hanara bisa semakin dekat tanpa perlu menyembunyikan apapun.

Setelah di rasa cukup, tubuhnya berbalik melangkah pergi keluar dari komplek, begitu kakinya sampai di sana, kepalanya tertoleh ke arah kiri saat klakson mobil berbunyi.

Zalion menuju mobilnya dan naik tanpa mengatakan apapun. Ia sempat melirik sopir yang hanya diam saja. Tubuhnya bergerak duduk bersandar, helaan nafas keluar bersamaan kekehan yang tak lagi bisa ia bendung.

Sungguh, Zalion tidak tahu bahwa mempunyai seorang teman akan semenyenangkan ini.

Sangat, sangat menyenangkan hingga rasanya terlalu candu.

Tak bisa ia bayangkan jika tidak bertemu dengan Hanara. Kemungkinan besar hidupnya akan terus berjalan seperti dulu, di penuhi hari-hari pahit yang tidak berkesan sama sekali.

"Tuan minggu depan pulang, den."

Perkataan sopir langsung mengalihkan atensinya. Zalion langsung mendatarkan wajah, mendadak suasana hatinya berubah secara drastis.

"Saya mau pergi." Zalion menjawab tanpa mengalihkan tatapannya pada sopir.

"Tuan akan marah."

"Saya gak peduli." Zalion mengalihkan tatapannya. Bukan sekali dua kali ia akan menghindar ketika Ayahnya akan pulang ke rumah. Ia akan mengasingkan diri dari rumah, setidaknya sampai pria itu pergi.

Mungkin sekitar seminggu. Itu pun paling lama. Antonio tidak pernah berada di dalam rumah untuk jangka waktu yang panjang.

Suasana pun kembali hening. Zalion melirik mobilnya yang mulai memasuki gerbang yang langsung di buka petugas. ia menatap semua petugas satu persatu, termasuk sopir yang tengah membawanya kali ini.

Jika dilihat dari luar. Zalion terlihat seperti anak paling beruntung dengan kekayaan yang melimpah. Di rumah ia memiliki belasan pekerja yang sudah ada selama bertahun-tahun.

Semuanya tertib, patuh dan cekatan. Hampir seperti robot. Bagaimana tidak? Semua di didik Antonio untuk patuh, hampir tidak pernah ada yang membangkang. Selain karena pekerjaan ini satu-satunya tanggungan hidup mereka, mereka juga di penjara oleh rasa takut yang tidak pernah hilang.

Bekerja disini memiliki gaji yang tak masuk akal dengan nominal di luar nalar. Tak ada yang akan menolak saat mendengar jumlah gaji tersebut, tetapi syarat untuk bekerja tidak mudah.

Semua harus mengabdi pada Antonio.

Semua harus menyerahkan hidupnya di tangan lelaki itu.

Begitu ada salah satu yang keluar, maka Antonio akan meremukkan kehidupan mereka.

Karna yang ada di dalam rumah Antonio, adalah aib yang akan menghancurkan bisnisnya. Maka, sebelum orang lain membeberkan tentang kehidupannya, ia akan menghancurkan orang tersebut sebelum hal itu terjadi.

Mereka hanya cukup bekerja dan tutup mulut, seperti buta namun melihat, juga seperti mendengar namun tuli. Mereka hanya perlu melakukan pekerjaan dengan baik.

SCAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang