11

7.4K 630 45
                                    


Derano melangkah masuk ke dalam rumah berlantai dua yang ia tempati saat ini. Kepalanya mengedar mencari keberadaan Mamanya. Tetapi sebuah suara membuat tubuhnya bergerak menghadap ke arah kanan. Tampilan Hansen yang tengah berjalan menuruni tangga menatap anaknya dengan wajah datar.

"Berulah lagi?" Hansen berjalan melewati Derano dan mendudukan diri di sofa, pria itu menatap anaknya yang masih bergeming di tempat, tampak masih mencari keberadaan ibunya.

"Mama mana?" Berjalan maju mendekati Papahnya. Derano langsung duduk hingga pria itu menggeser tubuh.

"Papah terpaksa pindahin kamu ke luar negri kalo sampe bikin ulah lagi, ini peringatan terakhir, Papah gak main-main kali ini." Hansen menarik koran di meja lalu membukanya.

Derano menghela nafas, ia menyandarkan diri pada sofa dengan kepalanya mendongak memejamkan mata.

"Murid bernama Zalion itu, sebaiknya kamu jangan berurusan dengannya." Hansen menutup koran yang baru di bacanya beberapa saat lalu, ia melirik Derano yang langsung membuka matanya.

"Dia anak Antonio, kamu ingat siapa yang membantu bisnis Papah tahun lalu? Dia Antonio, Ayah dari Zalion yang mempunyai bisnis besar di eropa. Jika kamu berurusan dengan anak itu, semua usaha kita bisa tamat. Antonio pria yang gila bisnis, jika saja kasus anaknya tersebar dan identitas anak dan ayah itu di ketahui publik, Antonio akan menghancurkan semua yang kita miliki." Hansen menatap Derano dengan serius. Ia saja baru tahu bahwa anak Antonio berada di sekolah yang sama dengan Derano. Parahnya lagi anak itu menjadi korban perundungan.

Semua orang tahu siapa Antonio, seberapa besar usaha pria itu dan seberapa berpengaruh Antonio dalam dunia bisnis. Namun pria itu menyembunyikan identitas anak dan istrinya hingga tak ada sedikit celah pun untuk di ketahui.

Derano menegakkan tubuhnya, ia menaikkan sebelah alis menatap Hansen yang serius.

"Anak cupu itu? Anak Antonio? Papah bercanda?" Kekehan keluar dari mulut Derano setelahnya.

Hansen hanya berwajah datar tanpa mengatakan apapun lagi, tanda bahwa pria itu benar-benar serius dalam ucapannya.

Seketika mimik wajah Derano menjadi datar. Ia terdiam beberapa saat, mencerna situasi hingga di detik kemudian beranjak dari tempat duduk.

"Papah tau dari mana?"











































"Mas? Mau cilok?" Tawaran tersebut keluar dari pedagang yang lewat, Derano meliriknya sesaat lalu menggeleng sebagai jawaban. Kepalanya kembali menoleh pada bangunan megah yang berdiri kokoh di depannya.

Untuk sejenak ia cukup terkejut akan fakta tersebut. Setelah mencoba membujuk ayahnya, Derano akhirnya bisa tahu beberapa hal tentang kehidupan Zalion. Entah bagaimana ceritanya Hansen bisa mendapat bocoran informasi tentang kehidupan Antonio.

Yang jelas, yang membuat perasaanya tidak nyaman adalah fakta bahwa keluarga ini bermasalah. Derano yang mendengar setengah informasi tentang keluarga ini menjadi yakin bahwa ia tidak boleh memberi kesempatan untuk Hanara mengenal Zalion lebih dekat.

Beberapa anak memiliki sifat menurun dari Ayahnya. Derano sendiri mengakui itu karena ia pun memiliki beberapa kesamaan dengan Hansen, mulai dari sikap dan beberapa hal yang ia sukai juga beberapa kebiasaan yang ia lakukan, semuanya hampir sama.

Dan yang ia khawatirkan adalah, fakta bahwa Antonio yang menjadi biang masalah. Pria itu benar-benar berwatak kasar dan arogan. Tidak mungkin hal itu tidak akan menurun pada Zalion. Meski awalnya ia sempat ragu karna anak itu terlihat sangat lemah dan lugu.

SCAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang