Part 16

105 9 0
                                    

Part 16

Aiman membuka pintu kamarnya lalu berjalan masuk ke dalam sedangkan Aisyah masih setia di belakangnya, sesekali matanya menatap sekelilingnya terutama keadaan di sana. Jika dilihat-lihat secara keseluruhan, kamar itu cukup rapi dan bersih, di sana juga tidak terlalu banyak pernak-pernik. Mungkin hanya ada lemari rak, di mana banyak buku-buku yang tertata rapi di dalamnya.

"Kamu istirahat di sana dan makan sarapan kamu, aku akan berangkat bekerja setelah ini." Aiman kembali memberikan nampan itu pada Aisyah, yang diangguki olehnya sembari melepaskan kopernya dan juga meletakkan kotak yang di bawanya ke lantai.

"Iya, Mas." Aisyah menerima nampan itu lalu menyodorkan tangan kanannya pada Aiman, yang tentu saja membuat laki-laki itu merasa kebingungan.

"Apa? Kamu minta uang? Memangnya uang mahar dari aku sudah kamu habiskan?" tanya Aiman sembari mengambil dompetnya, namun Aisyah justru menggeleng pelan.

"Aku enggak minta uang kok, Mas."

"Terus kenapa tangan kamu kaya gitu?" Aiman menunjuk tangan Aisyah yang masih setia mengambang di udara.

"Aku cuma mau bersalaman, kan Mas Aiman mau berangkat bekerja."

"Sudah, enggak usah." Aiman menolaknya dengan ekspresi tenang, namun tidak dengan Aisyah yang menurunkan tangannya dengan perasaan terluka.

"Aku berangkat kerja dulu, assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Aisyah terdiam menatap punggung suaminya yang mulai menghilang dari balik pintu yang tertutup, di saat itu lah ia menghela nafas panjangnya sembari menatap sekelilingnya. Kini kakinya melangkah ke arah ranjang milik suaminya, di sana ia mulai memakan sarapannya yang sudah hampir dingin karena terlalu lama didiamkan.

***

Setelah sarapan Aisyah berniat istirahat, namun sebelum itu ia akan mencuci nampan, piring, dan juga gelas yang sudah ia pakai ke dapur. Sesampainya di sana, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu tengah membereskan sisa-sisa acara kemarin. Aisyah yang melihatnya sempat tersenyum ke arahnya lalu berjalan ke arah dapur, dan mendapati mertua perempuannya juga ada di sana.

"Aisyah, kamu baru bangun?" tanyanya yang tentu saja akan Aisyah gelengi ucapannya, namun wanita itu buru-buru menyelanya.

"Kamu ini kan pengantin baru, enggak baik kalau bangunnya siang-siang, tapi ya sudahlah namanya juga kamu enggak punya orang tua, pasti enggak ada yang kasih tau kamu kan?" Mertuanya itu tersenyum, yang ingin kembali Aisyah jelaskan kenapa ia baru turun sekarang.

"Enggak kok, Bunda. Aku sudah dari tadi bangun, tapi karena aku kecapean jadi aku masih istirahat di kamar."

"Siapa yang enggak capek di sini, Aisyah? Aiman capek tapi dia tetap bekerja, Ana capek tapi sekarang dia kuliah kan? Bahkan Ayah dan Bunda juga capek loh, tapi kami tetap harus mengantarkan saudara yang belum bisa pulang. Semuanya juga capek, enggak kamu aja."

"Maaf, Bunda."

"Sudahlah, sekarang kamu cuci semua piring yang ada di dapur terus juga bersihkan lantainya, karena asisten di sini masih harus membereskan sisa-sisa acara kemarin. Bunda itu paling enggak suka kalau ada ruang tamu yang kotor, makanya Bunda mau yang ada di sana dibereskan dulu, tapi karena sekarang ada kamu, jadi kamu bereskan semua yang ada di belakang. Kamu mengerti kan, Aisyah?" tanya mertuanya yang langsung diangguki oleh Aisyah.

"Iya, Bunda."

"Iya apa?"

"Iya, saya mengerti."

"Bagus. Sekarang kamu cepat ke dapur, Bunda sama Ayah masih harus pergi ke beberapa tempat."

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang