Part 13

89 9 0
                                    

Part 13

Aisyah merapatkan bibirnya setelah sadar dengan apa yang baru dilakukannya, ia sudah menegur Aiman, padahal ia tak perlu melakukannya karena ia hanya seorang tamu di rumahnya. Mungkin karena Aisyah sudah terbiasa tinggal di panti asuhan, mengatur dan menegur adalah sesuatu yang lumrah ia lakukan, jadi saat melihat ada seseorang yang melakukan sedikit kesalahan, ia tanpa sadar langsung menegurnya.

Aisyah tentu merasa menyesal sekarang, ia bahkan menutup mulutnya sendiri saking merasa bersalahnya ia saat ini. Namun Aiman masih mempertahankan tatapannya, laki-laki itu tampak menunggu jawaban dari pertanyaannya tersebut.

"Aku minta maaf, Mas. Aku enggak berniat menegur kamu, aku yang salah. Maaf," ujar Aisyah yang tentu saja membuat Aiman merasa kesal karena pertanyaannya tidak wanita itu jawab.

"Aku enggak peduli itu, yang aku mau tau sekarang kenapa kamu bisa ada di sini? Di rumahku?"

"Itu karena Pak Herlambang menyuruh sopir untuk menjemput ku kemari," jawab Aisyah seadanya.

"Kenapa?"

"Karena kan aku akan tinggal di sini." Aisyah menjawab lirih sembari tertunduk takut, namun Aiman tampak menghela nafasnya dengan kasar, sepertinya laki-laki itu tak menyukai kabar yang baru didengarnya. Aiman memang sedang kesal sekarang, tanpa menjawab ucapan Aisyah, ia mengembalikan botol air mineral ke kulkas lalu pergi dari sana, meninggalkan Aisyah yang tampak merasa bersalah.

"Mas Aiman pasti semakin membenciku sekarang, bagaimana ini?" gumam Aisyah tampak bingung dan semakin tidak nyaman tinggal di sana, andai ia bisa membatalkan rencana pernikahannya, mungkin ia tidak perlu berada di posisi sekarang.

"Baju kamu kenapa, Man?" tanya ayahnya saat Aiman berjalan ke arahnya, dengan baju birunya yang sudah basah oleh air di bagian dada.

"Enggak apa-apa, Yah. Kenapa wanita itu ada di sini?"

"Maksud kamu Aisyah? Dia punya nama, kamu panggil saja namanya!"

"Iya, kenapa Aisyah ada di rumah ini? Apa dia sudah mulai tinggal di sini, Yah?"

"Kalau iya memangnya kenapa?" jawab sang ayah yang kian membuat Aiman merasa lelah dan hanya menggelengkan kepala.

"Enggak apa-apa, aku ke kamar dulu." Aiman melenggang pergi, meninggalkan ayahnya yang tampak tak mengerti dengan sikapnya saat ini.

***

Di dalam kamarnya, Ana berniat memberi perawatan pada Aisyah, yang saat ini baru saja menyelesaikan shalatnya. Ana tentu merasa bersemangat, karena sebelum ini ia tak memiliki seseorang untuk mengasah kemampuannya terutama saat di rumah.

Kedua saudaranya semua laki-laki, dan mereka sangat sulit bila diajak merias diri, sedangkan bundanya jarang bisa berlama-lama di kamarnya, karena ia juga memiliki kesibukan lainnya bersama dengan teman-temannya. Sekarang Ana memiliki Aisyah, calon kakak iparnya dengan wajah cantik dan juga kulit sehat.

"Kak Aisyah sini!" pinta Ana bersemangat sembari melambaikan tangannya, sedangkan Aisyah yang tengah melepas mukenanya tentu merasa bingung dengan apa yang sedang gadis itu lakukan.

"Ada apa?"

"Sini dulu!"

"Sebentar, aku lipat mukena dulu," jawab Aisyah yang hanya diangguki oleh Ana, sedangkan di sampingnya terdapat produk-produk kecantikannya yang sengaja ia siapkan untuk calon iparnya.

"Ada apa?" tanya Aisyah setelah berada di depan Ana.

"Duduk sini, Kak. Kak Aisyah kan mau menikah, jadi Kak Aisyah harus banyak-banyak perawatan terutama sebelum tidur."

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang