Part 15
Setelah acara pernikahan mereka selesai, Aisyah menghapus semua make up yang menempel di wajahnya, begitupun dengan gaun yang dipakainya ia lepas di kamar Ana. Setelah semua selesai dan Aisyah sudah memakai baju biasa, ia melipat gaun itu lalu menyimpannya ke dalam kotak tempat asalnya.
Sedangkan Ana sendiri tengah bersama keluarganya, Aisyah tak berani bergabung terlebih lagi berbaur dengan mereka, itu lah kenapa setelah selesai bersih-bersih, ia tetap berada di kamar adik iparnya tersebut. Sebenarnya tidak ada yang Aisyah lakukan di sana selain melihat ponselnya dan juga beberapa foto yang berada di dalamnya.
Foto-foto yang berada di ponselnya adalah foto dirinya bersama dengan suaminya, Aiman. Aisyah sendiri mendapatkannya dari Ana yang sengaja mengirimkannya ke nomornya, di foto-foto itu Aisyah sendiri sedang berdiri bersama dengan Aiman, ia dipaksa untuk tersenyum dan bahkan menggandeng tangan suaminya itu. Ia juga beberapa kali foto dengan keluarga dan saudara Aiman, namun saat itu ia difoto oleh fotografer profesional, tentu ia belum bisa melihat hasilnya sekarang.
Aisyah terdiam melihat hasil jepretan Ana, bukan karena hasilnya tidak bagus, sebaliknya hasil fotonya justru sangat bagus dan ia terlihat sangat cantik di sana. Namun semua itu justru membuatnya sedih, karena di hari pernikahan tidak ada ibu pantinya dan juga adik-adiknya yang lainnya.
Padahal dulu Aisyah sempat membayangkan betapa indah pernikahannya, saat semua keluarga panti asuhannya datang dan berfoto bersamanya. Sekarang kenyataannya justru jauh dari ekspektasinya, jangankan datang dan berfoto, mereka diakui sebagai keluarganya saja, Aisyah tak mampu melakukannya.
"Kak Aisyah," panggil Ana setelah gadis itu masuk ke dalam kamarnya dan mendapati Aisyah masih di sana.
"Ana, kenapa?" Aisyah menghapus air matanya yang tanpa ia sadari sudah membasahi wajahnya.
"Kak Aisyah nangis ya? Kenapa?" tanya Ana hati-hati, karena sepertinya kakak iparnya itu sedang bersedih saat ini.
"Aku enggak apa-apa kak," jawab Aisyah sembari tersenyum, sedangkan Ana yang sudah berada di sampingnya itu merasa kasihan, ia pikir kakaknya bersedih karena keluarga angkatnya tak bisa datang seperti ucapan ayahnya tadi pagi.
"Kak Aisyah sedih ya karena keluarga angkat Kak Aisyah enggak bisa datang di hari pernikahan Kakak?" tanya Ana yang sempat didiami oleh Aisyah.
"Kamu tau dari siapa?"
"Kata Ayah kalau keluarga Kak Aisyah ada di luar kota ya? Makanya enggak bisa datang kan, itu juga kenapa Kak Aisyah sudah tinggal tinggal di sini sebelum hari ini." Mendengar jawaban Ana, Aisyah hanya tersenyum karena ia yakin ibu pantinya lah yang ingin Ayah mertuanya mengatakan itu ke keluarganya.
"Iya, kamu memang benar."
"Sudah Kak, enggak usah sedih lagi ya? Kan sekarang Kak Aisyah sudah punya Kak Aiman dan juga keluarga ini, jadi enggak apa-apa kalau mereka belum bisa ke sini, kali aja nanti pas acara resepsi mereka bisa datang."
"Acara resepsi?" tanya Aisyah tak yakin, karena ia pikir tidak ada acara lagi setelah hari ini.
"Iya, Kak. Ayah sama Bunda lagi membicarakan itu di lantai bawah tapi sama saudara-saudara yang lain juga sih, dan karena aku kecapean makanya aku ke kamar sekarang."
"Oh begitu? Oh ya, An. Aku boleh enggak tidur di sini dulu? Aku enggak berani ke kamar kakak kamu."
"Kenapa enggak berani, Kak? Takut malam pertama ya?" tebak Ana dengan tersenyum menggoda, yang langsung digelengi oleh Aisyah.
"Enggak kok, An. Aku cuma takut mengganggu kakak kamu, dia kan kurang menyukaiku ...." Aisyah berujar lirih di akhir kalimatnya, yang tentu bisa Ana mengerti karena sikap kakaknya memang sedikit dingin pada istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATA
Roman d'amourMenjadi yatim piatu di umurnya yang baru dua tahun, mengharuskan Aisyah tinggal di sebuah panti asuhan. Sampai pada akhirnya di usianya yang menginjak tujuh belas tahun, ia diberitahu semua kebenarannya tentang orang tuanya. Aisyah tentu terkejut me...