Part 18

116 8 0
                                    

Part 18

Tak terasa sudah satu bulan Aisyah menikah dengan Aiman, selama itu juga banyak hal dari sikapnya yang membuatnya lelah menjadi istrinya. Bagaimana tidak, jika laki-laki itu saja sering mengabaikannya dan mungkin seperti tidak menganggapnya.

Contohnya saja seperti saat mereka shalat, suaminya itu tidak mau menjadi imamnya, padahal hal itu adalah kewajibannya. Itu lah kenapa sampai sekarang bahkan sampai detik ini, Aisyah masih shalat sendiri begitupun dengan Aiman sendiri. Keduanya menjalankan perintah agama secara masing-masing, meskipun mereka tinggal dan tidur di ruangan yang sama.

Mungkin masalah itu tidak cukup berat untuk dipermasalahkan, namun bagaimana jika tidur seranjang? Semua orang pasti tidak akan mengira jika sampai saat ini Aiman belum pernah sekalipun menyentuh Aisyah. Jangankan untuk melakukannya, berbaring di ranjang yang sama saja tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.

Ya, Aiman masih mempertahankan pendiriannya yaitu tidur di lantai dan tidak berniat sedikitpun untuk menjamah istrinya bahkan di alam mimpinya sekalipun. Entah apa yang membuatnya begitu gigih dengan hasratnya sendiri, meskipun sudah banyak orang yang memuji kecantikan istrinya namun tak membuatnya ingin menyentuhnya.

Aiman juga tidak peduli saat Aisyah harus pergi keluar rumah untuk membeli keperluannya, atau harus pergi ke beberapa tempat untuk mengurus sesuatu hal. Selama ini Aisyah melakukan semuanya sendiri ditemani Ana, adik iparnya, hanya saat gadis itu ada di rumah dan tidak sibuk kuliah.

Meskipun begitu Aisyah merasa tidak keberatan, ia tetap sabar dan bahkan tetap berpamitan meskipun suaminya itu pernah mengatakan jika ia tak perlu melakukannya. Itu karena Aisyah tahu, di dalam agamanya mengharuskan seorang istri untuk selalu berpamitan pada suaminya kemanapun ia akan pergi.

Seperti saat ini, saat Aisyah akan pergi bersama dengan Ana untuk membeli bahan makanan, karena adik iparnya itu ingin belajar masak darinya. Aisyah ingin berpamitan pada Aiman yang posisinya sedang berada di ruang tamu, namun karena ia melupakan ponselnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan menyuruh Ana untuk berpamitan lebih dulu pada ayahnya.

"Kamu ke depan dulu ya? Ayah sama Mas Aiman ada di sana kan, kamu pamitan dulu ke mereka, nanti aku nyusul."

"Memangnya Kak Aisyah mau ke mana lagi?"

"Aku mau ambil HP di kamar, sebentar aja kok."

"Oke, Kak." Ana mengacungkan kedua jempolnya lalu berjalan ke ruang tamu di mana ayah dan kakaknya memang sudah ada di sana.

"Wah anak Ayah yang paling cantik ini mau ke mana? Kok pagi-pagi sudah berhijab dan rapi kaya gini?" tanya Herlambang pada putrinya sembari menatap penampilannya.

"Aku sama Kak Aisyah mau pergi ke toko swalayan, Yah." Ana duduk di samping ayahnya sembari menggandeng lengannya, ia memang paling manja di antara anak-anak yang lainnya.

"Oh ya? Mau cari apa ke sana?"

"Kami mau cari bahan makanan, kan aku mau belajar masak sama Kak Aisyah."

"Wah bagus itu, kamu kan perempuan memang seharusnya bisa masak, apalagi sekarang kamu sudah dewasa, pasti kamu akan menikah, punya suami, punya anak, jadi enggak akan jauh-jauh dari kata memasak."

"Iya, Yah. Apalagi aku minta diajarinya sama Kak Aisyah, dia kan masakannya enak."

"Syukurlah jadi kamu enggak perlu jauh-jauh kan belajarnya? Tapi Ayah lihat-lihat sekarang kamu jadi sering keluar ya sama Aisyah."

"Iya, Yah. Kan suaminya Kak Aisyah enggak pernah mau antar dia, jadi mau enggak mau Kak Aisyah perginya sama aku." Ana melirik ke arah Aiman yang merasa tersindir dengan ucapannya.

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang