Part 01

558 27 0
                                    

Part 01

Di sebuah panti asuhan, seorang wanita cantik tengah membantu adik-adiknya menyiapkan sarapan mereka. Ia begitu lihai menata piring, gelas, sendok, beserta nasi, dan lauk-pauknya di atas meja yang jumlahnya cukup banyak. Mungkin ada sekitar sepuluh bangku panjang dan dua puluh kursi yang berukuran sama, yang membuat tempatnya bak kantin sekolah.

Setelah semua sudah selesai disiapkan, wanita berhijab itu membunyikan lonceng beberapa kali, menandakan semua anak harus datang untuk sarapan, karena sebagian besar dari mereka masih harus berangkat ke sekolah. Wanita itu tentu dengan sabar membantu mereka, ia bahkan tersenyum saat beberapa anak berceloteh menceritakan kisahnya.

"Pelan-pelan ya makannya! Jangan lupa baca doa dulu, supaya setannya enggak ikut makan," ujar wanita itu ke semua anak-anak, yang sebagian dari mereka justru tertawa mendengarnya.

"Kak Icha, Dani tadi belum baca doa tapi langsung makan, berarti di samping dia ada setannya ya, Kak?" ujar salah satu dari mereka, yang membuat bocah bernama Dani itu meringsut ketakutan.

"Iya, makanya kita harus cepat-cepat doa kalau sudah ingat, supaya makanan yang kita makan itu juga berkah ya anak-anak." Wanita itu menjawab dengan sabar lalu menoleh ke arah Dani, yang masih terdiam tidak berani makan lagi.

"Dani, ayo baca doa dulu terus lanjut makan ya!" Wanita itu mengelus punggungnya, yang diangguki mengerti olehnya.

"Iya, Kak Icha."

"Kok Kakak diam aja sih namanya dipanggil dengan sebutan Kak Icha? Padahal kan nama asli Kakak itu Aisyah?" tanya salah satu anak yang umurnya cukup dewasa dari pada yang lainnya.

"Nama Aisyah itu sedikit susah untuk mereka eja, apalagi untuk anak-anak yang baru masuk dan yang masih kecil-kecil umurnya, jadi enggak apa-apa kalau mereka mau memanggil Kakak dengan nama Icha, buat Kakak itu sama aja kok."

"Oh gitu? Oke deh, Kak." Anak itu tersenyum yang ditanggapi sama oleh wanita tersebut.

"Setelah makan, kalian langsung ke sekolah ya, nanti setelah pulang, kita semua akan datang ke kantor AAMIIN Group. Di sana sedang diadakan syukuran dan juga santunan anak yatim, ini kedua kalinya kita diundang, jadi tolong bersikap baik ya semuanya."

"Iya, Kak." Mereka menjawab serempak yang disenyumi oleh wanita yang bernama Aisyah tersebut, sesekali matanya menatap ke beberapa anak yang mungkin masih kesulitan untuk makan sendiri, di saat itu lah ia akan datang untuk membantunya.

Nama wanita berhijab itu sendiri memang Aisyah, tepatnya Aisyah Putri Pratama. Umurnya baru dua puluh lima tahun, umur yang masih dikategorikan muda, namun kehidupannya mengharuskan ia menjadi orang tua untuk adik-adiknya di panti asuhan.

Awalnya, Aisyah juga salah satu dari mereka, menjadi anak panti asuhan di umurnya yang baru dua tahun. Alasannya cukup menyedihkan, karena orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat saat mereka baru pulang dari luar kota untuk urusan perusahaan.

Cukup membutuhkan waktu lama untuk Aisyah mengetahui kebenarannya, karena ibu pantinya tidak tega untuk menceritakan kisahnya. Dan saat Aisyah sudah menginjak umur tujuh belas tahun, di saat itu lah ia diberitahu semuanya, alasan kenapa ia di sana dan kenapa ia tidak seperti teman-temannya yang berada di sekolahnya.

Dulu, saat Aisyah masih kecil ia sering menanyakan alasannya, kenapa ia tak memiliki orang tua kandung, sedangkan ia sendiri tak dibolehkan diangkat oleh keluarga lain. Namun ibu panti selalu tersenyum, dan mengatakan kalimat-kalimat yang memuakkan untuk Aisyah dengar saat itu.

"Nanti kalau kamu sudah besar, Ibu akan kasih tahu semuanya, jadi kamu yang sabar ya, Ibu yakin kamu pasti bisa menunggu kan?"

Meskipun Aisyah menganggukkan kepala, namun tetap saja ia masih merasa penasaran dengan keberadaan orang tua kandungnya yang begitu tega meninggalkannya. Saat itu ia masih berpikir egois, mungkin karena usianya baru sepuluh tahun. Namun seiring berjalannya waktu, ia baru menyadari sesuatu hal. Anak-anak yang berada di panti asuhan itu sama dengannya, tak memiliki orang tua kandung tidak seperti teman-teman sekolahnya.

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang