Part 19

149 8 0
                                    

Part 19

Aiman bergabung dengan kedua adiknya dan juga istrinya, yang saat ini tengah duduk di meja makan, mereka tampak asyik mengobrol terutama Aisyah yang terlihat sudah akrab dengan Ahsan. Aiman sendiri merasa tidak apa-apa, ia bahkan bersyukur jika mereka bisa dekat selayaknya keluarga.

"Kamu sudah berkenalan dengan dia, Ahsan?" tanya Aiman sembari duduk di kursi yang berada di dekat adiknya, sedangkan Aisyah dan Ana berada di hadapannya.

"Dia maksudnya Kak Aisyah, Kak?"

"Iya, siapa lagi?" jawab Aiman terdengar lain jika berhubungan dengan istrinya tersebut, mungkin Ana sudah terbiasa dengan hal itu, namun tidak dengan Ahsan yang justru merasa heran.

"Iya, Kak. Aku sudah berkenalan kok," jawab Ahsan seadanya sembari menatap ke arah Aisyah yang terlihat berubah sikapnya dari sebelumnya.

"Oh ya Kak, mumpung Kak Aiman sudah ada di sini, sekarang aku mau potong kue buatan aku sendiri yang dibantu oleh Kak Aisyah yang paling baik hati." Ana mendirikan tubuhnya sembari menunjuk kuenya dengan kedua tangannya, ia tampak sangat bangga saat memperlihatkannya ke mereka semua.

"Kak Aiman sama Kak Ahsan harus coba kue buatan aku, kalian juga harus nilai rasanya. Sebentar, aku potong dulu." Ana memotong kue tersebut lalu meletakkannya pada dua piring kecil dan memberikannya pada Aiman dan juga Ahsan.

"Silakan dicicipi!" ujar Ana lagi sembari memberikan kue itu ke mereka berdua.

"Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Ana penuh harap pada Ahsan yang tampak tak percaya dengan rasanya, bisa dilihat dari ekspresi wajahnya.

"Wah rasanya enak banget, terus coklatnya juga meleleh di dalam, Kakak enggak percaya kamu bisa buat kue seenak ini." Ahsan begitu antusias saat mengatakannya, yang tentu saja membuat Ana kian bangga dengan dirinya.

"Iya dong, pakai resep siapa dulu? Kak Aisyah." Ana menjawab dengan bangga nama Kakak iparnya, yang membuat wanita itu tersenyum mendengarnya.

"Kalau menurut Kak Aiman, bagaimana rasanya? Enak enggak, Kak?" tanya Ana ke arah Aiman kali ini, namun laki-laki itu justru terlihat biasa saja dan bahkan terkesan tidak menyukainya.

"Biasa aja, rasa kuenya juga terlalu manis." Mendengar jawaban Aiman, Ana seketika terdiam dengan ekspresi kecewa, membuat Aisyah merasa bersalah dan berusaha untuk menghiburnya.

"Aku minta maaf ya, Ana. Karena aku yang sudah menyuruh kamu kasih gulanya, mungkin karena itu rasanya jadi terlalu manis. Nanti kita bisa mencobanya lagi tapi dikurangi gulanya, bagaimana?" ujar Aisyah yang diangguki oleh Ana, meskipun kecewa dengan jawaban kakaknya, namun ia juga ingin mencoba rasanya.

"Memangnya iya ya terlalu manis? Tadi gulanya juga enggak terlalu banyak kok," gumam Ana sembari mencicipinya dan menurutnya rasanya sangat pas dan enak, tidak kemanisan terlebih lagi biasa saja.

"Enak kok rasanya, lidah Kak Aiman bermasalah ya?" ujar Ana kesal ke arah Aiman yang tampak tenang dan bahkan menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok, Kakak cuma enggak suka aja sama resep kue brownies yang kaya gitu." Aiman mendirikan tubuhnya lalu melenggang pergi begitu saja, meninggalkan mereka bertiga dengan ekspresi berbeda-beda.

"Apaan sih enggak jelas?" Ana tentu merasa kesal, karena kakaknya tidak bisa menghargai usahanya, padahal ia sudah sangat berusaha payah untuk mempelajarinya.

"Kak Aiman kan memang enggak suka manis, Ana. Kamu sendiri tau itu kan, sudah ya! Jangan marah! Kakak suka kok." Ahsan berusaha menenangkan adiknya, sedangkan Aisyah justru terdiam karena ia sadar dengan maksud ucapan Aiman, suaminya itu bukan tidak suka dengan kue buatan adiknya, namun ia hanya tidak suka resep itu berasal darinya, istri yang masih dibencinya.

ISTRI YANG TAK INGIN KUSENTUH TERNYATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang