Prolog

391 36 3
                                    

Happy Reading !

<>••<>••<>••<>••<>••<>••<>••<>••<>

Istana besar yang berisikan anggota keluarga diobrak-abrik begitu saja. Sang pemimpin klan tengah bersusah payah melawan segerombolan orang yang tak diketahui siapa mereka untuk menyelamatkan anggota keluarganya dari pembantaian itu.

Suara berisik dari kegaduhan, percikan darah dan suara daging terkoyak menjadi satu di dalam sana. Berbagai pelayan di istana juga turut meregang nyawa padahal mereka tak tahu apa-apa.

"Kau menciptakan batu diyu yang sangat berbahaya!!" teriak seorang pria yang terlihat tengah menghunuskan pedangnya pada pemimpin klan.

"Batu diyu memiliki kehebatan yang luar biasa, akan sangat bermanfaat jika semua klan menggunakannya," jelas pemimpin klan Xiao tersebut.

"Batu diyu itu akan membawa kehancuran!!"

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun terbangun dari tidurnya karena sayup-sayup ia mendengar keributan dari arah luar. Ia mendengar teriakan sang ibu yang terus memanggil namannya.

"Xiao Zhan!! Sembunyi!!" teriak ibunya yang entah berasal dari mana.

Xiao Zhan beranjak dari ranjangnya penasaran dengan apa yang sedang terjadi di luar. Anak itu pun perlahan melangkahkan kakinya dan membuka pintu. Ia tidak melihat siapapun di sana, hanya keheningan yang menemani lorong tersebut.

Xiao Zhan berjalan ke arah suara ayahnya yang terdengar tengah berbincang dengan seseorang.
Xiao Zhan dengan pelan menggeser pintu kayu bewarna kecoklatan tersebut dan ia terdiam dengan jantung yang berdetak kencang tak karuan.

Ia melihat di depan mata kepalanya sendiri sang ayah dipenggal dengan pedang oleh seorang pria yang tak tampak wajahnya. Xiao Zhan terpaku dengan perasaannya yang campur aduk. Tak hanya ayahnya yang ia lihat di sana, ibunya juga sudah tak bernyawa lagi. Xiao Zhan bergetar takut apalagi saat melihat ruangan itu sudah dipenuhi dengan mayat, darah yang berserakan dan potongan-potongan daging yang berserakan.

"Habisi semua klan Xiao," ucap pria yang baru saja memenggal pemimpin klan Xiao tersebut pada prajuritnya.

Mendengar itu Xiao Zhan tak hanya diam. Ia pun berlari sekencang-kencangnya keluar dari istana tersebut. Dengan tatapan dan pikiran yang kosong Xiao Zhan terus berlari tak tahu arah dan tujuannya. Ia tak dapat mengekspresikan perasaannya hingga air mata pun tak dapat ia keluarkan sangking ia tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Semua prajurit mencari klan Xiao yang tersisa ke segala arah. Mereka tidak membiarkan satupun dari klan Xiao yang hidup.

Xiao Zhan terus berlari memasuki sebuah hutan. Ia melihat ada gua besar dan berlari masuk ke sana. Ia dengan kepintarannya bersembunyi di gua tersebut dan menutupi tubuhnya dengan dedaunan kering hingga tak lagi tampak alias ia tertimbun.

"Aku melihat anak kecil itu masuk ke gua."
"Apa kau yakin? Ayo kita melihatnya."

Dua prajurit masuk ke gua tempat Xiao Zhan bersembunyi. Kedua prajurit itu mencari dengan teliti dari setiap sudut gua besar tersebut.

Xiao Zhan berdebar-debar panik takut ketahuan. Ia menutup mulutnya menahan agar tidak berteriak saat tangannya terinjak oleh prajurit tersebut.

"Tidak ada siapapun, aku rasa kau salah lihat."
"Aku yakin anak itu masuk ke sini."
"Apa kau yakin itu manusia?"
"Eee... Ti-tidak..."
"Yasudah, ayo kita pergi."

Prajurit itu pun berlari keluar dari gua. Xiao Zhan dapat bernafas lega dan segera keluar dari tumpukan dedaunan tersebut. Ia memijat tangannya yang bengkak karena terinjak.

Xiao Zhan tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia tiba-tiba meneteskan air matanya tanpa suara kala mengingat ayah dan ibunya yang tiada.

"Ayah... Ibu...," isaknya lirih dan memeluk lutut kecilnya.

"Hei anak tampan," panggil seorang pria berjubah hitam dengan sebuah obor kayu di tangannya.

Sontak Xiao Zhan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang memanggilnya. Pria itu menyunggingkan sebuah senyuman lebar kemudian menjulurkan tangannya pada Xiao Zhan.

"Ayo ikut aku," ajak pria itu yang menatap kedua mata Xiao Zhan seolah tengah menghipnotisnya. Pria itu mengeluarkan kekuatannya berupa asap hitam, dapat menghipnotis siapapun yang menghirup asap itu.

Xiao Zhan yang sudah menghirup asap hitam itupun terhipnotis. Ia menyambut tangan pria itu dan memegangnya erat.
Dengan senyuman kemenangan pria itu menggendong Xiao Zhan dan membawanya pergi dari gua tersebut.

••●✿YZ✿●••

Abaikan typo.

Two Goals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang