| 6 |

130 18 2
                                    


H

awa dingin menghembus kulit keempat pemuda yang baru tiba. Pohon-pohon tinggi menjulang menutupi cerahnya langit membuat suasana terasa gelap. Suara burung berkicau disertai hembusan angin menghilangkan kesunyian pagi itu.

"Yangyang, kenapa kau mengajakku?" bisik Xu Kai ketakutan.

"Diamlah,"ujar Yangyang memberikan tatapan sinis pada Xu Kai.

Zhan terus melangkahkan kakinya sesuai energi yang ia rasa. Energi itu mengarah ke sebelah barat.

"Dari mana kau tahu bunga biru itu ada di sini?" tanya Yangyang penasaran pada Zhan.

"Kenapa kau ingin tahu?" ketus Zhan.

Yangyang meremas kuat pedangnya merasa kesal mendengar jawaban ketus dari Zhan. Ia menatap sinis pria itu karena sejak awal kehadirannya, Yangyang tidak pernah suka.

Yibo mengusap-usap lengannya karena hawa dingin menyerang kulitnya. Ia melirik ke sana ke mari memperhatikan sekitar. Tempat yang tak layak untuk dimasuki manusia.

"Seberapa jauh lagi kita akan berjalan?" tanya Yibo jenuh. Kakinya terasa kram karena terlalu banyak berjalan.

"Kau sangat lemah," cibir Zhan.

"Hei?! Kalian memiliki inti spritual sedangkan aku tidak, jadi bukankah hal yang wajar jika aku lemah?!" bentak Yibo dengan penuh emosi.

Xu Kai merinding takut dan dengan cepat mengelus-elus punggung Yibo berusaha menenangkannya. Ia tidak pernah suka dengan keributan.

"Seberapa kuat dirimu sehingga berani menghina?" sahut Yangyang dengan tatapan menantang pada Zhan.

Zhan menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Yangyang dengan tatapan datar. Keduanya beradu pandang dengan sorot mata yang tampak berbeda tetapi memancarkan aura menyeramkan dari keduanya membuat Yibo dan Xu Kai bergidik ngeri dengan seketika.

"Hei...hentikan mereka," bisik Xu Kai takut.

"Kau saja, aku tidak berani," jawab Yibo ikut berbisik.

Zhan memberikan senyuman miring dengan tatapan ledek kemudian berkata,"bukankah membuatmu tidak bergerak sudah cukup membuktikannya?" Zhan memutar tubuhnya dan kembali melangkah.

Yangyang bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya tetapi untungnya Yibo mencengkram lengannya.

"Kita ke mari untuk mencari bukan berkelahi," ucap Yibo memperingati seraya tersenyum kemudian berlari kecil mengikuti Zhan yang sudah melangkah agak jauh.

Yangyang menguatkan rahangnya dengan tatapan mata berapi-api penuh dendam pada sosok pria berjubah putih, Zhan.

"Sudahlah, Yangyang, ayo lanjutkan," Xu Kai menepuk-nepuk pelan punggung Yangyang kemudian merangkulnya dan kembali berjalan.

"Zhan, apakah di sini ada sesuatu yang bisa mengembalikan inti spritual ku?" tanya Yibo seraya memainkan daun yang baru ia cabut.

"Tidak hanya mengembalikan inti spritual, tetapi juga mengembalikan mu ke langit, ingin?" jawab Zhan memberikan pilihan dengan tatapan serius. Tentu maksud Zhan adalah menyuruh Yibo untuk mati.

Yibo tertegun takut membayangkan dirinya akan mati kemudian ia menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak bisakah kau menjawabku dengan baik?" ujar Yibo dengan bibir mengerucut ke depan.

"Tidak bisakah kau diam?" tegas Zhan yang memberikannya tatapan nyalang. Pertanyaan yang terus Yibo lontarkan membuat konsentrasi Zhan berkurang. Alhasil ia tidak bisa merasakan terlalu jelas energi dari bunga biru itu.

Two Goals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang