Yibo terdiam dengan mulut dan mata yang terbuka lebar menatap pamannya tak menyangka. Yibo menoleh sejenak ke arah Zhan yang tengah menatapnya jijik kemudian bayang-bayang ia mencium pria itu melintas di benaknya membuat ia dengan seketika bergidik geli."Paman? Apakah paman bercanda?" tanya Yibo seraya menatap Zhan geli.
"Apakah aku terlihat sedang bercanda?"
"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Yibo mentah-mentah seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hanya keturunan Wang yang bisa melakukannya," ujar guru Qi seraya mengambil sebuah ramuan dari laci.
Yibo mengetuk-ngetuk dagunya seraya menatap Qishu dengan tatapan sulit diartikan. Guru Qi menoleh ke arahnya dan melihat tatapan itu seketika ia mengerti.
"Kau ingin aku yang melakukannya?" ujar guru Qi menatap Yibo dengan tatapan menantang.
"Sial...," Zhan mengumpat seraya mendengus kesal. Situasi apa yang sedang dihadapinya sekarang?
"Bukankah paman juga keturunan Wang?" ujar Yibo seraya mendudukkan bokongnya di ranjang tempat Zhan berbaring membuat tempat untuk Zhan termakan oleh tubuhnya.
"Bajingan kecil ini," umpat Zhan geram. Jika saja ia tidak terluka. Sudah dipastikan kepala pemuda itu hancur berkeping-keping.
"Yibo, jangan bercanda, ini menyangkut nyawanya," tegas guru Qi menatap kedua mata Yibo serius.
Yibo terdiam kemudian melirik ke arah Zhan. Tampak wajah pria itu yang sudah pucat dan terlihat menyedihkan membuat siapapun yang melihatnya pasti merasa kasihan, salah satunya Yibo.
"Jadi...aku harus melakukan itu?" tanya Yibo seraya tertegun.
Guru Qi memberikan anggukan seraya tersenyum dan menyodorkan ramuan itu kepada Yibo.
"Masukkan ini juga."
"Hah?!" Yibo menganga terkejut sekaligus bingung. Kini ia diminta memasukkan ramuan itu lewat ciuman?
"Aku sudah membuat penawarnya!" ujar guru Chu dengan senyuman penuh semangat membawa beberapa obat penawar yang sudah ia racik dari bahan utama berupa bunga biru dari bukit Shie.
Guru Qi dan Yibo langsung menghampiri guru Chu dan mengambil beberapa obatnya kemudian Yibo mengolesi obat itu di dada masing-masing mereka. Setelah itu guru Qi dan guru Chu memasukkan obat itu dengan kekuatan mereka hingga obat bunga biru itu menyerap masuk ke inti spritual mereka.
Dalam beberapa menit setelah pengobatan. Kelima murid itu sudah tak berbentuk batu lagi dan sudah berbentuk manusia seutuhnya. Guru Chu memeriksa mata mereka satu persatu dan sudah kembali normal. Di situlah mereka bernafas lega.
"Berhasil," ujar guru Chu tersenyum puas. Suatu kepuasan tersendiri kala ia berhasil menyembuhkan.
"Belum, kenapa mereka tidak bangun juga?" tanya Yibo seraya berkedip polos.
"Kau pikir akan secepat itu? Setidaknya mereka membutuhkan waktu tiga jam untuk tersadar kembali," jawab guru Qi dengan sedikit emosi.
Yibo menganggukkan kepalanya mengerti kemudian menoleh ke arah Zhan. Pria itu tengah tertidur. Tetapi setelah Yibo perhatikan lebih baik lagi, sepertinya pria itu tak dalam keadaan tidur melainkan.
"Mati?" teriak Yibo panik dan berlari menghampiri Zhan.
Teriakan Yibo membuat guru Qi dan guru Chu panik seketika dan ikut berlari menghampiri Zhan. Yibo mengguncang-guncang tubuh Zhan berkali-kali dan pria itu tidak kunjung bangun juga.
"Zhan?" Yibo memanggilnya dengan rasa cemas. Ia takut pria itu kenapa-kenapa.
"Dia terkena kutukan turun temurun Wang," ucap guru Qi memberitahukan guru Chu yang menatapnya membutuhkan penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Goals
FantasySosok yang dikenal akan kehebatannya, Yinying. Ia menjadi incaran sekte Sheng karena kultivasi yang dipilihnya dianggap melanggar sumpah klan dan juga sekte. Di sisi lain, seorang pemuda merasa sangat sedih karena berbeda dengan teman-temannya yang...