| 13 |

152 17 2
                                    


Hari pertama pertandingan. Seluruh aula istana perkumpulan sudah diisi dengan para murid dan guru yang akan menyaksikan pertandingan antara Wang Yibo dan Xu Wei.

Yibo tengah berdiri di tengah-tengah aula menunggu kehadiran lawannya. Ia berharap untuk menang kali ini karena dia sudah berlatih banyak. Walaupun hanya berlatih pedang menggunakan teknik yang Zhan ajarkan waktu itu.

"Apakah Yibo akan menang?"
"Mana mungkin, dia hanya bisa pedang."
"Lihatlah dia berdiri dengan percaya diri."
"Aku harap guru Chu mempersiapkan banyak obat-obatan untuknya nanti."

Semua murid berbisik-bisik merendahkan Yibo. Tak banyak dari mereka yang percaya jika Yibo akan menang, bahkan tidak ada sekalipun terkecuali Yangyang dan Xu Kai yang tetap menyemangatinya.

Hedi yang tengah duduk memperhatikan Yibo dengan tatapan ledek seketika berdiri dan menepuk tangannya sebanyak tiga kali membuat semua atensi tertuju padanya.

"Seperti perjanjian, hari ini adalah hari pertama Wang Yibo akan bertarung dengan murid pertama."

"Kalian lihat di samping sebelah kiri ku? Itu adalah kelinci emas, kalian tau kan harganya berapa?" ujar Hedi seraya menunjuk sepuluh emas kelinci yang dipegang para pelayannya.

Semua murid langsung berbisik-bisik setelah melihat kelinci emas itu yang hanya didapatkan oleh keturunan kerajaan dengan harganya yang sangat mahal.

"10 murid yang menang akan mendapatkannya, kalau aku menang melawan Yibo, jika aku kalah maka emas itu tidak akan jatuh ke tangan kalian," ujar Hedi dengan senyuman ledek ke arah Yibo.

Semua murid bertepuk tangan dan murid yang akan melawan Yibo sudah pasti senang bukan kepalang. Mengingat Yibo yang tak memiliki inti spritual pasti sangat mudah mengalahkannya dan sudah pasti mereka akan mendapatkan emas itu karena yakin Yibo akan kalah di tangan Hedi.

"Pria licik!" gumam Yibo geram dan memalingkan wajahnya dari Hedi karena muak melihat tatapan ledeknya.

"Baiklah, sepertinya Wang Yibo sangat tidak sabar untuk bertarung," ucap Hedi seraya terkekeh kecil.

"Lebih tepatnya dia tidak sabar untuk terkapar nantinya," sahut pria berbaju ungu yang pernah menyerangnya. Ledekan pria itu diikuti dengan tertawa renyah oleh murid-murid lainnya.

Yangyang tak tahan dengan semua hinaan yang terlontarkan untuk Yibo. Ia sudah bersiap untuk mengeluarkan pedangnya tetapi Xu Kai memperingatinya untuk tidak gegabah.

Yibo mengepalkan tangannya erat menahan amarah. Amarah yang ia rasakan dialihkan untuk menjadi semangatnya dalam bertarung nanti.

"Xu Wei, silahkan memasuki area."

Pria yang dipanggil Xu Wei berjalan dengan angkuh, masuk ke area pertandingan dan berhadapan dengan Yibo.

"Salam."

Yibo dan Wei langsung membungkuk dan memberikan penghormatan.

"Bersiap."

Yibo mendongakkan kepalanya dan berdiri tegap. Menatap datar pria di hadapannya yang tengah memberikan tatapan angkuh padanya. Pria itu sudah seratus persen yakin jika dirinya akan menang.

Guru Chu dan guru Qi saling bertatapan dengan perasaan takut. Keduanya takut jika Yibo terluka parah karena tubuhnya yang lemah.

"Kenapa anak bodoh ini menerima perjanjian konyol seperti ini," ujar guru Qi dengan wajah kesal. Dibalik perkataannya yang menyakitkan dia hanya menutupi kekhawatirannya.

"Jika aku menjadi Yibo aku pun menyetujuinya, ini semua karena dia hanya ingin dianggap keberadaanya," sahut guru Chu dengan tatapan sendu menatap Yibo.

Two Goals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang