salah paham

11 1 0
                                    

Seorang gadis sedang berjalan ke arah toilet berupaya untuk membasuh wajahnya yang tampak sedang kedinginan. Gadis itu tak lain adalah Linzy Laurance. Linzy berjalan dengan langkah gemetar membuka pintu toilet.

Ceklek!

“Dingin. Hiks ... Kenapa mereka sangat jahat!” tangis Linzy sejadi-jadinya. Ia mendadak menjadi lemas melihat wajah dan seragamnya yang basah dengan air dingin tadi.

“Ibu, Ayah. Linzy kagen! Linzy capeh harus di bully setiap hari. Linzy mau nyusul kalian berdua aja kalau Linzy udah capeh seperti ini.”

Linzy membasuh wajah cantiknya dengan tangan gemetar karena rasa dingin yang masih belum hilang dari tubvhnya.

Kemudian, Linzy menatap dalam matanya sendiri. Terlihat jelas di sana kalau gadis itu sedang terluka dengan luka yang amat dalam.

“Ck, memang benar apa kata orang. Gue nggak pantas hidup di dunia ini kalau setiap hari begini terus jadinya. Gue capeh!” Linzy frustasi sambil mencengkram seragamnya yang basah.

Lalu sedetik berlalu. Linzy mengambil sebuah pecahan kaca yang tidak sengaja ia lihat di samping wastafel itu. Ia mengambil lalu mengarahkannya tepat di leh3rnya sendiri.

“Huh, gue ingin bernafas lega! Gue nggak mau seperti ini lagi. Udah cukup!” baru saja ingin menggoreskan pecahan itu di leh3rnya, Linzy di berhentikan oleh sebuah suara bisikan entah darimana.

‘Jangan lakukan itu bod0h!’

‘Jangan!’

‘Apa yang kau lakukan itu salah!’

‘Jangan!’

‘Apa yang kau lakukan Linzy! Sadar, temanmu masih membutuhkanmu!’

‘Jatuhkan dan jangan lakukan hal gil4 seperti itu!’

“Argh ...!”

Gadis itu memejamkan matanya lalu menggoreskan kaca itu dengan kasar di leh3rnya meski baru setengah yang terluka. Dengan cepat ia jatuhkan pecahan kaca yang berlumuran dar4h itu di lantai.

Linzy menatap lurus di cermin dengan banyaknya dar4h di leh3rnya yang tidak habis turun terus menerus.

Dengan langkah gontai, Linzy baru saja menginjakkan kakinya ke luar, ia sudah tersentak kaget oleh keberadaan Dava yang melihatnya dari jarak yang agak dekat. Sepertinya cowok itu akan pulang.

Brukh!

Dava mendorong Linzy hingga gadis itu terpental ke tembok cukup keras.

“Dasar bodoh! Apa yang lo lakuin? Mencoba untuk melukai diri lo sendiri, hah?!” sentak Dava mencengkeram erat dagu Linzy hingga gadis itu meringis sakit karena jari tangan Dava menyentuh sebagian leh3rnya yang terluka.

“Lepas, awsh–memangnya itu ur--urusan lo!” balas Linzy merasakan tenggorokannya yang tercekat sesuatu.

Dava melerai cengkraman tangannya berubah menjadi sebuah elusan lembut yang di arahkan ke leh3r terluka Linzy. Dava menghapus dar4h yang keluar.

Cowok itu tiba-tiba saja teringat sesuatu yang dimana Linzy menghapus dar4h yang keluar dari hidungnya saat ia baru saja selesai berkelahi dengan seseorang.

“Awsh!” ringis Linzy yang hendak memegang leh3rnya. Bukannya leh3r yang di dapatnya, Linzy malah memegang tangan Dava membuat cowok itu menatap Linzy yang sedang menatapnya juga.

Sepasang bola mata indah berwarna hijau dan biru itu bertemu. Membuat sesuatu di dad4 Linzy berdetak dengan hebat.

“Awas!” Linzy mendorong tubvh kekar Dava yang lama kelamaan semakin merapatkannya ke tembok.

kesayangan ketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang