…
“Apaan anj4y?! Kalo Bunda Zoya kena serangan jantung elo yang nanggung mungkin akibatnya. Ngakak benar c9y cerita lo,” tawa Violet sambil memukvl-mukvl lengan Linzy yang sedang duduk menunggu jam istirahat.
“Shh, nggak usah mukvl juga kali tangannya. Mau gue mutil4si sekarang? Bobrok benar lu. Masa kek ginian lo ketawain,”
Linzy membuang wajah ke arah lain.
Gadis itu malas sekali melihat wajah Violet yang menurutnya sangat lucu, Linzy juga tidak mau ketawa sekarang.
Dirinya benar-benar malu harus di pergoki atas kejadian beberapa waktu lalu.
“Yang benar aja–”
“Nggak rugi dong! Secara, kan lo bisa ketemu Dava setiap hari, terus ehem-eheman. Uy, di jamin otw nikah muda. Aduhh, senangnya oh senangnya!” Violet mencvbit pipi Linzy.
Linzy menepis tangan Violet lalu melototi gadis itu dengan tajam. “Tangannya nggak usah najkal Kack! Yang ada langsung gue rawrr! Biar tangannya nggak ada." ketus Linzy.
“Santai deck, nggak usah ngegas jadi orang. Yuk kita keluar siapa tau dengan kita keluar, jam istirahat langsung–”
Kring!
Kring!
Kring!
Jam istirahat berbunyi membuat Violet segera merangkul pundak Linzy untuk berdiri dan ke kantin.
Mereka berjalan keluar meninggalkan kelas yang sudah sepi karena sedari tadi murid-murid sudah berkeliaran sana-sini.
Saat di tengah-tengah perjalanan, Linzy dan Violet menghentikan langkahnya saat seorang cewek memakai sweater sedang mengejar Dava sambil memegang tangannya.
“Dava! Kok lo nggak nyapa gue? Kenapa lo jadi kayak gini?” cewek itu berdiri di hadapan Dava yang sudah sangat emosi.
“Ck, emang lo siapa? Untuk apa gue nyapa cewek mur4han kayak lo? Awas!” sentak Dava melanjutkan jalannya sambil memperbaiki dasinya yang tampak kurang rapi.
“Dava! Dengerin gue dulu. Apa jangan-jangan lo udah punya cewek? Iya, kan?” cewek itu segera memegang pundak Dava tetapi segera di tepis dengan kas4r bahkan suara tepisan itu sampai ke telinga Linzy yang tidak jauh dari mereka.
“Iya! Gue udah punya cewek. Puas lo?!” Dava segera berjalan dengan wajah tidak biasanya.
‘Dia udah punya cewek. Siapa? Kok gue nggak Pernah lihat? Em, mungkin ceweknya ada di sekolah lain.’ batin Linzy.
“Dava! Gue kurang apa? Kenapa saat itu lo nolak cinta gu–”
“Jangan sentuh gue ANJ1NG!” teriak Dava emosi lalu meninggalkan cewek itu yang syok memegang dad4nya kaget mendengar bentakan Dava.
Murid-murid mulai berbisik membicarakannya.
Tampak mereka juga ada yang tertawa dan menyinis cewek itu yang mulai pergi dari sana.
Sekilas Linzy dan cewek itu berpapasan hingga tatapan tajam cewek itu menyorot ke arahnya.
“Woy, santai dikit napa matanya. Sok-sokan nyinis kakak kelas. Tiba di MOS langsung jadi b4bu kita berdua lo!” kesal Violet mengumpati cewek itu yang menghilang pergi entah kemana.
Kemudian, Violet menoleh pada Linzy. Tampak wajah gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
Apakah Linzy cemburu pada cewek tadi dan Dava?
“Jangan cemburu seng. Ayo kita ke kantin gue beliin makanan kesukaan lo. Ayook!”
Linzy mengangguk kecil walau sebenarnya gadis itu tidak suka dengan perkataan Violet yang sering mengatainya kalau dia seolah-olah suka dengan Dava.