⚠️ Abaikan, Typo ⚠️…
“Kenapa? Apa lo takut kalau gue sampai ngapa-ngapain ini cewek? Apa jangan-jangan lo suka sama cewek ini hem, Dava?!”
Rahang Dava mengeras melihat cowok itu yang semakin mengeratkan dekapannya hingga Linzy memberontak kas*r terhadapnya.
“Lepasin gue! Mau apa lo sebenarnya, hah?!" sentak Linzy membuat cowok itu terkekeh sinis dan perlahan mengecvp kening Linzy.
Cvp!
Dava maju dengan tangan yang di kepal erat. “Gue bilang jangan sent–”
“Eitss, kalo lo maju, gue akan lakukan lebih daripada ini. Masih mau maju? Ck, maju satu langkah aja mungkin cewek lo ini bakal jadi milik gue seutuhnya!”
Cowok itu pun tertawa sinis yang diikuti tawa oleh teman-temannya.
Linzy memejamkan mata sesaat lalu berbalik dan sekuat tenaga menampar pipi cowok itu yang berani-beraninya mengecvp keningnya.
Plak!
Dava tersenyum puas hingga di sudut bib1rnya tertarik sempurna. Teman-teman gang Dava yang melihat itu terkejut dengan aksi Linzy yang bisa saja dapat membuat keselamatannya terancam.
“Cewek si–”
Bugh!
Dava mendaratkan satu pukvlan mentah tepat di ulu hati cowok bernama Gio itu dengan kuat hingga teman-temannya berdiri untuk membantu Gio.
“Pengecvt!” ucap Dava dengan tatapan tajamnya membuat Lizny dengan cepat berlari ke arah teman-teman Dava.
“Malas menodai tangan dengan kelakuan bu5uk lo itu,” lanjut Dava.
Gio mengeluarkan dar4h segar hingga salah satu teman gang-nya bernama Kenzo membalas tatapan Dava dengan tajam. Tetapi, hal itu tidak dapat membuat Dava gentar.
“Apa yang lo lakuin?” gertak Kenzo.
Sedangkan Dava yang mendengarkan perkataan Kenzo yang agak lain segera menarik tangan Linzy pergi dari sana meninggalkan teman-temannya yang masih diam membeku.
“Kembali ke sekolah!” tegas Dava membuat teman-temannya naik ke atas motor mereka masing-masing.
“M-makasih udah nolongin gue.” cicit Linzy masih dalam cekalan Dava.
Cowok itu tidak mempunyai niat untuk melepaskan cekalan tangannya dari tangan Linzy. Padahal di lihat dari nada bicara Linzy, sepertinya gadis itu meminta agar tangannya di lepaskan Dava.
“Naik,”
Dava menoleh pada Linzy yang menatapnya.
“Gue tau gue ganteng. Cepat naik!"Linzy yang mendengar hal itu sontak mendelik lalu naik ke atas motor bersama Dava.
“Ck, pede amat jadi cowok. Gantengnya aja nggak seganteng Gojo Satoru,” timpal Linzy dengan suara lirihnya.
Hening.
Dava tidak menjawab perkataan Linzy yang semakin membuat Linzy bosan yang mengharuskan gadis itu menghela nafas panjang selama perjalanan kembali ke sekolah.
“B, o, s, a, n. Bosan!"
“Terus?” timpal Dava malas.
Cowok itu terkekeh kecil sampai-sampai tidak bisa di dengar oleh Linzy. Ia terkekeh melihat gaya bicara Linzy yang menurutnya sangat menggemaskan.
Setiba di perjalanan tengah menuju ke sekolah, mata Linzy berbinar senang ketika melihat sebuah permen kapas yang di jual di pinggiran jalan. Linzy melirik Dava dari kaca spion motor.