…
“LINZY LAURANCE!”
Hening.
“Woy, lo masih mau disitu, lagi nungguin siapa emang? Jangan suka menghayal lo, pasti ngehayalin gue yang enggak-enggak nih?”
Seketika hayalan Linzy hancur berkeping-keping, ia segera memukul wajahnya sendiri dengan hayalannya barusan, Dava mencintainya, sungguh diluar nalar.
“Apaan sih? Loe enggak usah teriak gitu dong, gua dengar kok gua enggak budeg kayak lo,”
Linzy beranjak dari bangku itu lalu melewati Dava yang masih menunggunya, Dava bingung. Sudah jelas-jelas dihadapannya ada dirinya kenapa masih saja dilewati.
“Lo mau kemana?” tanya Dava menghentikannya.
“Duh Dav, loe buta ya? Sekarang buka mata lo itu, jelas gua mau pulanglah!” sentak Linzy.
Dava menggelengkan kepalanya pelan lalu menariknya naik ke atas motor, alngakh terkejutnya Linzy saat diperlakukan seperti barusan, untung ia tidak jatuh dari motor.
“Ahk, untung gua enggak jatuh!” omelnya membuat Dava tertawa pelan mendengarnya.
“Lo lucu tau nggak, kalau lo omelin gua kayak tadi, seperti emak-emak yang marahin suaminya sendiri.” canda Dava dengan dingin.
Wajah Linzy memerah, tapi barusan terdengar seperti gombalan, ini juga baru pertama kali dalam seumur hidupnya mendengar lontaran kata-kata Dava barusan.
Tanpa ada suara lain lagi, Dava melajukan motornya meninggalkan area pantai yang mulai sepi tidak ada pengunjung yang datang.
»
Setelah sampai di rumah, Linzy turun dari atas motor Dava sambil melihat sekelilingnya yang sepi, tidak ada mobil di halaman rumah.
“Loh, kok enggak ada mobil sih? Apa jangan-jangan mereka pergi enggak ngasih tau ke gua ya, ck! Tuh kan, malas banget ahk!” kesal Linzy menoleh ke belakang.
“Ngapain loe masih disini?” ketus Linzy menatap Dava yang enggan juga pergi.
Dava mengedikkan bahunya dengan santai lalu turun dari atas motor dan tanpa sopan santunnya, cowok itu langsung duduk di kursi halaman rumah Violet, menatap Linzy dari kejauhan yang memang masih terlihat kesal.
Linzy mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu mensecrol ponselnya hingga tertera nama Violet di dalam sana, Linzy memencetnya dan mengeraskan volumenya.
“Halo?!”
[Apa sih? Oh iya, kata Bunda lo pergi sama Dava langsung ke rumahnya. Gua enggak pulang hari ini sama Bunda]
“Iya, tapi sekarang loe dimana sama Bunda?”
[Gua lagi ke rumah Nenek, maaf kalo kita lupa ngasih tau loe dari awal, maaf ya]
“Terus? Gua harus ikut cowok sok' ganteng itu dong?” Linzy melihat ke arah Dava yang memasang wajah datarnya dari jauh.
[Iya dong, bay-bay calon mantunya Tante Zoya, muachh nanti gua kabarin kalo udah mau pulang ke situ lagi!]
“Violet?”
[ ... ]
“Vio!”
Tut!
“Apa anj1r, malah dimatiin,” ucap Linzy tidak suka, ia pun segera berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Dava yang masih asyik melihatnya membuat ia sendiri merasa risih.
Linzy naik ke lantai atas mencari barang-barang penting yang harus ia bawa, dan barang penting itu pasti sudah tentu adalah sebuah buku dan charger handphone.