12

47 3 0
                                        

~Sekeras apa pun karang menghadang deburan ombak, pada akhir nya ia akan rapuh dan luluh lantah hingga menyatu bersama hamparan pasir.

Happy Reading 🥀

Tik.. Tik..

Rintik hujan mulai terdengar menghantam genteng yang membuat seorang remaja laki laki itu terbangun dari tidur lelap nya.

Ia melangkah menuju jendela kamar nya. Di tatap nya rintik hujan yang mulai meluas, hingga membuat aspal yang awal nya hitam, kini perlahan berubah menjadi putih karena tertutup oleh derasnya rintik hujan itu.

Dengan seulas senyuman joshua mengambil radio nya, dengan penuh semangat, joshua melangkahkan kaki nya menuju deras nya hujan itu tanpa sepengetahuan bunda nya. Langka demi langkah membawa joshua memasuki deras nya hujan.

Ia melangkah menuju jalanan yang kemarin ia bermain hujan bersama lily. Pandangan nya berkeliaran mencari seseorang. Jo kemudian memutar lagu dari radio milik nya.

Sementara itu, lily menatap pada hujan dari jendela kamar nya. Entah kenapa lily sangat ingin bertemu dengan anak istimewa itu. Cukup lama sudah lily tak melihat nya.
"Jo suka hujan, mungkin aja jo lagi main hujan sekarang." Gumam lily. Lily berlari mencari keberadaan payung nya. Setelah menemukan benda yang ia cari, lily pun melangkah keluar dari rumah nya.

"Mau kemana lily?." Tanya kak jinan yang entah dari mana datang nya.

"Mau beli mie" jawab nya sambil terburu buru mengenakan sandal jepit swallow milik kak jinan.

"Lily!, jangan hujan hujanan lagi!. Nanti kalau demam gue nggak akan ngobatin lo lagi." ujar Kak jinan sambil berkacak pinggang.

"Nggak, aku juga nggak mau sakit kok." Jawab lili sambil berlari membelah deras nya rintik hujan dengan payung di tangan nya.

Firasat lily mengatakan kalau ia akan bertemu dengan anak istimewa itu. Dan firasat itu benar adanya, karena saat ini kedua mata lily menangkap jelas sosok anak istimewa yang sedang duduk di tepi trotoar. Tempat yang sama saat pertama kali lily main hujan bersama joshua.

"Joshua!" Panggil lily dengan senyuman yang tampak dari wajah cantik itu. Namun tentu nya suara nya teredam oleh deras nya hujan, sehingga jo tak dapat mendengar suara itu.

Jo mengadahkan kepala nya saat merasa rintik hujan tak lagi menerpa diri nya. Namun kali ini jo tak lagi marah, ia hanya menatap lily selama beberapa detik. Karena tak kunjung mendapat respon dari joshua, lily pun duduk di sebelah anak istimewa itu dengan payung yang masih di tangan nya.

"Ternyata feeling gue benar, lo datang lagi ke sini jo." Ucap lily tanpa memudarkan senyuman di wajah nya.

Joshua tak bergeming, ia sibuk dengan radio di tangan nya. "Sudah lo nggak masuk sekolah. Gue kesepian jo. Nggak ada teman sebangku yang bisa gue ajak ngobrol. Ya walaupun lo nggak akan mau respon ocehan gue, tapi setidak nya ada yang bisa gue ajak bicara." Gumam lily sambil menatap lekat pada wajah joshua.

Tampak bekas lebam di bagian pipi dan sudut bibir joshua.
Lily mencoba memberanikan diri untuk memegang lebam itu, walaupun lily merasa takut kalau joshua tiga tiba kambuh dan marah pada nya.

"Jo ini kenapa jo? " Tanya lily sambil memegang lebam di sudut bibir jo. Jo tak menjawab pertanyaan lily, namun kali ini tatapan nya tertuju pada wajah cantik gadis di depan nya.

"Li-ly" Ucap jo terbata.

"Jo, lo bisa nyebut nama gue jo!. Ya ampun jo, mimpi apa gue semalam. Jo sebut lagi nama gue jo, cepat jo!" Desak lily dengan perasaan yang sangat sangat bahagia.

"Li-ly" ucap jo sekali lagi.

Sementara itu, rain dengan payung bening kesayangan nya berjalan membela deras nya hujan untuk mencari keberadaan putra kesayangan nya itu.

"Nak kamu di mana? " Gumam rain dengan air mata yang tampak mengalir dari sudut mata nya. padahal jo belum sembuh sepenuh nya, namun anak istimewa itu tak bisa menahan diri untuk bermain di bawah deras nya hujan.

Joshua Kingston ChevalierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang