♡HAPPY READING BU♡
Huachim...
Huachim..
Lily terus saja bersin, sampai hidung nya memerah. Namun bukan itu yang jadi masalah nya, karena saat ini jinan sedang menatap lily dengan penuh intimidasi.
"Aduhh.. Kak sakit!." Lily meringis saat jinan menarik telinga nya. Kini hidung dan telinga liliy sama merah nya karena jinan menarik telinga lily tanpa perasaan. "Lo tu nakal banget si, mama kan udah bilang jangan ujan ujan. Kalau lo demam yang repot siapa??. Udah tau nggak bisa ujan ujanan, tetap aja ngeyel." Omel jinan sambil menuangkan sirup parasetamol ke dalam sendok takar.
"Ya maaf, kan mama yang nyuruh beli garam nya." Ucap lily sendu karena di bentak kakak nya. Sebenar nya lily tidak benar benar sedih. Hanya saja ia ingin membuat kakak nya merasa iba pada nya. "Mama nyuruh beli garam! Bukan nyuruh ujan ujanan!." Omel jinan dengan suara cempreng yang membuat telinga lily sakit.
"Kak jinan nyadar nggak, kalau suara kak jinan tu cempreng. Nyamuk aja lari dengar nya." Ucap lily sambil tertawa. Namun tawa itu sirna saat jinan menatap tajam ke arah nya.
"Lo urus diri lo sendiri. Gue nggak mau di repotin sama adek durhaka kayak lo." Kesal jinan sambil meletakkan sirup parasetamol nya di atas nakas. Tidak cuma itu, jinan juga membawa mangkuk berisi bubur dan air panas keluar dari kamar lily.
"Kak jinan!!, kak jinan jangan tinggalin Huachim.. Kak jinan ja.. Huachim.. Kak jinan!." Panggil lily sambil menekan hidung nya menggunakan jari nya. Lily paling tidak suka saat pilek, apalagi saat hidung tersumbat. Rasa nya seperti berada di dalam lautan, lemas.
"Mama! , kak jinan nggak mau ngurus lily ma!." Teriak lily dengan suara sengau nya. "Awas ya kak jinan, aku nggak mau lagi nganterin surat untuk kak mini ya!." Ancam lily. Salah satu ancaman yang menjadi andalan lily untuk membuat kakak nya bisa kembali ke kamar nya dalam sekejap mata.
Benar saja, baru beberapa menit setelah lily mengancam. Tampak pintu kamar lily terbuka. Seonggok kepala muncul di sela pintu yang terbuka itu.
"Apa lo bilang??." Tanya jinan dengan tatapan tajam nya. Lily menunjuk kening nya, agar jinan segera meletakkan handuk untuk kompres.
"Nyusahin aja, besok besok jangan sakit deh!." Kesal jinan sambil meletakkan handuk yang baru ia rendam di air hangat."Ya kan bukan kemauan aku." Ucap lily sambil memanyunkan bibir nya. Lily sangat suka menggoda kakak nya yang super emosian itu.
****
Di sisi lain..
Sama seperti lily, Jo juga tampak bersin bersin. "Bunda sudah bilang jangan ujan ujanan." Ucap Rain sambil memberikan obat penurun demam dan pilek untuk jo.
Jo memang sering main hujan, namun jo sangat rentan karena imun nya rendah, makanya jo sering sakit.
"Bunda tau kalau kamu suka hujan, tapi bunda nggak bisa liat kamu sakit kayak gini. Bunda seneng liat jo bahagia. Tapi bunda sangat sedih saat liat jo sakit ." Ucap rain sambil mengelus lembut kepala joshua.
Joshua menarik tangan bunda nya, lalu memeluk nya dengan erat. Jika di tanya kenapa joshua bisa merespon bunda nya?. Ya karena saat terapi bunda nya lah yang di jadikan figuran pertama yang di kenal kan pada joshua. Makanya joshua bisa memberi respon saat bunda nya menyentuh nya.
SEE YOU NEXT PART GUYS..

KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua Kingston Chevalier
Novela JuvenilSebuah kisah yang membuka cerita di tahun 1995 tentang seorang anak laki laki yang mengidap autisme. ~𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘶𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩. 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘯𝘺𝘢...