13

11 3 6
                                    

"Dibalik persahabatan yang erat, ada lika liku yang terjadi."

- Glen Aksara



Pria berpakaian formal mengenakan kemeja biru beserta jas tanda kebesarannya, termenung diatas rooftop kantor Zangfie. Aryo menatap angin syahdu di pagi hari dengan secangkir kopi yang telah dibuatkan oleh salah satu asisten pribadinya, sebut saja Ratih Marsela.

"Andai saja dulu kamu tidak berbuat itu kepada saya."

"Mungkin hal ini tidak akan pernah ada Jordan Kayzar."

Pria itu tersenyum licik, sesekali menyeruput kopi yang terletak diatas balkon rooftop. Rasa sakit hati menjalar di seluruh tubuhnya, serasa seluruh ingatan masa lalu berputar kembali dibenaknya. Sebenarnya ia tak sejahat itu, hanya saja mantan teman sebisnis bahkan hingga kerabat terdekatnya sendiri telah mengkhianati dirinya.

Drrtt... Drrtt

Suara panggilan masuk dari saku celana miliknya, pemanggil itu berasal dari Ratih. Pria berjas itu langsung mengangkatnya dengan cekatan.

|Halo tuan, ada yang ingin saya bicarakan. Tuan sedang berada dimana?

|Katakan saja disini, cepatlah saya tidak ingin basa-basi!

|Ah, baik tuan. Jadi sekitar pukul sepuluh ada meeting dengan klien.

|Dibatalkan saja, saya sedang tidak mood.

|Tapi tuan, klien kali ini sangat penting untuk perusahaan kita.

|Cerewet sekali kamu itu! Baiklah sebentar lagi saya ke ruangan meeting.

|Terimakasih tuan

"Ck.. menyusahkan." gersah Aryo memasukkan kembali benda pipih itu kedalam saku celana miliknya. Gelas kopi itu sengaja ia tinggalkan diatas sana, sebab akan ada petugas kebersihan yang mengecek seluruh ruangan. Jadi ia pikir tidak masalah jika ditinggalkan.

***

"Totalnya berapa mbak?" tanya Arsen mengeluarkan uang sebesar lima puluh ribu dari dompet berwarna hitam.

"Tiga puluh ribu mas." sahut kasir dari toko Indoapril itu dengan menyerahkan kantong belanjaan itu.

"Nih."

"Ini mas kembaliannya." serah cewek berkuncir kuda dengan polesan makeup yang cukup tebal, hingga Arsen bergidik ngeri melihatnya. "Buset dah, nih cewe tebel banget bedaknya."

"Gue isengin sabi kali ya."

"Mbak, boleh kenalan gak?" tanya Arsen sambil mengulurkan tangannya dihadapan kasir itu.

"B-boleh mas, kenalin aku Nita Arwasih. Panggil aja Nita." ucap Nita terbata-bata sekaligus ragu untuk membalas uluran tangan kekar yang sedari tadi sudah berada dihadapannya.

"Ohh Nita, namanya cantik kaya orangnya." ucapan itu mampu membuat Nita tersipu malu, namun cewek itu tidak tahu saja jika Arsen mual untuk mengatakan itu, bahkan geli bila mendengarnya. "Cantik dari mananya coba, yang ada kek bedak sekilo nempel dimuka."

"Nama mas sendiri siapa?" tanya Nita penasaran.

"Panggil aja, Arsen ganteng." jawab cowok itu dengan mode narsisnya, tingkat kepedeannya sudah diatas rata-rata. Namun tidak bisa dipungkiri, seorang anak tunggal pemilik perusahaan Zangfie memang sangatlah tampan.

CARAPHERNELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang