"Setiap kehilangan adalah pelajaran, setiap kegagalan adalah kesempatan untuk mencoba lagi."
- Arsenio Daniel Mahendra
•
•
•"Terima kasih, Sus," ucap Keyla lembut sambil tersenyum kepada suster yang tengah membersihkan pecahan kaca di lantai.
Langkah kakinya ringan saat ia berjalan mendekat ke arah Bintang. Senyuman hangat terukir di wajah Bintang saat melihat Keyla, seolah kehadirannya adalah satu-satunya yang ia butuhkan saat ini. Keyla pun duduk di tepi ranjang, jari-jarinya menyentuh lembut tangan Bintang yang terbaring lemah.
Namun, di sudut ruangan, Arsen berdiri dengan ekspresi yang jauh berbeda. Wajahnya masam, rahangnya mengeras, dan tatapannya tajam. Cemburu merambat perlahan dalam dadanya, melihat bagaimana Bintang dan Keyla begitu dekat, sementara ia merasa semakin tersisih dari situasi ini.
Arsen mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, menahan gejolak yang semakin mendesak keluar. Di dalam kepalanya, berbagai pikiran berkecamuk—apakah Keyla benar-benar memperhatikan dirinya? Atau sejak awal, hatinya memang sudah tertambat pada Bintang?
Keyla, yang terlalu fokus pada kondisi Bintang, tidak menyadari perubahan di wajah Arsen. Ia menatap Bintang dengan penuh perhatian, mengusap punggung tangan Bintang dengan lembut, mencoba memberikan rasa tenang di tengah kekhawatiran yang mendera.
"Kak, kamu nggak apa-apa kan? Aku benar-benar nggak mau kamu terluka lebih dari ini," ucap Keyla pelan, suaranya penuh kasih.
Bintang hanya mengangguk, mencoba menenangkan perasaan Keyla meski kondisinya belum sepenuhnya membaik. "Aku baik-baik saja, Key. Cuma butuh istirahat."
"Sen, kenapa lo berdiri di situ? Masuk gih!" ucap Keyla, sedikit kesal melihat Arsen hanya diam di ambang pintu.
Arsen menatap Keyla sejenak, sebelum matanya beralih ke Bintang yang terbaring. Di detik itu, sebuah isyarat halus dari Bintang—hanya sekejap, namun cukup jelas—seolah memberitahunya untuk tidak mendekat. Sebuah sinyal tak kasat mata yang membuat perut Arsen terasa dipenuhi batu.
Arsen menghela napas dalam, menahan perasaan yang semakin memuncak di dalam dirinya. "Gue nggak mau ganggu. Kalian kayaknya lebih butuh waktu berdua," ucap Arsen dingin, meski ada nada getir dalam suaranya.
Keyla menatap Arsen dengan bingung, tidak mengerti mengapa ia bersikap seolah menjauh. Namun sebelum sempat berkata lebih, Arsen sudah berbalik, menutup pintu dengan pelan di belakangnya. Sementara itu, Bintang hanya tersenyum kecil, sebuah senyum yang sulit diterjemahkan—antara lega atau justru menyimpan sesuatu yang lebih dalam.
"Mungkin kali ini lo menang, tapi jangan harap besok atau seterusnya lo bakalan menang."
Arsen melangkah keluar dengan langkah cepat, meninggalkan ruangan yang terasa semakin sesak oleh perasaannya sendiri. Ia memilih untuk pergi ke markas, tempat di mana ia bisa mencari ketenangan, meski dalam kondisi pikirannya yang kalut. Setiap langkah yang diambilnya seolah menghantarkan dentuman kekecewaan dan kemarahan yang tak bisa lagi ia tahan.
"Keyla... kenapa lo lebih milih dia?" gumamnya dalam hati, kesal bercampur perasaan terluka yang sulit ia jelaskan. Wanita yang selama ini ia sukai, kini berada di sisi Bintang, seseorang yang tak pernah ia bisa terima. Sosok pria yang selalu berhasil membuatnya merasa tersisih.
Sampai di markas, Arsen melemparkan jaketnya ke sofa dengan kasar, lalu duduk sambil menatap kosong ke dinding. Bayangan Keyla dan Bintang terus menghantuinya, membuat pikirannya semakin kacau. Tangan Arsen bergetar, bukan karena dingin, melainkan karena cemburu dan perasaan tak berdaya yang tak kunjung mereda.

KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA (END)
Roman pour AdolescentsSeorang gadis berusia 15 tahun, yang sudah dipaksa mandiri oleh keadaan. Kedua orang tuanya baru saja meninggal dunia kemarin, Keyla Safira namanya, Hingga akhirnya, ada 2 seorang laki-laki datang dan membawa pelangi ke dalam hidupnya. Arsenio Dani...