24

10 2 15
                                    

"Izinkan gue memberhentikan waktu, karena gue gak siap kehilangannya."

- Arsenio Daniel Mahendra




"Maaf banget, Pak. Sepertinya saya harus batalin, dompet saya hilang," ucap Keyla pelan sambil menggenggam tangannya, menahan cemas. Ia tahu ini kesalahannya, dan berharap supir taksi itu tidak marah. Dalam hati, ia berjanji akan lebih hati-hati lain kali.

"Aduh, Mbak... Lain kali dicek dulu dong sebelum pesan. Saya kan udah nyisihin waktu buat jemput," Supir taksi menghela napas panjang, tampak jelas rasa kesal di wajahnya.

"Rugi saya, Mbak. Mana belum sarapan lagi," gerutunya sambil bersiap menginjak pedal gas.

"Tuh, seratus ribu. Cukup buat sarapan dan bikin mulut diem, kan?"

Keyla menoleh kaget. Di sana, Arsen sudah berdiri di sampingnya, entah sejak kapan. Uang merah berlembar itu terjulur di tangannya, seakan sudah siap untuk mengakhiri drama pagi ini.

Supir taksi langsung berubah sikap. "Terima kasih, Mas!" ujarnya buru-buru sebelum tancap gas, meninggalkan area rumah sakit tanpa banyak protes lagi.

"Lo ngapain di sini?" tanya Keyla, masih tak percaya.

"Insting gue selalu tepat kalau ada yang butuh diselamatin dari masalah, kayak lo sekarang." Arsen menyeringai santai.

“Ngeles mulu, lo! Ngaku aja, lo pasti sengaja jemput gue, kan?” Keyla menyipitkan mata, berusaha menangkap maksud tersembunyi di balik sikap santai Arsen.

Arsen menyeringai, seakan tak mau repot menyangkal. “Tuh tau. Tapi lo masakin gue sarapan, ya. Gue laper,” ujarnya santai sambil menarik ujung rambut Keyla dengan jahil.

“AKH, SAKIT, TOLOL!” pekik Keyla, meronta sambil menghujani punggung Arsen dengan pukulan.

Alih-alih kesakitan, Arsen hanya tertawa lepas, seolah tak terpengaruh. “Dikit doang nariknya. Lebay banget, sih!” godanya sambil tetap mempertahankan senyum jahil.

Keyla mendengus kesal, tapi diam-diam sudut bibirnya ikut tertarik. Usil atau enggak, Arsen selalu tahu cara bikin hari-harinya nggak terasa membosankan.

Mereka berdua duduk diatas motor, saling melempar candaan dipagi hari yang sejuk ini. Arsen, merasa bahagia walaupun semalam hatinya sakit karena gadis itu mengkhawatirkan Bintang.

"Kesepakatan kita yang dulu, jadi?" tanya Arsen dengan nada menggoda, mencoba mengetes ingatan Keyla. Sayangnya, gadis itu hanya mengerutkan kening, tampak bingung.

"Kesepakatan? Yang kemarin? Kan gue udah janji gak bakal marah sama lo, tapi lo sendiri yang sering mancing!" sahut Keyla dengan nada sebal.

"Bukan itu."

"Terus yang mana? Gue lupa, sumpah." Keyla melipat tangan di depan dada.

"Lupain aja. Nggak penting." Arsen hanya menggeleng sambil terkekeh kecil, menyembunyikan sesuatu di balik senyumnya.

"Dasar aneh lo. Kalo nggak penting kenapa tadi dibahas?" Keyla memutar mata, merasa semakin penasaran.

"Pengen aja." ucap Arsen sedikit kecewa. Kesepakatan mereka yang dulu terkait siapa yang jatuh cinta duluan, dia yang kalah.

***

"ASTAGA, GLEN!! LO HABIS PESTA MIRAS APA GIMANA?!" seru Prita, melongo melihat betapa berantakannya markas itu, dipenuhi botol-botol wine kosong.

Glen, yang masih tertidur di sofa, terlonjak kaget mendengar suara pacarnya. Ia mengucek matanya, berusaha fokus pada sosok Prita yang berdiri di ambang pintu. Yups, mereka baru resmi jadian dua minggu lalu.

CARAPHERNELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang