Hari libur memang waktu yang pas untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu bersama keluarga, seperti yang sedang di lakukan dua anggota keluarga Everest.
Disaat Sinar matahari memeluk air kolam dengan hangatnya, seakan memberi kehidupan dan semangat untuk bersinar lebih cerah, disitulah Jia kecil dan teman baru nya yang tak lain adalah biubio membuat gelombang kecil di permukaan kolam renang bersenda gurau.
Mahesa sedang menuruti keinginan putri nya yang ingin berenang. Rumah nya yang cukup luas memang memiliki satu kolam renang di belakang. Mahesa sendiri tidak ikut masuk ke dalam air, tapi dia selalu memperhatikan putri nya, dengan pelampung pink, bermain dengan bebek kecil.
Putra sulung nya pun tak ikut karena Sagara memiliki jadwal kelas melukis. Walaupun hari libur dia harus menyuruh putra nya untuk belajar dan belajar.
Tawa si kecil menggelegar hingga ke pinggir kolam, menikmati acara bermain dengan bebek nya.
"dadyiii liat biubio lenang-lenang sepeti ini" Dengan polos si kecil memasukkan seluruh kepala nya kedalam air.
Orang yang di panggil reflek masuk ke air ketika melihat putri nya melakukan hal itu.
"heyy, jangan melakukan hal itu lagi okay? Tidak baik" Ujar nya lembut sambil menggendong si kecil.
"tapi biubio baik"
"Karena biubio itu bebek, dan kamu bukan bebek. Mengerti?"
Melihat anggukan dari putri nya, dia segera berdiri dan berjalan keluar kolam, tapi si kecil belum lagi mengambil bebek nya.
"dadyii biubio na dedek?" Ucap nya berusaha turun dari gendongan sang ayah.
"Biarkan bi Sanah yang mengurus bebek mu"
⸙⸙⸙
Biasa nya si bungsu akan menunggu kepulangan si kakak di halaman rumah. Boneka-boneka nya setia menemani si kecil Jia.
Sekilas melihat mobil hitam mendekat ke rumah nya, Jia yang tadi duduk, langsung berdiri menapakkan wajah semangat nya.
"abannn! dedek lindu huhu" Di pelukannya tubuh sang kakak erat dan di balas tak kalah erat dari Sagara.
"Abang juga rindu, adek. Ayo masuk? Kita main di dalam" Langsung di genggaman erat tangan kecil jia, kembali masuk ke rumah.
Sagara merasa kepala nya sangat pusing menjalani kegiatan tanpa istirahat, tapi setelah melihat senyum adik nya, semangat kembali muncul karena ingin bermain bersama dengan adik kesayangannya.
Hal-hal menyenangkan sudah berada di kepala Sagara, yang mungkin salah satu dari sana akan dia lakukan bersama Jia. Tetapi hilang sudah semua itu melihat sang ayah duduk di ruang tamu sambil membaca buku.
Dia berjalan mendekat ke arah sang ayah, ia salam Mahesa terlebih dahulu.
"Gimana kelas mu?" Tanya Mahesa menutup buku nya, lalu melirik dua anak-anaknya.
"Lancar, dad. Miss nya bilang lukisan gara juga bagus"
"Good, sekarang belajar untuk ujian mu bulan depan"
Luntur sudah senyuman Sagara mendengar perintah Daddy nya. Dia ingin istirahat sebentar, saja. Tapi dia juga tidak berani melawan sang ayah.
Tak ada pilihan lain selain anggukan setuju lalu berjalan ke kamar tanpa melepas genggaman adik nya.
"Jia, main sendiri saja. Jangan ganggu Abang mu belajar" langkah mereka berdua terhenti dan kembali berbalik.
"tapi na dedek liat ajah" ujar si kecil tak terima dengan ucapan ayah nya.
"Tetep aja ga boleh, biarkan Abang mu belajar "
"nda mau! dedek mau sama aban!" Rengek nya menimbulkan rasa jengkel di hati Mahesa.
"Jangan nakal, jia. Turuti perkataan saya!" Mahesa meninggikan suara nya, membuat badan si kecil tersentak.
Tangan sang kakak yang masih di menggegam tangan Jia, merasakan badan si kecil lalu di usap nya pelan.
"dadyii jaat! telus mala-mala sama jia juga aban!"
"Jia Keithara Everest!" Mahesa merasa tak terima jika putri nya berteriak pada nya. Dia benar-benar membentak si kecil, yang sudah berlari di susul sang kakak, sedetik setelah dia membentak nya.
⸙⸙⸙
Tangisan si kecil masih berlanjut hingga malam. Sagara juga bi Sanah sudah membujuk dan menghibur si bungsu tapi tetap saja. Dia terkejut melihat ayah nya semarah itu.
Mata kecil cantik nya berubah menjadi bengkak, rengekan kecil keluar dari mulut Jia yang berada di gendongan bi Sanah.
"Jangan nangis terus, non. Bibi sedih liat nya.." Ucap sedih bi Sanah.
"Main sama Abang aja yuk, dek? Abang ajarin ngelukis.."
Semua usaha mereka lakukan tapi jawaban nya tetap tidak. Selang beberapa jam, Jia akhirnya tertidur dan di susul kakak nya.
⸙⸙⸙
Dilain tempat Mahesa berada di ruangan gelap, sendiri dengan pikiran kosong nya. Dia sedang meratapi kesalahan yang sudah dia perbuat kedua kalinya.
Kepala nya terasa berat, memikirkan hal-hal jahat yang sudah dia perbuat. Apakah dia harus meminta maaf terus kepada anak nya dan mengulangi kesalahannya kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik bayi, untuk Sagara
Fantasy"Daddy, gara punya adik bayi!" "Itu tidak mungkin. Mommy mu sudah meninggal, gara. Berhentilah bermain-" "Dimana kau menemukan mahkluk itu!" ⨳⨳⨳ Sagara Everest, bocah yang usia nya baru menginjak 5 tahun, harus menjadi dewasa karena didikan tegas da...