06.

4.9K 325 6
                                    

"Tuan, anu.. bahan makanan sama stok buah untuk non Jia sudah habis." Ucap bi Sanah pada tuan nya yang sedang menemani Sagara dan Jia menonton televisi.

Untuk meningkatkan imun tubuh juga pertumbuhan Jia, dokter menyarangkan mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan sehat lainnya. Tentu saja Mahesa mengikuti semua itu agar putri nya tumbuh dengan baik.

"Biar saya aja yang pergi beli, bi. Nanti bibi tulis aja apa yang habis" Jawab nya, dan langsung di laksanakan oleh Bi sanah.

"dadyii mau mana?" Jia kecil tak sengaja mendengar kata 'pergi' dan langsung mengira ayah nya akan pergi tanpa nya. Biasa Jia kan daddy's girl.

"Beli bahan makanan yang sudah habis" Ucap nya santai tanpa memikirkan respon anak nya.

"Gara mau ikut boleh, dad?"

"dedek kutt!"

Oke, Mahesa menyesal menjawab tujuan pada kedua anak nya. Jika dia menjawab 'tidak' kurcaci itu akan tantrum.

"Iya, boleh. Tapi ga boleh beli yang aneh-aneh" jawab nya terpaksa dan di respon pekikan gembira oleh kedua anak nya.

⸙⸙⸙

Banyak orang yang lewat di depan Mahesa, dengan sengaja. Bagaimana tidak, orang dewasa itu sedang menggendong Jia dengan baby carrier, tak lupa putra pertama nya di dalam keranjang belanja Mahesa.

Dia sudah seperti papa muda yang di minati remaja atau perempuan dewasa disana. Tapi Mahesa mengabaikan mereka dan fokus mengambil bahan makanan yang di butuhkan nya.

"Daddy gara ingin mainan baru, boleh? Mainan gara sudah rusak" pinta nya pada sang ayah dan diangguki Mahesa. Mahesa juga berfikir, kapan terakhir kali dia membelikan mainan pada putra sulung nya itu?

⸙⸙⸙

Setelah melengkapi bahan makanan, Mahesa membolehkan anak nya untuk membeli mainan. Jia sudah berjalan sambil menggandeng tangan Abang nya dan Mahesa di belakang mengawasi mereka.

Mahesa hanya memperbolehkan masing-masing dari mereka mengambil 2 mainan, tidak boleh lebih. Itu membuat Sagara semangat untuk melihat mainan mana yang akan dia pilih.

"Adek mau mainan seperti apa?" Tanya sang kakak sambil melirik ke arah adik nya.

"eungg, dedek... mau tuu!"

Tangan nya menunjuk ke arah rak boneka beruang yang menggemaskan. Mahesa yang melihat pilihan putri nya segera mengambil itu dan menunjukkan pada Jia memastikan dia menginginkan itu.

"Yang ini, Jia?"

Tanpa menjawab ayah nya, bayi kecil itu berlari memeluk boneka itu.

"mau nii!" gumam bayi kecil senang.

Orang dewasa itu beralih ke putraa nya yang belum memilih mainan satupun.

"Kamu mau mainan apa, gara?" Pandangan nya teralihkan ke sang daddy.

"Gara pilih sendiri bisaa kok, dad. Daddy temankan Jia saja memilih mainan" Dewasa sekali Abang kita bisa ini..

⸙⸙⸙

Si kecil Jia berjalan dengan senang, menggandeng jari ayah nya, menelusuri rak yang berisi banyak boneka. Dia bingung harus memilih yang mana.

"Jia ingin puppy? Barbie? atau baby alive?"

Bermacam boneka yang di tawarkan Mahesa tapi bayi itu tak tertarik. Tangan nya masih memeluk erat boneka beruang, menelusuri rak tersebut hingga dia menemukan yang di inginkan.

Langkah Mahesa terhenti merasakan genggaman tangan pada putri nya melepas. Ternyata bayi kecil itu sedang mendongak menatap boneka bebek putih yang berada di rak paling atas.

Mengira itu hal yang di inginkan putri nya, Mahesa mengambil itu lalu memberikan pada Jia.

"Jia mau bebek?" Tawar nya dan langsung diangguki oleh bayi itu.

"bek bek!"

Tak ada ekspresi wajah yang tergambar di Mahesa melihat senyum bahagia putri nya. Biasa tembok

⸙⸙⸙

"Daddy gara sudah mendapatkan yang gara mau!" Teriak nya berlari menghampiri sang ayah dan adik nya.

Putra sulung Mahesa memilih mobil remote dan mainan astronot kesukaan nya. Mahesa mengulurkan tangan nya dan langsung di genggaman erat oleh Sagara, mereka berjalan ke kasir untuk membayar mainan anak nya.

Saat sedang membayar, si kecil Jia tak sengaja melihat pita pink yang tertera di depan kasir. Tentu saja bayi itu ingin memiliki itu, tapi dia melirik ke arah sang ayah, mengingat bahwa dia hanya boleh membeli 2 mainan saja.

"dadyii Jia mau tu" tunjuk nya dan di balas gelengan singkat dari Mahesa.

Bibir kecil itu langsung melengkung. Sagara yang tidak suka melihat raut wajah itu mengambil mainan mobil nya dari meja kasir dan mengganti dengan pita yang di inginkan Jia.

Pandangan Mahesa teralihkan ke putra nya lalu dia berjongkok menyamakan tubuh nya dengan sang putra.

"Kenapa di tukar?"

"Gara lihat adek ingin pita itu, tapi daddy bilang cuma boleh 2 mainan saja.. jadi gara memilih astronot dan pita itu untuk Jia!" Jawab nya antusias membuat senyuman kecil terukir di bibir Mahesa.

"Tidak apa jika gara hanya punya satu mainan sementara Jia tiga?" Tanya dan di jawab anggukan semangat.

"Terimakasih, ya? Putra daddy pintar sekali." Puji Mahesa mengelus rambut putra nya.

⸙⸙⸙

Berjalan ke arah parkiran kurcaci Mahesa bersenandung dengan senang mendapatkan mainan yang dia inginkan. Melihat adik nya senang, pun membuat hati Sagara senang.

"mamasih, aban. dedek hepii" Ucap nya lalu mendekat dan mencium pipi sang kakak.

Bukan Sagara yang malu, melainkan kurcaci itu langsung berlari dan memeluk kaki panjang sang ayah, menciptakan kebingungan pada Mahesa juga Sagara

"Lho, kenapa dek?" Tanya Sagara bingung dengan adik nya.

"dedek kiss aban! malu hihi" Sang kakak hanya bisa tertawa mendengar jawaban adik nya.























Adik bayi, untuk Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang