01.

6.4K 439 3
                                    

Malam itu, bulan mengintip di balik awan bersama dedaunan yang ikut menari mengikuti alunan musik malam.

Seseorang terus berjalan seorang diri di dalam kegelapan malam menuju salah satu rumah terbesar di sana.

Dia menaruh gumpalan lemak terselimut rapi di sana yang dia tidak tau itu milik siapa.

"Maafkan ibu, nak" lirih nya menatap sang putri tak bersalah, lalu berlari meninggalkan bayi itu tanpa menaruh barang apapun selain kardus dan selimut.

⸙⸙⸙

"bi Sanah, gara mau memberikan makanan ini sama pak didit" ucap Sagara, terlihat sepiring makanan di kedua tangan nya.

"Yo ra usah, den. Biar bibi aja ya?" Jawab bi Sanah ingin mengambil piring itu dari tangan tuan muda nya, dan segera di jauhkan oleh sang empu.

Bi Sanah adalah maid di kediaman Everest yang sudah bekerja sejak Sagara belum lahir sampai nyonya besar nya meninggal sekaligus orang yang merawat Sagara.

"Biar gara saja, bi."

Jawaban tuan muda nya itu, ia hanya tersenyum melihat Sagara yang sudah berlari kecil, perlahan menghilang dari pandangan nya.

⸙⸙⸙

Hati senang dan lega ketika memberi sesuatu pada orang sekitar kita, perasaan itu yang gara rasakan sekarang.

Setelah memberikan sepiring makanan kepada orang yang selalu mengantar nya sekolah, gara tak sengaja melihat sekotak kardus dari sela-sela pagar rumah nya. Setahunya maid yang bekerja selalu menjaga kebersihan, apakah itu harta misterius?

Perlahan ia membuka isi kardus tersebut dan terlihat bayi kecil menatap Sagara bingung.

"Wahh! Kamu adik gara ya?" Ucapan polos terlintas dari mulut kecil nya.

Bayi itu tersenyum manis membuat hati Sagara menghangat, segera memeluk bayi itu berlari membawa nya masuk.

⸙⸙⸙

Membuka pintu tanpa mengetuk adalah hal yang di benci daddy nya. Sekarang Sagara berdiri di depan pintu kamar sang ayah berfikir apakah dia harus mengetuk terlebih dahulu? Tetapi kedua tangan nya sudah di pakai untuk menggendong bayi.

Tidak apa jika gara harus di marah daddy! Gumam nya lalu mendorong pintu tersebut dan menampakkan sang ayah sedang fokus pada laptop nya.

"Daddy, gara punya adik bayi!" Seru Sagara memamerkan gumpalan lemak itu.

"Sudah daddy bilang, sebelum masuk ketuk pintu terlebih dahulu. Lagipula Mommy mu sudah meninggal, gara. Berhentilah bermain-" Ucapnya terhenti melihat sang putra menggendong bayi?!

"Dimana kau menemukan mahkluk itu!"

"Di depan pagar! Ini adik gara!" Semangat nya memperlihatkan bayi yang di anggap adik nya.

"Tidak ada adik!! Daddy akan menyuruh pak didit membuang itu!" Ucap nya menolak bersiap untuk mengambil bayi itu dari putra nya.

Tentu saja Mahesa menolak anak yang di temukan di depan pagar rumah nya?! Lagi pun itu bukan darah daging nya!

"Tidak boleh! Ini adik gara, jangan di buang! Jika daddy buang, gara akan ikut adik!" Teriak nya dengan mata berkaca-kaca.

"Dengar daddy dia itu bukan adik-"

Tangisan yang sedari tadi tak di dengar akhirnya keluar melerai pertengkaran ayah dan anak itu. Bayi yang berada di pelukan Sagara menangis, membuat kepala Mahesa ingin pecah.

⸙⸙⸙

"Kenapa tangan adik gara sangat kecil, bi?" Tanya nya memperhatikan bi Sanah sedang membersihkan adik baru nya.

Pasti kalian berfikir Mahesa menerima bayi itu sebagai anak nya, Dia juga tidak tau. Bingung? Tentu saja. Di satu sisi, putra nya ingin itu menjadi adik nya tapi itu mustahil. Dan sisi lain ia mengingat permintaan almarhum sang istri yang menginginkan sepasang anak.

Mahesa Butuh waktu untuk memikirkan itu, jadi dia menyuruh bi Sanah untuk mengurus bayi itu dan menyuruh beberapa bodyguard untuk membeli keperluan bayi. Sekarang bayi itu adalah beban pikiran Mahesa.

"Karena gara masih kecil, jika dia besar tangan bahkan tubuh nya akan membesar seperti gara." Jelas bi Sanah lembut sambil merawat bayi yang akan menjadi nona kecil nya.

"Gara ingin menggendong adik!" Usul nya dengan semangat merentangkan kedua tangan nya. Bi Sanah menuruti permintaan Sagara.

Mahesa hanya memperhatikan interaksi mereka dari kejauhan. Dia belum melihat wajah bayi itu secara jelas atau tidak akan melihat wajah nya? Tidak ada yang tau pikiran tuan besar itu selain Tuhan.

⸙⸙⸙

"Sagara, kau sudah menyelesaikan tugas sekolah mu, nak?"

Panggilan dari Daddy nya, mengingatkan dia pada tugas sekolah, dan terpaksa memberikan adik nya kembali pada bi Sanah.

"Iyaa, daddy. Ini gara mau mengerjakan!" Sahut nya, beralih pada adik nya.

"Abang belajar dulu ya, adik bayi. Nanti kita main lagi" Kecupan singkat dari Sagara sebelum bergegas masuk ke kamar nya.

Mahesa tentu saja tertegun melihat perlakuan putra nya yang begitu menyayangi bayi itu. Apakah dia juga harus menerima anak itu?




Adik bayi, untuk Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang