"Sekarang jelasin ke daddy kenapa kalian berdua mandi hujan"
Sehabis ketahuan mandi hujan oleh sang ayah, Mahesa langsung menyuruh anak nya segera mandi setelah itu menemui nya di kamarnya. Sagara dan Jia menuruti perintah Mahesa walaupun Sagara sudah takut jika daddy nya akan memarahi mereka.
Saat ini mereka berdua sudah duduk di hadapan sang ayah sambil menunduk berpegangan tangan. Sagara sangat takut adik nya akan di marahi, lalu dia memberanikan diri mengangkat kepala nya menatap sang ayah.
"Maaf, daddy. Gara yang mengajak Jia untuk bermain hujan, jangan marah pada Jia, marahi gara saja.."
"aban kok boon sih? kan adek yan mau. kata nya dadyii nda boleh lho boon boon!" Bantah si kecil tak mengerti bahwa sang kakak sedang membela nya.
"Boong adek, bukan boong! Dan adek diam saja, Abang saja yang berbicara, adek tidak boleh"
"telselah adek! huh napa adek nda boleh bicala! adek yan ajak aban main ujan dadyii!"
Terjadilah perdebatan kakak beradik itu lalu diam seketika melihat wajah ayah mereka.
"Sudah berdebat nya? Tidak sopan berdebat di depan orang tua. Jadi siapa yang memiliki ide untuk bermain hujan?" Tanya Mahesa pusing mendengarkan pedebatan kedua anak nya.
"Gara!"
"Jia!"
Bukan nya menyelesaikan masalah Mahesa malah semakin pusing mendengarkan jawaban itu.
"Oke, karena kalian berdua yang ingin mandi hujan, kalian daddy time out 10 menit di sudut sana!"
Tanpa melepas genggaman tangan satu sama lain, mereka berjalan ke tempat sudut dinding ruang tamu, tempat yang di pilih ayah mereka untuk merenungkan kesalahan agar tidak terulang kembali. Ayah dua anak itu masih bingung kejadian antara anak nya jadi dia memutuskan untuk mengecek cctv.
⸙⸙⸙
Mahesa tertegun melihat rekaman cctv yang menampakkan bahwa putri bungsu nya lah yang ingin bermain hujan tapi Sagara berbohong karena tidak ingin dia menghukum Jia. Hati nya sedikit luluh dengan sikap dewasa sang putra jadi dia kembali lagi ke ruang tamu yang terlihat kedua nya masih menghadap tembok posisi bersandar.
"Sagara, Jia... Waktu nya sudah habis dan kalian boleh menghadap Daddy." Ujar Mahesa pelan berharap kedua anak nya segera menghadap pada nya.
"Gara, Jia? Kalian mendengar Daddy tidak?" Kening Mahesa mengkerut bingung karena tak ada jawaban dari Sagara dan Jia. Perlahan ia mendekati mereka dan ternyata keduanya sudah tertidur sambil berdiri.
Dia tentu saja terkejut lalu dengan pergerakan yang paling lambat, Mahesa menggendong kedua anak nya menuju kamar Sagara dan Jia.
"Badan Gara hangat, semoga saja besok dia tidak demam" Gumam Mahesa pelan mengetahui suhu badan putra nya meningkat sementara bungsu nya baik-baik saja.
⸙⸙⸙
Sesuai perkiraan Mahesa, Sagara demam tinggi membuat nya begadang untuk menjaga sulung nya. Mahesa mengetahui itu ketika ia ingin memeriksa kedua anak nya dan sudah menemukan Sagara tidur dengan gelisah sambil mengigau tak jelas.
Seluruh pakaian Sagara basah karena keringat mengharuskan Mahesa mengganti baju nya dan memakaikan plester penurun panas di kening Sagara.
Selang beberapa menit tidur Sagara kembali nyenyak di pelukan sang ayah, tapi karena Mahesa khawatir suhu badan Sagara kembali meningkat jadi ia memutuskan untuk membawa putra nya tidur di kamar nya.
Mahesa memandang wajah tenang Sagara yang sangat mirip dengan mendiang sang istri. Sejak Kaluna meninggalkan nya, dia sangat jarang berinteraksi atau bermain bersama putra sulungnya itu.
"Sudah lama sekali kita tidak tidur bersama, cepat lah sembuh putra Daddy..." Ucap nya sebelum ikut menyusul Sagara ke alam mimpi.
cepat sembuh abang sagara😔😔🌹🌹
halooO, part ini dikit bgt soal nya ak agy buru-buru, maapiin yhh,,
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik bayi, untuk Sagara
Fantasy"Daddy, gara punya adik bayi!" "Itu tidak mungkin. Mommy mu sudah meninggal, gara. Berhentilah bermain-" "Dimana kau menemukan mahkluk itu!" ⨳⨳⨳ Sagara Everest, bocah yang usia nya baru menginjak 5 tahun, harus menjadi dewasa karena didikan tegas da...