Sesuai janji bi Sanah, untuk membawa sang ponakan bermain bersama anak-anak majikan nya, benar-benar ia tepati.
Sagara dan Jia sangat bersemangat untuk bertemu personil baru mereka, bahkan kedua tuyul Mahesa itu bangun lebih pagi untuk menyambut Bentala.
Senyuman manis juga cekikikan kakak beradik itu terdengar mengisi keheningan di ruangan makan, sendari memandangi keberadaan Bentala yang duduk di meja makan bersama, karena ajakan dari Mahesa.
Ayah dua anak itu saja bingung melihat tingkah putra putri nya, setiap hari pasti berganti dan pasti nya membuat kepala Mahesa pusing.
"Gara, Jia? Kenapa sarapan nya tidak di makan, nak? Daddy sudah pernah bilang, jika di meja makan tidak boleh tertawa"
Teguran halus itu membuat kedua nya terdiam lalu memulai sarapan mereka dengan keheningan. Mahesa menggeleng pelan, beralih menatap Bentala yang kebingungan.
"Kamu lanjutkan makan saja, Ben. Tidak usah perdulikan anak om"
⸙⸙⸙
Perut sudah terisi dan waktu nya tiga anak kecil bermain dan menguras tenaga mereka hingga sampai makan siang.
Sagara dan Jia masih memandang kagum pada teman mereka karena mengingat perkataan ayah mereka bahwa Bentala itu 'spesial'.
"ben! adek sudah bisa membaca tauu, iya kan, bang?" Ucap si manis yang di angguki sang kakak.
"Betul betul betul! Sekarang kamu mau bermain apa, Ben?" Kali ini si kakak berusaha menarik perhatian teman baru nya.
Pandangan keduanya terfokuskan pada Bentala yang mulai menulis sesuatu pada kertas lusuh yang ia punya. Menggunakan pensil sekecil kelingking Jia bentala terlihat kesulitan menulis.
Dengan usaha Bentala menulis untuk teman nya, akhirnya dia selesai dan memberikan kertas lusuh itu pada Sagara.
Sagara langsung mengambil kertas itu lalu menyipitkan matanya berusaha membaca tulisan yang kecil. Si kecil Jia yang juga berusaha mengeja kalimat itu tapi akhirnya dia menyerah.
"adek malas baca, Abang aja! tulis nya ituu apa bang?"
"umm.. petak um - pet! ohh kamu mau main petak umpet, Ben? Ayoo biar aku yang hitung, adek sama Ben sembunyi" Ujar Sagara bersemangat sembari mengambil posisi untuk ia menghitung.
Terdengar cekikikan kecil dari Jia seraya menarik tangan Bentala mengelilingi rumah, mencari tempat persembunyian yang bagus.
Setelah berkeliling rumah si manis memutuskan untuk membawa Bentala bersembunyi bersama nya di bawah kasur Mahesa.
"syuutt~ kamu jangan libut yaa, Ben. Abang pasti nda bisa jumpa kita hihi"
Sebenernya siapa disini yang ribut, Ben hanya mengangguk pasrah saja mendengar perkataan si manis.
Hingga hitungan kesepuluh Sagara seketika berlari mencari keberadaan adik nya dan teman nya. Si kakak sangat bersemangat mencari, bahkan ia sampai bertanya-tanya pada bi Sanah dan pakde bedul, tukang kebun.
Sagara berfikir bahwa ia akan cepat menemukan mereka dan benar saja, baru beberapa menit Sagara sudah mendengar suara sang adik. Perlahan ia mengikuti suara-suara kecil yang terdengar.
"BAA! ketemuu kalian" Teriak Sagara dengan rasa bangga.
"ish? Kok bisa? Abang pasti culang, ini kan sudah tempat belsyembunyi paling mantap mantap, huh!" Gerutu si kecil membuat Sagara semakin bangga.
"Mana ada Abang curang, kamu tu yang sembunyi nya kurang bagus, iya kan, Ben?"
Bentala pun mengangguk membuat Jia semakin panas, dan tidak terima.
"abang nda boleh sombong! kata nna dadyii itu nda bagus!"
"Abang ngga sombong kok, Abang jujur kalau Jia itu ga pinter main nya!"
Perdebatan keduanya hanya di tonton oleh Ben, karena ia tidak tau bagaimana memisahkan mereka hingga suara keras terdengar tanda akhir dari perdebatan itu.
"huaaa! adek ndaa mau main sama Abang lagii... hiks Abang huss saja!"
hadehh, siapa yang kalah siapa yang nangis, adekk adek.
kata Jia jangan lupa tinggalkan komentar, kakak-kakak 🤩🤩🌹🌹🌹❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik bayi, untuk Sagara
Fantasy"Daddy, gara punya adik bayi!" "Itu tidak mungkin. Mommy mu sudah meninggal, gara. Berhentilah bermain-" "Dimana kau menemukan mahkluk itu!" ⨳⨳⨳ Sagara Everest, bocah yang usia nya baru menginjak 5 tahun, harus menjadi dewasa karena didikan tegas da...