ARAKHA_66. akhir dari segalanya

459 24 14
                                    

Di ruangan yang berbeda, terdapat lelaki dan perempuan yang sedang merias diri mereka masing-masing. Rumah yang megah dan mewah, akan menjadi saksi mata acara sakral yang akan segera di langsungkan.

Hiasan yang menawan, bungga bungga cantik menghiasi railing tangga. Lampu yang terbuat dari berlian itu, tak kalah cantik. "Gw, ganteng ngga?" lelaki itu menatap ke arah empat lelaki yang tengah terduduk di sofa kamarnya.

"Ganteng."

"Ngga usah narsis, rak." kesal reyhan saat melihat ketuanya ini selalu menatap ke arah cermin, dengan kedua alis yang ia naik turunkan. "Yaelah, jomblo sirik amat."

Hening.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar dibuka  dan menampilkan wanita yang terlihat masih sangat muda, terlebih lagi make up yang ia pakai. Membuat seisi kamar melonggo menatap raisa "masyallah tante. Sama saya aja yuk tan." ceplos, pangeran tanpa sadar.

"Heh!! Mau di gibeng sama om setiawan, lu!!" dengan entengnya, Reyhan menjitak kepala pangeran hingga mengeluarkan suara yang begitu renyah. Raisa hanya bergeleng saja, melihat tingkah konyol sahabat anaknya ini.

"Rakha. Sudah siap?"

"Insyaallah, siap ma."

"kalau lu ngga siap, gw bisa gantiin ko." ceplos reyhan, segara mendapatkan balasan jitakan dari pangeran. "Lu mau di terkam hidup-hidup hah!! Ama rakha."

"Sudah-sudah." lerai Raisa.

"Ayo rakha turun. Itu penghulunya sudah datang" lelaki itu bangkit, dan sedikit merapihkan jas nya. "Wihh, dah mau nyusul gw aja nieh." ledek Reza mengundang gelak tawa semuanya.

"Assalamu'alaikum" salam wanita dari arah luar. "Wa'alaikumussalam" balas seisi ruangan.

"Kenapa, habibati?" Dengan sigap, Reza segara berjalan ke arah sang istri yang sednag menggendong anak lelakinya. "Bisa titip rizky dulu ngga? Soalnya ela mau nemenin mba Aya di kamarnya" Reza mengangguk, dan segara mengambil alih Rizky dari gendong-gan sang istri.

"Makasih. Kalau gitu saya izin pamit ya" pamitnya kepada semua orang. Mereka semua hanya mengangguk dan tersenyum manis.

"Ayo rakha." Lelaki itu dengan gagah,  menghampiri sang mama untuk turun kebawah. Sementara di raungan mempelai wanita.

Seorang gadis cantik, sedang mengaca di sebuah cermin yang di hiasi oleh bunga bunga cantik dan indah. "Assalamu'alaikum" salam laela saat kembali memasuki raungan Aya.

"Wa'alaikumussalam"

"Masyallah, cantik sekali" puji laela, menatap ke arah cermin yang memantulkan wajah keduanya. "Alhamdulillah, syukron"

Di dalam raungan itu, terdapat empat wanita dan di antara mereka adalah calon mempelai wanitanya. "Ning laela, rizky nya kemana?" tanya jihan.

"Tadi, sama abi nya" jihan mengangguk paham.
Dan raungan kembali sunyi, mereka semua hanya fokus mendengarkan penghulu yang sedang berbicara di luar bawah sana.

"Kenapa sih! Kak rakha harus nikah sama tuh cewe!! Jelas jelas lebih sempurna saya di banding dia. Mana sok alim lagi, sekarang udah pake kerudung. Padahal dulu mah, ngga pernah pake sama sekali" cibir, salah satu dari mereka di dalam hati.

"Dengerin deh, itu spertinya kak rakha sudah mengucapkan qobiltu" mereka semua mengamatinya dengan saksama, bahkan saat Aliza berdecak sebal saja, ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari laela dan juga jihan.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan!" saat kalimat sakral itu berhasil Rakha ucapkan dengan satu tarikan nafas, disitulah air mata Aya jatuh membasahi pipinya dengan tiba-tiba.

ARAKHA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang