3. Hukuman

678 38 4
                                    

Dering ponsel itu terus berbunyi namun tidak membuat si pemilik mau mengangkatnya. Mata Yuki hanya menatap getaran ponselnya diatas meja, ia tahu kenapa ponsel itu terus berdering.

"Kau yakin tidak mengangkatnya?"
"Maaf mengganggu perhatianmu"
"Hey tidak perlu berbicara sesopan itu, kita kan sahabat" Ariana berujar manja.

Aku lebih suka menyebutnya mantan teman.

Yuki menyimpan ponselnya dalam saku coat-nya.

"Baiklah kita mulai, kau menggugat suamimu karena dia melakukan kekerasan?" suara Yuki terdengar serius.

"Yeah dia memukulku dan aku tidak suka"
"Apa yang membuatmu mengalami kekerasan?"

Sekarang Yuki tahu mengapa janji temu dengan clien-nya ini dilakukan ditempat ramai restoran ini walau tidak terlalu ramai sebenarnya. Ariana adalah sahabat semasa SMA, gadis populer masa itu dan Yuki hanya sebagian dari teman sekelasnya yang tidak terlalu dekat.

"Aku tidak tahu mengapa aku menikahi seorang yang ringan tangan. Kau tahu dalam berhubungan kau pasti menemui ketidakcocokan dan itu menjadi masalah kami akhir-akhir ini. Sampai ia memukulku"

"Hmm, kau yakin akan mengakhiri pernikahan kalian yang hanya berjalan sebulan ini? Bukan karena pihak ketiga?"

Kau bukan orang yang setia Ariana, aku tahu itu.

"Hey kau masih menjadi orang yang dingin ternyata, bersikap nyamanlah padaku. Kau tidak akan menikah jika kau tidak mengubah sikapmu"
"Ini bukan tentang aku Arian, tapi kau! Inikah alasannya kau memintaku menjadi pengacaramu? Bukan yang lain?" suara Yuki berubah tidak formal.

"Ya! aku ingin kau mengurus semuanya, lakukan apapun sampai laki-laki itu mau menandatanginya. Aku tidak mau dia mempersulitku terus"

"Baiklah aku akan menyiapkan berkas surat cerai kalian dan akan menemui suamimu, sampai saat kita bertemu lagi aku harap kau sudah menyiapkan alasan detil mengenai gugatanmu dan... jika dia benar-benar melakukannya beri aku surat keterangan dokter mengenai fisummu"

Yuki menggeser kursinya kebelakang dan berdiri menjulang dihadapan Ariana. Mungkin cukup pertemuan pertama dengan clien-nya ini mengingat waktu sudah melebihi jam kerjanya.

"Ya aku suka cara kerjamu. Kau masih tetap tidak berubah, dingin dan tanpa basa basi"

Ariana ikut berdiri saat dirasa semuanya selesai. Tangannya terulur menjabat tangan Yuki.

"Mampirlah ke butikku, kau sangat membutuhkan penampilan cantik agar para lelaki dapat melirikmu"

Dia mulai membual.

"Aku akan mengabarimu setelah menemui lelaki itu" Yuki berucap sambil melepas jabatan tangannya.

"Selamat malam"

Decakan lidah terdengar dibibir merah Ariana sepeninggal pengacaranya. Yuki tetaplah Yuki gadis angkuh yang tak tersentuh.

Ponsel Yuki kembali berbunyi entah keberapa kalinya bahkan ponselnya terus berbunyi dalam jeda yang tidak panjang selama perbincangannya dengan Ariana.

Apa lelaki itu tidak ada kerjaan?

Yuki duduk didalam mobil hitam metalic-nya, meraih ponsel di coat dan mengangkatnya ditelinga.

"Ada apa?" suara Yuki datar.
"Kau melaporkanku ke polisi?"
"Ya, itu karena kau melakukan tindakan pelecehan padaku tadi"
"Cih! kau tahu apa akibatnya jika aku dipenjara?"
"Aku tahu ini akan berpengaruh dengan saham besarmu dengan para pemegang tapi itu resiko yang kau buat sendiri, kan?"

Suara Yuki terdengar menang. Yah, berbicara seperti ini lebih memudahkannya berbicara lantang dengan El. Walau ini dibilang pengecut. Suara geraman terdengar ditelinga Yuki.

"Aku tahu ini berat untukmu mengingat kau orang yang cukup berpengaruh, El. Ini hanya sekedar peringatan untukmu dan kau hanya harus tinggal dipenjara semalam, tidak lebih" ujar Yuki enteng.
"Kau menyamakanku seperti gelandangan diluaran sana!"
"Terserah kau saja, ku harap kau tidak menggangguku lagi. Selamat malam"

Suara gemretak El tidak diindahkannya, dengan ringan Yuki mematikan ponselnya. Malam ini salju sangat lebat mungkin akan buruk untuk seorang El Archad yang akan tidur dilantai penjara pertama kalinya. Tidur dilantai tidak akan membuat lelaki itu mati dan itu bukanlah masalah, yang penting perasaannya cukup senang karena hukuman untuk lelaki itu bukanlah main-main.

Tubuh tegap Julian masih mematung tegap dalam ruang kerja El. Sepertinya masalah yang ditimpa bosnya membuatnya harus lembur malam ini.

"Jangan bocorkan insiden ini pada pihak luar"
"Ya Mr. Saya sudah mengantisipasi agar publik tidak tahu hal ini terutama para pemegang saham"

El berdiri dari kursi nyamannya. Tatapannya menggelap menatap lurus sembari membenahi jas hitamnya, bersiap.

"Kita berangkat" ujar El membuat raut Julian berekspresi terkejut.
"Anda akan ke kantor polisi? masuk penjara?" suara Julian terdengar tidak biasa.

Mata gelap El menyambar ekspresif Julian.

"Aku tidak akan membiarkan diriku diseret polisi-polisi itu Julian tapi- aku juga pastikan malam ini tidak akan membiarkan tubuhku berbaring dalam sarang tikus"

Tbc...

Vomet please, happy reading ;)

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang