19. Us Into The Romance

167 17 3
                                    

Malam semakin larut. Menunjukkan dua jam sebelum tengah malam. Kedua tubuh itu masih saling mendekap, masih saling tidak ingin melepaskan.

Bedanya adalah, keduanya saat ini sama-sama menatap gelapnya malam dibalik jendela. Dengan rengguhan Rafael yang mengurung Yuki dari belakang.

Rafael menyandar duduk dikepala sofa. Mendekap Yuki yang masih berada diantara dirinya. Sesekali kecupan terus mendarat berulang kali; dipipi, rambut bahkan dileher Yuki.

"Apakah teman seperti ini?" Rafael memecah kesunyian.

Namun hanya dengusan kesal Yuki saja yang terdengar, gadis itu menoleh, menatap kesal pada lelaki yang menempel dipunggungnya. "Aku akan menendangnya jika temanku yang melakukan"

"Lalu aku apa?" tanya Rafael innocent.

Yuki melepas rengguhan mereka. Berbalik menantang tatap pada Rafael yang masih terduduk santai. Tatapan mereka tampak sejajar satu sama lain.

"Setelah apa yang kamu lakukan. Bahkan menciumku berkali-kali, kamu masih berpikir kita teman? Oh,,, sepertinya aku salah paham" Yuki membuang muka, pura-pura kesal.

Rafael terkekeh. Mengerti arah pembicaraan gadis dihadapannya. Lelaki itu menarik pinggang Yuki mendekat. Tidak mendebat lagi, atau lebih tepatnya tidak berniat mendebat.

Kedua telapak tangan itu seolah menenggelamkan rahang kecil Yuki. Meski begitu Yuki bisa merasakan kehangatannya. Apalagi, kala Lelaki itu mendekatkan wajahnya. Memperpendek jarak kecup mereka.

Rafael mencium bibir merah itu pelan. Bahkan terkesan hati-hati. Yuki tersenyum didalamnya. Mengangkat kedua lengannya, untuk tenggelam dibahu tegas itu. Rafael memperdalam ciumannya, semakin berani beradu pada kehangatan lidah itu.

Rafael semakin mendekap, mencengkram pinggang itu lebih dekat memperdalam ciuman. Yuki berusaha melepaskan, meski Rafael enggan dan masih belum terpuaskan.

Nafas keduanya terengah, seolah beradu saat kedua dahi itu masih saling menempel.

"Aku mengendalikanmu, Rafael" Yuki berucap kehabisan nafas.

Rafael terkekeh, menatap bibir merah itu yang kini menebal. Benar, Yuki adalah kendali dirinya. Bila ia tidak berhenti, maka hal selanjutnya mungkin Rafael-lah yang berada diatas kendali; Memerangkap Yuki dikamarnya misalnya.

'Pemikiran yang indah' Rafael terkekeh lagi.

"Terlalu buru-buru untuk membawaku kekamar tuan" Yuki memperjelas tanpa malu ataupun tersipu.

Yuki merasa tidak perlu melakukannya; menahan diri, Menutup diri atau berbasa basi. Mengingat hubungan mereka yang secara tidak langsung sudah kembali, kali ini Yuki akan lebih terbuka.

Diusapnya pipi itu yang sedikit kasar karena bulu yang mulai tumbuh. Sebelum memberi kecupan dalam didahi Rafael.

"Rupanya aku harus menghajar Albert dulu untuk mendapatkanmu" Rafael tertawa.

Terlihat lebih segar dari rupa kelamnya. Kalau saja kamu bisa membedah isi hatinya, hati lelaki itu sedang berbunga bunga. Kecupan Yuki didahinya sungguh memengaruhi.

"Itu bukan alasan bagus, tuan" Yuki mendesis.

Membenarkan pakaiannya, dan menegakkan tubuh. "Aku lapar"

Rafael masih tersenyum. Mengingat ternyata keduanya terlambat makan malam.

"Ok, kita pesan makanan saja" Rafael beranjak. Membawa Yuki dalam rangkulannya untuk diajak duduk.

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang