18. The Way to be Apart

133 16 1
                                    

Yuki merapikan rambutnya sebelum keluar dari toilet. Ia sudah merasa cukup menenangkan diri. Terlebih menghilangkan rona gugup yang tadi sempat tercetak dibawah matanya.

Ketika keluar dari toilet, hal yang disambut oleh Yuki bukan lagi suasana kondusif restaurant. Beberapa petugas berseragam restoran hingga scurity berlarian kesumber kegaduhan.

Yuki mengernyit bingung. Ketika kedua kakinya mulai mendekat pada sumber letak ia harusnya duduk bersama Rafael tadi, tubuhnya berhenti.

'Ada yang salah disini'

Yuki bergerak panik. Membelah kerumunan yang mengganggu pandangan matanya ketika hal yang mengguncangnya berada didepan mata.

Disana, Rafael telah diamankan oleh dua scurity. sementara yang lain,,,

Kedua mata Yuki bergerak pada sumber tatapan Rafael.

Bosnya

Telah babak belur sembari beberapa orang membantunya berdiri. Yuki mendekat lebih dekat. Rasanya darah seperti berhenti diseluruh tubuhnya, apalagi ketika Rafael kembali memaki.

"Lepaskan aku! Aku tidak akan membiarkan tua bangka itu hidup" bentak Rafael sembari meronta.

Yuki kembali mendekat, memutus pandangan Rafael dari seseorang yang kini Yuki punggungi.

Raut pucat itu kecewa. "Kumohon hentikan Rafael"

Yuki mencoba menengahi. Kedua tangan kecilnya mencoba mendorong dada Rafael berhenti.

"Kamu tidak tahu apapun Yuki!" suara Rafael memberat. Nafasnya memburu kasar, bahkan penampilan dan rambutnya telah jauh dari kata rapi.

"Tapi tidak seperti ini. Kau hanya membuat kegaduhan. Tolong hentikan, dia bosku" Yuki memelas.

"Benar apa katamu Yuki!" suara keras itu terdengar dari Albert, memecah ketenangan Rafael yang hampir saja terbujuk.

"... Tidak seharusnya firma kita mendapatkan lelaki bar bar seperti dia!"

"Pak tolong hentikan. Jangan membuat konfrontasi lagi" suara Yuki jengkel.

"Rupanya kau benar-benar mau mati"

Rafael memberontak kasar. Membuat dua security di lengannya terlepas dan melangkah panjang menghampiri tua bangka itu lagi setelah sempat memberi bongem mentah pada dua security yang dirasa ikut campur.

Suara teriakan dari beberapa tamu wanita menambah kepanikan suasana.

Yuki panik, kembali berbalik dan mendorong Rafael sebisanya. Tubuhnya sudah gemetaran sejak tadi. Jangan ada lagi baku hatam.

"Tidak El tidak biarkan dia" Yuki berusaha mendorong meski tak berpengaruh sama sekali.

"... Tolong berhenti, jangan membuatku berada disituasi ini. Dia bosku" suaranya melemah, bergetar menahan air mata.

Namun kemarahan Rafael masih mendominasi. "Tidak! Cukup! Sekali saja kamu meninjunya lagi kita selesai. Dengarkan aku Rafael, kita selesai!"

Pekikan suara Yuki berhasil membuat tubuh Rafael berhenti. Tatapannya telah berhenti pada gadis didepannya.

Kedua tangannya mencengkram bahu kecil itu, "Kau menganggap semua ini selesai hanya karena tua bangka itu?"

Suara Rafael mendesis. Terdengar mengancam, namun dibalik itu kekecewaan lebih mendominasi. Jika saja suara itu adalah sebilah pisau, mungkin Yuki sudah habis sekali tebas.

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang