4. Badai Salju

806 42 4
                                    

Keramaian di sepanjang lorong setelah El keluar dari ruang pribadinya seolah menyambut keberadaan tubuh gagahnya. Tubuhnya berhenti di pembatas lantai dua yang menampakkan keriuhan penjudi dibawah sana.

Ya, kawasan Bristol barat London yang menciptakan gedung casino untuk para pembuang uang, El menyesap cerutunya.

Tatapan tajamnya mengikuti pergerakkan seseorang yang bergerak kesana kemari layaknya telah terbiasa dengan kehidupan judi.

"Dasar brandal!" Gumam El pedas.

"Sudah seminggu ini dia berada disini, tuan"

Suara dipunggung El menjelaskan. Lelaki berambut cokelat empat puluh lima tahun yang adalah penanggung jawab atas keberadaan gedung hotel dan casino ini didirikan.

"Haruskah saya menendangnya keluar?" Tanya Simon hormat.

"Biar aku sendiri"

El meninggalkan Simon menuju lantai bawah. Keriuhan bahkan suara tawa dan teriakkan kemenangan mengganggu pendengarannya. Sesekali beberapa orang menyapa dirinya bersahabat.

El menarik kerah belakang coat cokelat itu, menjinjing. Mendorongnya bak sampah sebelum orang itu berbalik nyalang kearahnya.

"Berani-beraninya ka..."

Suara itu terputus saat mata cokelat itu menangkap keberadaan El disana.

"Hey El apa laki-laki itu mengganggumu? Pengawalku bisa saja membunuhnya jika kau mau"

Pria bertubuh gempal botak berucap santai sebelum menyeruput cerutu mahalnya lagi. Tujuh orang yang duduk di meja bundar itu berhenti bermain setelah lawan bermata cokelat itu terjungkal dari kursi.

"Aku bisa mengurusnya sendiri, Hudson lanjutkan permainanmu!"

Pria gempal lima puluh tahun itu hanya menggeleng sebelum kembali melanjutkan permainannya.

"Oh, apa kabar?"

"Tidak perlu basa basi! Pergi dan lakukan yang seharusnya kakakmu inginkan"

"Kau bukan ayahku! kau hanya sekedar mantan tunangan kakakku"

Bibir Daren tersenyum sinis menatap kegeraman El. Mungkin apa yang di lakukan Daren salah, tidak tapi memang salah! Seharusnya sekarang ia duduk di bangku kuliahnya seperti yang kakaknya inginkan, lulus menjadi mahasiswa kedokteran. Tapi apa yang dilakukannya sekarang?

"Yuki tidak tahu ini" gumam El.

"Ku harap kau mengunci mulutmu dari kakak!"

Daren menebas coat dibahu membersihkan. Senyum dibibir lelaki itu merekah remeh menatap mantan kakak iparnya kini.

"Sepertinya kau masih menyukai kakakku. Hey tuan Archard pada nyatanya kau membuat kakakku menangis! Jangan dekati kakakku dan menjauhlah! Urusi hidupmu dan wanita-wanitamu!"

El masih diam. Dan nyatanya dia memang pernah menyia-nyiakan mantan tunangannya hanya untuk bersenang-senang.

"Kau diam? Jangan katakan kau akan kembali dalam hidup kakak dengan menjadi pahlawan kesiangan seperti ini. Aku tidak suka dunia kedokteran, asal kau tahu itu!"

"Yuki bukan orang pemaksa, kau sendiri yang memilihnya" suara El menegaskan.

El cukup tahu rencana masa depan Daren dari Yuki, yang adalah adik kandungnya. Setidaknya ia tahu saat mereka bersama, tepatnya saat Daren menginjak sekolah menengah atas.

"Aku punya penawaran"

Suara Daren berderu ringan, masih dengan tatapan remehnya.

"Beri aku sedikit saham dari casino ini maka aku akan kembali ke bangku kuliah sebagai mahasiswa teladan"

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang