12. You

333 28 0
                                    

Yuki mengerjapkan mata, masih menunduk tanpa berani mengangkat dagu. Ini hal yang sungguh tidak bisa dipercaya yang membuat ia terdiam ditempat dengan pikiran kosong. Suasana masih ramai dan tidak menutup kemungkinan beberapa orang masih menatapnya kasihan, atau mungkin mencela?

Yuki memeluk diri melindungi, Ia telah sadar, amat sangat sadar jika kejadian barusan nyata adanya. Sembari memulihkan pikirannya Yuki mulai melangkahkan kakinya lunglai, berbalik arah berharap dirinya tidak jauh dari pintu utama ia datang tadi. Yuki ingin pergi, secepatnya dan tidak mau kembali didepan lelaki itu lagi. Heels hitam Yuki mulai bergerak cepat, setengah berlari mencari-cari pintu keluar, seiring mengeraskan hati tidak ingin menangis.

Pengunjung yang banyak membuat ia kesulitan melangkah bahkan menemukan pintu, dan hal itu membuat Yuki kehilangan orientasi, merasakan perasaan frustasi tiba-tiba saat tidak ditemuinya pintu keluar. Mungkin jika ia berusaha tenang maka akan mudah baginya untuk berfikir, namun kali ini Yuki tidak mampu apapun selain pergi sejauhnya. Kedua kaki Yuki sepenuhnya terhenti, pada kerumunan yang tidak lagi peduli padanya.

Yuki mendongak, menatap sekitar yang dipadati orang-orang asing. Ini bukan tempatnya, tidak seharusnya ia berada disini. Kedua mata Yuki berkaca-kaca. Yuki menelan ludah kasar, rasa frustasi membuat perutnya mual.

"Kita pulang"

Yuki merasakan genggaman Petter ditangannya. Merasakan keberadaan lelaki itu di balik punggungnya. Yuki berbalik pelan, menemukan keberadaan Petter yang sempat terabaikan.

"Kita pulang, Yuki" ucap Petter pelan, mengetatkan genggamannya untuk menguatkan.

Tidak sanggup berucap, Yuki hanya mengangguk. Mengangguk kelewat cepat seiring rasa bingung menguasai diri. Petter merangkul bahu Yuki, membimbing Yuki menjauhi kerumunan.

Inilah yang diharapkan Yuki dari Petter. Lelaki keras, tegas dan profesional namun masih memiliki sifat lembut bagai seorang kakak yang mau melindunginya. Yuki sangat bersyukur dapat bertemu dengannya dua tahun lalu.

Tinggi tubuh Petter yang menjulang, mampu menatap sekilas keberadaan El tak jauh dari Yuki berdiri tadi. Kali ini El terlihat sendiri, tidak ada lagi wanita dan pria yang mengikuti di punggungnya.

El menatapnya, lebih tepatnya pada gadis yang terengguh dilengan Petter. Sempat membuat Petter berfikir, apa yang dilakukan Archard dengan tatapan itu. Namun apapun yang dilakukan Archard pada Yuki malam ini cukup ia tahu bahwa ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka melainkan masalah pribadi.

Dan entah apa hubungan Archard dengan Yuki sebelumnya. Hal yang dapat dipahami Petter adalah apa yang diperbuat Archad cukup rendahan.

Kedua mata lelaki itu bertemu. Entah apa yang di inginkan Archard melalui tatapan itu. Namun Petter hanya mampu memberi tatapan sinis sebelum pergi.

"Albert akan pulang besok lusa, jadi kau tidak perlu masuk kerja bila perlu"

Ucap Petter disepanjang jalan pulang mereka kearah rumah tinggal Yuki. Yuki yang semula memejamkan mata menenangkan diri, membuka mata. Nampak lebih tenang dari sebelumnya. Tidak ada sedikitpun dikepala Yuki memikirkan bosnya yang datang besok lusa.

"Aku akan tetap datang bekerja besok"

Petter hanya melirik sebelum kemudian menghentikan mobil dipelataran rumah Yuki. Keduanya keluar bersamaan, dengan Yuki harus memutari mobil depan kearah Petter berdiri.

"Terimakasih" kali ini Yuki mampu mengangkat dagu. Menegarkan diri pada pandangan teduh Petter kearahnya.

"Kau cukup buruk mengucapkan terimakasih padaku"

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang