21. Rafael's Intuition

220 14 5
                                    

Γιούκι Άρχαρντ = Yuki Archard

Kalimat yang sempat Yuki pindai ternyata gabungan antara nama depannya dan nama belakang lelaki itu. Tersemat pula didada kiri Rafael seolah mengungkap keinginan yang bukan main canda.

Yuki tidak bodoh mengungkap maksud. Rafael mulai menunjukkan hal lebih serius dari apa yang mereka jalani saat ini. Rafael ingin menikah, memantapkan masa depan dan hal itu dimulai dari sekarang. Hubungan yang baru saja kembali terjalin tanpa keraguan dan itu belumlah lama.

Meski Yuki tidak mendengar bibir itu mengungkapkan rencana masa depannya, namun kedua mata tajam dan tatap muram itu menunjukkan semuanya. Bahkan sampai membuat Yuki tidak berani berbicara untuk beberapa saat.

Yuki memegang erat daun pintu, menatap kejauhan halaman belakang rumahnya yang nampak suram ditumbuhi pepohonan lebat sore ini. Kedua mata Yuki termangu sendiri, menikmati sunyi nan dingin sembari mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

"Kenapa?" kata Yuki setelah beberapa saat.

Kalimat tanya itu memberi sinyal penolakan bagi Rafael. Kedua tangan lebar itu mengetat dipinggang Yuki.

"Aku tidak mau ambil resiko kehilangan kamu lagi. Aku tidak ingin bilang ini egois, tapi kamu harus paham; aku semakin menua tidak melulu bisa mengejarmu kalau suatu hari kamu pergi tanpa penjelasan lagi dan aku tidak mau."

Yuki lagi-lagi diam. Menangkap raut itu yang mengungkap serius. Yuki sadar tingkahnya waktu itu memanglah tidak dewasa. Asal pergi saat tahu ia tersakiti. Tapi itu bukan salahnya kan? Waktu itu Yuki merasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Terlebih dengan sikap Rafael yang sibuk dan tidak banyak waktu untuknya.

Namun kalau dipikir sekarang, harusnya waktu itu Yuki harus mendengarkan. Agar semuanya jelas dan ia bisa pergi dengan tenang. Yuki merasa Rafael yang saat ini terdiam nampak khawatir, menunjukkan bahwa lelaki ini tengah frustasi.

'Tapi dengan menikah?' ragu Yuki.

Yuki mengusap wajah frustasi itu, mengamati lekat gurat-gurat dewasa disana. Rafael tidak sepenuhnya tua meski usianya telah menginjak kepala tiga. Sebaliknya Rafael nampak bugar, sehat dan membuat rupa tampannya lebih muda dari seharusnya.

Yuki mengecup dahi Rafael lama, memberi jeda pada batin yang meminta diyakinkan sekali lagi.

Mengecupnya berulang-ulang sebelum memeluk lelaki itu dalam dekapannya. Rafael khawatir, Yuki tahu itu.

Kedua tangan Rafael melingkar ditubuhnya, merebahkan diri pada pelukan kecil namun hangat ini. Sesekali dirasakannya hembusan dari rambut lelaki itu. Tatapan Yuki menerawang pada awan mendung dibalik jendela. Memberi jeda sementara pada perasaan yang meminta untuk diyakinkan sekali lagi.

"Aku mau" suara pelan itu membuat tubuh Rafael menegang.

Kepala lelaki itu hampir saja terangkat namun Yuki menahannya tetap merebah. Tidak membiarkan Rafael melihat kedua mata sendunya.

"...Lain kali, apapun yang terjadi. Aku akan lebih dulu mendengarkan sebesar apapun masalah yang menimpa kita. We'll make it clear apapun yang terjadi. Baik atau buruk sekalipun."

Rafael nampak mendengus didadanya. Menahan amarah, merasa tidak mengijinkan bila hari itu akan terjadi. Tidak akan ada perpisahan! Pantang Rafael.

"Rafael, aku mau. Aku mau bila maksudmu mengajakku menikah. Tapi maukah kamu mempertimbangkan juga, kalau aku akan siap menikah saat aku menginginkannya? Aku tidak bermaksud membuat kamu kecewa tapi mengertilah, aku benar-benar sayang padamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang