16. Speak Out

294 19 1
                                    

Keduanya melalui perjalanan tanpa pembicaraan yang berarti. Malahan sepanjang perjalanan lebih di dominasi keterdiaman masing-masing hingga sampai di sebuah restoran elit yang terletak dikawasan pusat hiburan London.

Keramaian sempat menyambut keduanya ketika keluar dari mobil namun berubah tenang ketika keduanya telah memasuki lobi restoran yang di dominasi alunan musik klasik nan elegan.

Yuki masih mengikuti langkah El yang berjalan lebih dulu didepannya. Pandangannya berputar sepanjang menuju kursi pesanan atas nama Archard disana.

"Ruangan anda tuan" pelayan lelaki itu mempersilahkan.

El duduk nyaman di kursinya, bersamaan dengan seorang pelayan lain yang menggeser kursi dihadapannya berharap Yuki ikut duduk berlawanan dengan lelaki itu.

Keduanya masih saling terdiam ketika sang pelayan menuangkan anggur yang telah tersedia sejak mereka datang. Dengan wajah elegan El langsung menenggaknya pelan, tatapannya beralih sempurna pada pemandangan malam disebelah kanan El. Pemandangan malam terbuka dari lantai dua.

"Aku lumayan memberimu privasi, bukan?" kedua mata Yuki yang tengah menatap genangan wine di dalam gelas terangkat setelah sang penuang minuman pergi.

Tatapan keduanya beradu. "...aku tahu, kau ingin menghindariku melalui pertemanan aneh ini. Tapi, Apapun itu anggapannya..." El menggeleng.

"Jangan larang aku menemuimu."

Suara El terdengar menekankan di akhir meski rupa itu tampak santai disana. Memang, terlepas dari itu Yuki merasa sepanjang perjalanan, El memang mendiamkannya. Apa ini yang di maksud lelaki itu privasi?

"Apapun yang kau bilang." balas Yuki yang tidak ingin mengelak atau memunculkan perbedaan pendapat lagi dari keduanya.

Mungkin dengan menurut seperti ini, akan membuat dirinya tenang. Yuki sudah terlalu lelah untuk berdebat, selagi apa yang diinginkan Archard masih dalam kadar batasnya.

"Jangan seperti itu. Kau seperti sedang merajuk, Yuki." suara El terdengar tenang.

Tidak merasa terusik kalau-kalau Yuki memang merajuk padanya. Setidaknya hidupnya tidak sesuram dulu, meski apa yang dia dapat bukan hubungan yang diinginkannya.

"Aku berusaha tidak merajuk. Aku terlalu lelah untuk merajuk. Malam ini rencanaku ingin tidur, menyiapkan diri untuk persidangan besok. Tapi kau... Malah membawaku pergi."

"Maaf kalau begitu." El menyandarkan punggungnya di punggung kursi. Nampak tenang sesekali mengamati pemandangan malam disampingnya.

"... Aku hanya ingin meluangkan waktu bersamamu. Kau tahu waktuku sangat berharga sehingga sedikit peluang akan ku sisakan untukmu saja."

El tersenyum menawan. Membuat Yuki terpaksa membuang muka ikut meresapi pemandangan yang sama mereka lihat, lampu-lampu malam yang bergerlapan dari atas gedung. Entahlah, Yuki bingung menggambarkan pengakuan Archard. Seperti yang di pikirkan tadi, El bagai playboy ulung yang berusaha menangkap mangsa incaran melalui mulut manisnya. Terlepas dari itu Yuki merasa tertelan pada godaan itu. Terlalu cepat, memang. Tapi Yuki tidak bisa mengendalikan perasaannya sekarang, mungkin wanita lain akan paham maksudnya dan sama-sama tersipu diwaktu yang sama.

"Apa begini caramu berteman selama ini?" Bibir Yuki bergerak datar. Tatapannya nampak serius disana. Membuat El menyadari jika saja ia menjawab salah kali ini maka semuanya akan selesai.

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang