17. Red Cheek

137 10 2
                                    

Sore itu langit tampak gelap. Menunjukkan senja yang terlihat seperti malam. Salju yang turun deras sepanjang hari telah berhenti di waktu petang ini.

Yuki amat bersyukur dapat pulang tanpa badai. Kedua tangannya merapatkan coat yang dikenakannya beberapa saat lalu. Meski hari ini tidak sepenuhnya baik tapi cukup ia syukuri berkat kerja lemburnya selama seminggu ini ia telah berhasil menyelesaikan sidang terakhirnya minggu ini, untuk dua kliennya sekaligus.

Bibir merah itu tersenyum, menatap langit legam tak berbintang. Tubuhnya telah keluar dari firma, menunggu taksi online yang dipesannya sebelum pulang kerja.

"Aku tidak suka lipstik merah itu"

Suara husky itu membuat Yuki terkejut. Dagunya mencari suara yang tidak mungkin ia lupa meski satu minggu ini tidak bertemu.

Ya disana, Archard disana. Setelah satu minggu menghilang bak ditelan bumi. Yuki bahkan sempat berusaha lupa akan keberadaan lelaki itu. Ya setelah Rafael bilang akan menemuinnya setelah tiga hari dari terakhir mereka bertemu. Dasar bohong.

"Aku suka warna merah" sahut Yuki sekenanya.

Rafael menjauhi mobil hitam metalic nya. Mendekat ketika suara yang ia rindukan menusuk telinga. Wajah itu nampak pucat, namun bibir merona itu membuatnya terlihat menawan dan segar. Gila rasanya bila saja lelaki lain berpikir ingin mengambil bibir itu darinya. Tidak, tidak hanya itu; bagaimana cara wajah menawan itu menatap membuat siapa saja jatuh cinta.

Itulah sebabnya Rafael tidak menginginkan bibir sexy itu memerah.

"Sejak kapan kamu suka warna merah? Terakhir yang ku tahu warna pink"

Lelaki itu berdiri menjulang didepan Yuki. Menilik raut berkulit pucat yang kini sebal menatapnya.

"Bisa kita tidak mendebatkan warna yang kusuka?" Yuki mendebat.

Meski sebal. Yuki tidak mau membuat hari tenang nan bebasnya terusik. Seharian ini ia telah bekerja keras, menguras otak dan menyelesaikan perkara perkara yang sempat membuat pita suaranya tegang. Akhir pekan ini, ia ingin menghabiskan waktunya untuk rileks dan bersantai.

Menilik lelaki didepannya, Yuki sempat terkejut bagaimana bisa lelaki ini datang lagi, maksudnya cukup heran kehadiran lelaki ini terlihat lebih santai. Sweater gelap yang menutup hingga leher panjangnya dan coat yang menjulang yang mempertontonkan tubuh tegap gagahnya itu.

Yuki menggeleng. Jangan berpikir terlalu jauh,

Sejenak tubuh tegap itu meninggalkannya. Menuju sebuah mobil yang baru saja tiba. Lantas lelaki itu mengeluarkan uang cash sebelum mobil sedan itu pergi membelah jalan.

Kenapa Rafael memberi pria itu uang?

Yuki berpikir keras. Sebelum gadis itu tergeragap dan membuat kedua kakinya berlari dibahu jalan.

"Taksi!" Yuki berteriak.

Lengan Yuki ditarik paksa saat gadis itu hampir menginjak aspal licin. Belum siap akan gerakannya, rok span diatas lutut itu berbunyi nyaring. Kedua mata itu melotot, mendapati rok hitam terbaiknya robek hingga setengah paha.

Yuki mendongak, "El... Apa yang kau lakukan!" suara Yuki memekik.

Kedua mata Rafael yang terpaku pada paha yang terbalut stoking hitam itu terangkat.

Belum sempat menjawab, "... Kenapa kau merobek rokku dan membiarkan taksi itu pergii! Aku susah payah mendapatkannya!" jengkel Yuki.

Melihat reaksi Yuki yang jengkel terhadapnya serta merta malah membuat Rafael terkekeh. Tertawa meski sempat membuat lelaki itu khawatir sebenarnya.

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang