8. Tragedy 2

483 29 1
                                    

Dorongan keras membanting tubuh Nick kelantai. Yuki tak menyadari hal apa yang membuat lelaki itu menjauh sampai melepas ciuman mereka. Kabut masih merayap dalam pandangan panas Yuki, bahkan gadis itu kini hanya menyandar pada dinding dan merebahkan tubuhnya pasrah duduk dilantai. Ya... dari balik mata sadarnya Yuki melihat Rafael disana, menggeram panas membalas tatapannya.

Tidak ada yang dilakukan Yuki selain menerima rengguhan El dalam gendongannya. Yuki menggeleng lemah, nafas El bahkan suaranya terasa membakar telinga hingga seluruh tubuhnya.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Yuki!" desis El membawaku pergi.

Nick berusaha berdiri dari duduknya. Nafasnya masih menderu panas menatap kepergian El dan Yuki. Diusapnya sudut bibir yang sedikit berdarah sembari mendecih.

"Tidak mendapatkan gadis yang kau inginkan, sayang?"

Kedua mata Nick terangkat menatap Ariana istrinya atau katakan calon mantan istrinya berdiri angkuh didepannya. Nick sudah berhasil menggenggam ujung meja bar yang membuatnya berdiri sempurna.

"Ku rasa kau baru melepas buruanmu juga, sayang" balas Nick tersenyum mengejek.

Ariana menggeram marah. Disamping pipinya yang memerah menahan gairah yang tertahan akibat udara feromon tadi. Sungguh Nick masih mengakui bagaimana hebatnya Ariana mampu menahannya dalam kendali. Tidak, Ariananya adalah wanita liar yang memang hebat dalam hal ini bahkan terbiasa mengkonsumsi obat perangsang hanya demi menambah panasnya pergulatan mereka dulu.

Ariana mendekat. "Aku masih bisa mendapatkannya lagi malam ini"

Suara Ariana menderu tajam. Menampakkan keegoisan, merasa tinggi bahkan sikap kekanakannya yang tidak pernah berubah bagi Nick. Bau alkohol tercium dari bibir Ariana.

Sembari mendesis tawa Nick berkata, "Mereka tak sehebat diriku yang menaklukanmu, sayang"

Dengan berani bisikan itu dibumbui dengan tarikan gaun bagian atas Ariana menjadi satu, menantang. Menampakkan pinggiran masing-masing dada samping Ariana yang tersikap. Nick menariknya mendekat, hasratnya tidak dapat menunda keinginannya lagi dan mulai menekan bibir manis itu ganas.

Ketika El telah keluar dari pintu utama club Julian menunggunya didepan. Lelaki itu menunduk saat El menggumamkan perintah untuk reservasi kamar dalam hotel ini. Tanpa menunggu lebih lama Julian menggiring tuannya menuju kamar sweet VIP yng tersedia.

"Silahkan Mr"

Sungguh sebenarnya Nick tidak hanya sekedar kaki tangan atau seorang sekretaris yang bekerja dalam perusahaan Archard, melainkan Julian memiliki peran ganda dalam pekerjaanya seperti saat ini, sisi lain cerminan pekerjaanya adalah mengikuti El kemanapun pergi.

El merebahkan tubuh Yuki diatas kamar sweet mereka. Dalam kamar ini tercium bau aroma wangi yang sejuk nan menenangkan, membuat tubuh Yuki menggeliat lemah dalam siksa.

El masih berdiri diujung ranjang, kamar ini lebih tepat digunakan untuk pasangan bulan madu. Namun lelaki itu tidak peduli. El melepas kancing kemeja hitam paling atasnya. Tubuhnya terasa semakin panas nan sesak bersamaan.

"Jangan sekali-kali kau menyentuhku" suara parau itu berhasil dikeluarkan dari bibir Yuki.

Kedua mata sayunya menatap El yang berhenti melepas kancing kedua. Sesungguhnya jika El seorang yang licik ia bisa saja langsung melompat ranjang tanpa menunggu lama seperti ini. Apalagi rok gaun hitam yang tersikap hingga paha Yuki terpampang dimatanya, sungguh godaan yang membuatnya semakin tersiksa.

Hawa panas yang masih mendera Yuki membuat gadis itu meraba-raba tak tertahan disprei ranjang hingga tanpa sadar tangan kanannya menggenggam tangan El dipinggir ranjang. Keduanya menatap dalam diam. Raut Yuki yang nampak semakin tersiksa dan El yang kau tahu menahan dirinya.

El ArchardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang