Dalam keremangan pagi buta, langit terpampang dengan siluet matahari yang menyaksikan setiap gerak di permukaan bumi. Di sebuah kota yang masih terlelap dalam sunyi, seorang gadis berlari keluar dari rumahnya tanpa menggunakan alas kaki. Rasa dingin yang menusuk kakinya tidak sebanding dengan rasa ketakutannya.
Dengan terpincang-pincang ia berlari, berusaha menjauhi rumah yang hanya diterangi lampu bohlam kuning di teras rumah. Sampailah dia disebuah taman dekat perumahan yang tak jauh dari rumahnya, terdengar suara mengaum dari balik semak. Ya, itu hanya lah seekor kucing yang selalu ia temui di pagi buta yang begitu dingin seperti ini.
Tangannya yang lembut penuh luka itu dengan hati-hati menggendong kucing berwarna kecoklatan tersebut, mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Gadis itu memang pecinta kucing, bahkan baginya seekor kucing lebih berhati nurani dibandingkan manusia, "Maaf yah aku ganggu tidur kamu mulu tiap pagi gini" ujarnya mengusap-usap kepala sang kucing. tak ada balasan kucing itu hanya diam sembari menggeliatkan badannya merasa nyaman akan sentuhan tangan tersebut.
Saat matahari akhirnya muncul dengan sempurna, sinarnya menyinari seluruh permukaan bumi dengan kehangatan yang menyegarkan. Setelah beberapa saat bermain dengan kucing yang gemetar di halaman belakang, wanita itu merasa perlu untuk kembali ke rumah. Meskipun hatinya terasa berat untuk meninggalkan temannya yang berbulu, dia tahu bahwa dia harus segera mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah.
Dengan berat hati, dia meletakkan kucing itu dengan lembut di tanah dan tersenyum ke arahnya. "Nanti aku kembali lagi, ya. Kamu jaga diri baik-baik di sini," ucapnya sambil mengelus lembut kepala kucing itu sekali lagi.
Kemudian, dengan langkah hati-hati, wanita itu meninggalkan taman dan melangkah pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, dia bergegas menyiapkan diri untuk sekolah.
"Mah, Lisa berangkat sekolah dulu ya.." ucapnya memberikan salam, memberitakan bahwa ia akan segera pergi kesekolahnya, wanita di sofa yang masih terlihat teler itu hanya menatapnya malas "gak usah pulang, kehadiran kamu disini tuh gak ada gunanya!! gak bisa bermanfaat banget jadi manusia" cacinya meninggalkan gadis bernama Lisa itu sendirian diambang pintu.
Dengan menghela nafas panjang, Lisa pun berangkat menuju sekolah. Baginya, tempat teraman adalah saat ia berada di sekolah. Lisa sangat tidak suka berada di rumah. Baginya, rumah hanya neraka yang sangat menyiksa.
Meski begitu, Lisa tak pernah berfikiran untuk tidak pulang ke rumahnya. Sebab, ia sangat menyayangi ibunya. Walaupun wanita yang ia panggil ibu itu tak pernah menganggapnya ada. Bagi Lisa, ibu adalah nyawanya yang harus dilindungi.
Di sekolah Lisa tak pernah menampakkan rasa sedihnya, bahkan rasa takutnya hanya sebagai angin lewat saat ia berada di sekolah. "LALISAAAAAAAAA!!!!!" teriak seorang gadis bertubuh tinggi yang baru saja datang dengan tas pink yang ia gendong.
"Diem atau gue dribble bibir lo!" ancam Lisa membekap mulut temannya itu. Dia adalah Roseanne, lebih akrab dipanggil Rose, dia adalah putri keturunan bangsawan. Namun, sikapnya sama sekali tidak mencerminkan gelar bangsawannya.
Dengan sedikit tenaga Rose menjauhkan tangan lisa dari mulutnya, "tangan lo bau terasi!!" ucapnya membuat lisa mencium tangannya sendiri, "emangnya lo gak kangen gue apa??? 2 hari lo gak masuk, dan gak ketemu incesss masa gak kangen!!" Lisa hanya menganggap enteng ocehan teman sebangku nya itu.
"Sabtu dan minggu itukan libur, dongo" dengan anggun Lisa duduk di bangkunya, Rose yang melihat itu rasanya ingin memuntahkan makanan yang baru saja ia santap tadi.
"Gue denger-denger Yeri gak masuk? Katanya demam. Mana hari ini ada ulangan harian" ucap gadis yang sedari tadi hanya menonton pertengkaran dua manusia itu akhirnya buka suara. Lisa dan Rose secara bersamaan menoleh ke belakang dimana sumber suara berasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Unveiled
Mystery / ThrillerDalam dunia yang penuh dengan misteri dan kegelapan, sembilan gadis berusaha untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik bayangan yang menutupi kehidupan mereka. Dengan mempertaruhkan segalanya, mereka memasuki perjalanan yang berliku, mencar...