Yerim Aruna Mahardika — Nama yang akrab dipanggil Yeri oleh orang-orang. Gadis ini memiliki bola mata berwarna coklat terang yang bersinar penuh semangat, bibir kecil yang sering melengkung menjadi senyuman manis, dan muka yang tegas. Dia adalah murid terpintar di kelas 11 IPS 2, selalu unggul dalam setiap mata pelajaran dan aktif dalam diskusi kelas.
Yeri memiliki cita-cita menjadi seorang pengacara, sebuah impian yang tumbuh dari kekagumannya pada seseorang yang selalu menjadi sumber inspirasinya. Orang itu adalah ayahnya sendiri, Juan Mahardika, seorang pengacara yang terkenal dengan integritas dan dedikasinya. Setiap kali Yeri melihat ayahnya bekerja dengan gigih, membela yang benar dan berjuang demi keadilan, hatinya bergetar dan tekadnya semakin bulat untuk mengikuti jejak sang ayah.
Yeri sangat menyayangi kakaknya, Jennie Anindita. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah secara langsung, kasih sayang Yeri kepada Jennie tak pernah berkurang. Bagi Yeri, Jennie adalah sosok kakak perempuan yang hebat dan cantik. Jennie selalu ada untuk mendukung dan melindungi Yeri dalam setiap langkah hidupnya. Yeri sangat bangga telah memilih Jennie sebagai kakaknya, merasa beruntung memiliki seorang kakak yang begitu istimewa dan penuh kasih sayang. Bagi Yeri, Jennie bukan hanya sekadar kakak angkat, tapi juga teman, pelindung, dan panutan yang selalu memberikan kekuatan dan semangat.
"Yeri..." panggilan lembut dari sang ibu membangunkannya dari mimpi indah. "Ayo, siap-siap. Kakak lagi sarapan di bawah, katanya mau berangkat bareng?" Yeri menggeliatkan tubuhnya karena rasa kantuk masih menggerayangi matanya. Sambil mengumpulkan kesadaran, dia perlahan bangun dan tersenyum kecil, "Yes mom, I'm awake."
Selesai bersiap-siap Yeri turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama Jennie yang ternyata baru saja selesai menyantap sarapannya, "hehe sebentar ya, gue laper" pinta Yeri sembari tersenyum menampilkan giginya. Jennie hanya mengangguk kecil lalu beralih memainkan ponsel nya.
Melihat Jennie yang hanya membalas permintaannya hanya dengan anggukan membuat Yeri kesal, "Gue abis di putusin kemarin" curhat Yeri yang kini berhasil membuat Jennie menatapnya.
"Baguslah.." balas Jennie cuek, mendengar itu yeri memanyunkan bibirnya merasa kecewa. "Lo masih marah sama gue? Harusnya gue yang marah sama lo!" dengus Yeri memakan sarapannya dengan kesal.
"Menurut lo bagus kaya gitu? Diputusin terus lo kabur ke tempat kaya gitu? That's fucking stupid." Yeri menghembuskan nafasnya kasar, memang benar apa kata Jennie. Perbuatannya kemarin memang terlalu alay. Dia menyesal telah membuat Jennie secemas itu.
"Terus lo kemarin kenapa pulang duluan? Gue kan nyariin lo karena mau ngadu," tanya Yeri dengan nada tak mau disalahkan sendiri. Dia menatap Jennie dengan ekspresi kesal, berharap mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Jennie memutar bola matanya dengan malas, seakan-akan sudah lelah mendengar keluhan Yeri. "And now you blame me, Aruna?" katanya dengan suara dingin, menatap Yeri dengan tatapan tajam yang membuat Yeri merasa gugup.
"No, Sir!" Yeri cepat-cepat menjawab, berusaha mencari aman. Senyum kecut menghiasi wajahnya, sementara Jennie tetap menatapnya dengan tatapan kesal. Di balik percakapan mereka, Yeri merasa campuran antara rasa bersalah dan kekesalan, tetapi juga kasih sayang yang mendalam terhadap kakaknya.
Akhirnya Jennie dan Yeri berangkat ke sekolah setelah melewati banyak drama yang di lakukan oleh Yeri. "Kak, itu temen lo kan" tanya Yeri menunjuk seorang wanita yang duduk berdiam diri di bangku taman sambil menggigiti kuku ibu jari nya seperti orang yang gugup.
Jennie mengerutkan keningnya, heran. "Lo ke kelas aja duluan," akhirnya Jennie pun menghampiri Jisoo yang nampak sangat mengkhawatirkan.
"Sooya!" panggil jennie menepuk pelan bahu jisoo membuat sang empu terkejut. "Kenapa lo? Gugup banget kayanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Unveiled
Misterio / SuspensoDalam dunia yang penuh dengan misteri dan kegelapan, sembilan gadis berusaha untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik bayangan yang menutupi kehidupan mereka. Dengan mempertaruhkan segalanya, mereka memasuki perjalanan yang berliku, mencar...