New Chapter in My Life (L)

143 15 2
                                    

Pagi itu, sembilan perempuan yang baru saja menjadi akrab dalam beberapa minggu terakhir tengah berkumpul di kantin. Suasana sekolah sedikit lengang karena pelajaran pertama kosong, semua guru tengah sibuk menghadiri rapat untuk persiapan bazar akhir bulan yang akan dilaksanakan 3 hari lagi. Momen langka ini dimanfaatkan mereka untuk bercengkerama dan mempererat persahabatan yang baru saja terjalin.

"Lis mending lo cerita ke kita njir.... Lo kenapa sih dari tadi murung mulu?" tanya Yeri penasaran dengan Lisa yang sedari tadi menampakkan wajah sedih.

Lisa menatap teman-temannya yang menatap nya dengan serius. "Gue.... Ketemu ayah kandung gue" ucap Lisa membuat teman-temannya terkejut, bahkan Rose sampai berdiri dan menggebrak meja.

"Jadi bapak lo belum mati?!" tanya Joy yang langsung mendapat tatapan tajam dari teman-temannya.

Joy yang menyadari tatapan itu langsung memberikan klarifikasi. "Ya kan lo selalu bilang bapak lo gak ada, Lis." ujarnya sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Coba lo cerita dari awal biar kita gak bingung gini" pinta Irene.

Lisa menghela napasnya panjang. "Jadi gini....

Flashback
Semua mata kini tertuju pada seorang pria berperawakan bule yang baru saja memasuki rumah Lisa. Tubuhnya tinggi dan gagah, dengan mata elang yang tajam serta garis wajah yang tegas, memberikan kesan wibawa yang sulit diabaikan.

Lisa menatap pria di depannya dengan kemarahan yang tak tertahankan, dadanya bergemuruh, dan napasnya terasa berat. "Jadi orang ini adalah ayah Lisa, mah?" tanyanya dengan suara yang bergetar, penuh ketidakpercayaan.

Sang ibu hanya bisa mengangguk, menundukkan kepalanya seolah menanggung perasaan bersalah yang besar.

"Maafkan saya karena terlambat mengenal kamu, nak" ucap pria itu, akhirnya angkat suara.

"Maafkan saya-"

Namun, Lisa tak bisa menahan lagi. "Ngga!! Lo orang ter... gak pantas dikasih maaf, anjing!!" teriaknya, suara itu penuh dengan kebencian yang telah lama ia simpan.

"Brengsek lo! Ninggalin mama gue pas hamil besar!! Dimana tanggung jawab lo, setan?! Bejat lo, anjing!!" Lisa memaki sambil mendorong-dorong pria itu dengan telunjuknya. Dendam yang selama ini ia pendam akhirnya meluap, tak ada lagi yang bisa menghentikan luapan emosi yang telah menumpuk bertahun-tahun.

"Lisa..." Mina menahan Lisa mencoba memberikan ketenangan kepada sahabatnya.

"Ngga, Min. Jangan tahan gue! Sini lo gue abisin, bangsat!!" teriak Lisa mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Mina yang menahannya.

"Lisa..." panggil mama membantu Mina untuk menenangkan Lisa.

"Kenapa, Ma? Masih mau ngebelain orang kayak dia yang udah belasan tahun lepas tanggung jawab?!" Lisa menatap ibunya dengan mata yang penuh luka dan amarah.

Ibunya menahan isak tangis, mencoba menjelaskan meski hatinya terasa berat. "Dia gak lepas tanggung jawab, Lisa. Selama ini dia yang ngebiayain kamu! Dia yang ngasih beasiswa ke kamu!"

Lisa terdiam, kata-kata ibunya menusuk hatinya, membuat amarahnya mereda sejenak. Namun, hanya sejenak. Senyum miris perlahan muncul di wajahnya. "Beasiswa?" Lisa mengulangi kata itu dengan nada sinis. "Selama ini nyekolahin Lisa dengan dalih beasiswa? Kenapa? Takut Lisa tahu kalo dia orang yang udah nyakitin Mama?!"

"Kenapa sih mah masih belain orang yang jelas-jelas udah nyakitin mamah?! Lisa disini ngebelain mamah karna gak mau mamah disakitin lagi, mah..." ungkap Lisa. Suaranya kini penuh dengan frustasi dan kekecewaan yang mendalam.

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang