I'm Just a Child..

60 10 3
                                    

Hari ini Jisoo pulang lebih larut dari biasanya, tentu saja karena ada bazar di sekolah. Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Theo, kekasihnya, Jisoo segera masuk ke rumah.

Dengan langkah berat dan wajah kelelahan, Jisoo berjalan masuk. Tepat di ruang tamu, langkahnya terhenti. Tas yang ia pegang terlepas dan jatuh ke lantai saat pandangannya tertuju pada seseorang yang ia cintai sekaligus ia benci selama ini.

"Mah..." gumam Jisoo pelan.

Suara itu langsung menarik perhatian semua orang di ruang tamu, membuat mereka seketika menoleh ke arahnya.

"Jisoo, sayang..." panggil ibunya dengan lembut, melangkah maju dengan tangan terbuka, seolah hendak memeluknya erat. Matanya penuh harap, ia merindukan anak satu-satunya. Namun saat ia mendekat, Jisoo menghindarinya  dengan mundur beberapa langkah membuat ibunya berhenti, wajahnya berubah bingung dan heran melihat Jisoo yang menghindarinya.

"Jisoo—"

"Pah... Jisoo capek, Jisoo istirahat dulu ya" ucap Jisoo tiba-tiba, memotong perkataan ibunya. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung bergegas menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas. Suasana di ruang tamu mendadak berubah, menjadi dingin dan penuh ketegangan.

Setibanya di kamar, Jisoo langsung menjatuhkan diri ke atas kasur. Ia menghela napas panjang, seolah berusaha melepaskan seluruh beban yang ia tampung. Emosi yang ia pendam seharian mulai membanjiri pikirannya.

tok tok tok 

Tiga ketukan pintu membuat Jisoo lagi-lagi menghela nafasnya, "Jisoo mau istirahat!" tegasnya tak mau seseorang yang berada di luar pintu memasuki kamarnya. 

Setelah menegaskan hal tersebut, tak lama terdengar keributan dari depan kamar Jisoo. 

"Kamu pasti ngomong yang macem-macem kan ke anaknya sampai dia benci aku gini!" terdengar suara sang ibu yang tengah membentak ayahnya. 

"Buat apa aku ngomong hal yang bikin anakku benci dengan ibunya sendiri?! Harus nya kamu tuh sadar diri!! Kamu sendiri yang bikin Jisoo ngebenci kamu!" jawab sang ayah yang tak kalah kerasnya. 

"Selama ini kamu gak pernah ngizinin aku buat ketemu Jisoo, mas! Makanya Jisoo jadi benci sama aku!"

"Jelas! Untuk apa aku ngizinin anakku ketemu sama orang yang udah menelantarkan dia?!"

"Aku gak pernah menelantarkan Jisoo!"

"Kamu ninggalin kita disaat kondisi kita di bawah, Tiara!!" bentakan terakhir sang ayah membuat ibunya seketika terdiam. 

"Kamu yang gak ada usaha nya, mas! Kamu gak pernah mau keluar dari zona nyaman kamu!! Kamu juga gak pernah ngasih ke bebasan buat aku!!"

"Kebebasan kamu bilang?? Selama ini yang keluar pagi pulang pagi itu siapa?!"

"Siapa?!"

"Kamu!!"

"Kamu juga!!"

Tak tahan mendengar keributan itu, Jisoo pun langsung membuka pintu nya dengan keras. Dengan berlinang air mata Jisoo memohon kepada kedua orangtuanya untuk berhenti bertengkar.

"STOP!! BISA GAK STOP RIBUT DI DEPAN AKU?!" tanya Jisoo, wajah nya kini benar-benar memerah karna emosi dan tangisnya. 

"Disini yang masih anak-anak itu aku atau kalian sih?! Kenapa kalian gak bisa dewasa dari dulu?!" teriaknya emosi. 

"Udah cerai masih aja ribut! Kalo ngetuk pintu cuma buat ribut bahas masa lalu mending kalian ribut aja di halaman rumah! Apa perlu aku kasih pisau satu satu?" ucapan Jisoo berhasil membungkam kedua orang tuanya. Dengan kesal Jisoo langsung menutup pintunya dengan kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Darkness UnveiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang